-->

Tentang FPI dan Kekerasan



PENYANGKALAN:
TIDAK RAMAH BANDWIDTH! Ada banyak sekali link dan satu video YouTube yang saya harap para jiwa-jiwa kesasar di sini nggak segan melihatnya. Dan seperti judulnya, saya akan banyak membacot masalah kekerasan yang dilakukan atas nama apapun yang bisa “dijual” untuk menarik simpati berbasis kemarahan dan sentimen. Keberatan? Lawan dengan tulisan, bukan dengan makian. Tapi saya MUNGKIN akan berusaha sebisa mungkin untuk obyektif. Mungkin.

Bisa lihat kan dua gambar tersebut? Bisa lihat kemiripannya? Iya, para “pelaku”nya sama-sama mengenakan penutup wajah untuk melindungi identitas mereka. Secara tindakan dan prinsip, melihat sejarahnya, saya berani bilang tak ada beda antara gambar yang atas dan bawah. Yang bawah adalah kelompok Klu Klux Klan. Kelompok ini didirikan tahun 1865 di Tenessee, pedalaman Amerika sana, oleh mereka yang percaya supremasi kulit putih dan nasionalisme menurut mereka sendiri melalui ancaman, kekerasan dan pembunuhan terhadap orang kulit hitam. Mereka juga mengaku sebagai penjaga moral dan anti kemaksiatan dalam koridor kekristenan yang tegas. Dan usia organisasi mereka jauh lebih tua dan lama dibanding rekan seperbrutalannya yang di gambar atas.



Sementara yang atas sering sekali saya dapati lantang meneriakkan nama Tuhan yang Maha Besar namun bahkan lupa untuk saling berbalas kasih sebagaimana salam yang diajarkan oleh Muhammad Sang Nabi. Cara mereka agar tindakannya bisa diterima adalah dengan menegur dua kali melalui surat kepada pihak-pihak yang mengguncang keberadaan–maaf, maksud saya keimanan–mereka, lalu men-sweeping jika tak ditanggapi. Pihak-pihak ini bisa berbentuk apapun, mulai dari tempat maksiat sampai instansi pemerintahan. Saya miris di bagian ini. Tanpa memberi kesempatan mendapat pekerjaan halal, mereka hanya bisa teriak bahwa apa yang dilakukan pekerja-pekerja di tempat maksiat itu adalah haram dan tak bermoral (ya tapi mau ngarepin apa kalau yang teriak-teriak itu cuma segerombolan pengangguran tanpa penghasilan kecuali dari “uang jago”?). Jika ada yang tidak setuju dengan mereka, dengan mudah akan dilabeli dengan tuduhan-tuduhan tanpa dasar sebagai antek-antek Yahudi, Amerika, bahkan JIL. Dengan keyakinan akan kebenaran dukungan Tuhan yang dipelintir dan digembar-gemborkan oleh para “Habib”–yang melenceng dari arti sebenarnya sebagai “yang tersayang” (apa yang bisa disayang dari orang-orang yang penuh kebencian?)–dalam berbagai tabligh, mereka merasa berhak merusak dan menindas orang-orang yang menjunjung Tuhan diam-diam.

Sudah banyak sekali usaha yang dilakukan demi menahan kebrutalan mereka, tapi rasanya seperti menabrak tembok. Padahal tindakan mereka yang main hakim sendiri sudah panjang sekali daftarnya. Di benak saya, FPI sudah menjadi simbol yang lekat dengan kekerasan, gerombolan wajah beringas haus darah yang mengangkat parang sambil berteriak “Allahu Akbar”. Tampaknya mereka lupa sejumput ayat Qur’an di Annisa: 36 tentang perintah untuk berbaik-baik kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan mereka lupa bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Bukan salah Allah yang menciptakan berbagai isi kepala yang beda untuk memenuhi langit dan bumi, karena Dia lah yang wajahNya ada kemana pun manusia menghadap. Karena yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Kata Quran sih gitu. Tapi apa mereka baca Quran ya? Bukannya lebih sering dengerin para Habib dan nurut aja Habib-habib itu mau bilang apa?

Udah lah. Kita hanya punya satu negara yang bisa bersama kita tinggali: Indonesia. Sekarang kita sama-sama ada di sini di Bumi. Jadi, mengapa nggak menghormati sesama penghuni? Katanya Rahmatan lil Alamin, berkah bagi seluruh alam. Apanya yang berkah jika hanya bisa mengancam dan menakut-nakuti seperti itu?

Sekarang gini deh, para Akhi-akhi yang tergabung dalam FPI. Saya mau tanya. Pernah dengar “masyarakat madani”? Pernah nanya ke Habib kalian artinya “masyarakat madani” dan apa jawabannya? Atau, gini aja. Pernah broswing situs lain nggak selain Arrahmah.com atau voa-islam.com yang bahasa dan faktanya berantakan itu? Ada keharusan tabayun lho untuk setiap kejadian. Seperti halnya ruju’ untuk cek dalil di kitab. Nggak cuma dengerin omongan Habib doang. Dan ayat pertama itu adalah Iqra, baca. Baca buku, baca peristiwa, baca ke mana benak-benak kalian diarahkan oleh omongan para Habib yang “mengaku” nasab Muhammad. Baca sejarah, mengapa mereka bisa mendapat pengakuan sebagai penerus garis Fatimah binti Muhammad. Baca arah angin politik dan mengapa kalian, para foot soldier bertudung, hanya bisa panas-panasan terpapar asap bertimbal sementara ulama-ulama kalian enak-enakan kasih perintah dari dalam ruangan berpendingin. Baca situasi, kenapa musuh-musuh kalian para Yahudi Israel sana punya kondisi ekonomi yang jauh lebih pesat dan teknologi lebih mumpuni, padahal negaranya aja baru seumur jagung. Ketika kalian masih harus desak-desakan naik angkot-yang supirnya kalian palak-atau duduk di atapnya sambil kibar-kibar bendera, Israel sudah punya kereta sebagai Mass Rapid Transportation dengan sistem njelimet seperti Subway-nya New York dan ketepatan waktu macam MRT Jepang. Jangan cuma bisanya ngata-ngatain lawan doang tapi nggak mau membenahi diri dari dalam. Diketawain, tauk. Apalagi  OKI juga mempertanyakan lisensi kalian sampai bisa di-backing Tuhan. Eh, tau OKI kan? Baca link-nya kalo nggak tau. Iqra!

Jangan salah, saya nggak membenci FPI dan segala antek-anteknya. Karena sesungguhnya setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, bekumpul dan mengeluarkan pendapat sebagaimana yang ada dalam UUD 1945 pasal 28E. Tapi ya apa mau cuma mau menangin FPI aja? Apa negara segitu mandulnya sampai nggak bisa memberi keadilan kepada sesama pemegang KTP berlambang Burung Garuda? Ya saya tahu, beberapa nama jenderal besar ada di balik pembentukan ormas berbasis keagamaan itu. Makanya mereka seperti tak terjamah. Tapi gini deh. Ikutin caranya mafia Italia dong yang pada maen cantik. Jangan ngadopsi preman Indonesia doang yang cuma bisa petentengan malakin pengusaha keturunan Tionghoa. Act local think global, getoh. Udah bosen sama kekerasan. Think, Habib!

There. I said it.

Tertulis, Pitoresmi Pujiningsih


Primbon-arti.blogspot.com | sumber: kompasiana.com

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter