Panduan Lengkap Puasa Ramadhan,Panduan Lengkap Ramadhan,Panduan Lengkap Puasa Ramadhan,Panduan Lengkap di Bulan Ramadhan,Panduan Lengkap ibadah Ramadhan,bahasan dan Panduan lengkap Bulan Ramadlan,Download Lengkap Panduan Puasa Ramadhan.
berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda:
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan.
Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka
segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan.
Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak
diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari
kebajikan" (Hr. Ahmad)
Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan
agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt.
Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan
yang banyak ujian dan tentangan. Ada gunung yang harus didaki, itulah nafsu.
Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perompak
yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan.
Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin
curam dan ganas pula perjalanan.
Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan
saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang
indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila
perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang
musafir bertemu dengan kekasihnya. Untuk sampai pada tujuan tentu diperlukankan
bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur didalam
jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu
menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan
ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.
agung ini. Imam Ahmad berkata: "Sepengetahuan saya tak seorang pun ulama
mengatakan i'tikaf bukan sunnat".
Fadhilah (keutamaan) I'tikaf
Abu Daud pernah bertanya kepada Imam Ahmad: Tahukan anda hadits yang
menunjukkan keutamaan I'tikaf? Ahmad menjawab: tidak kecuali hadits lemah. Namun
demikian tidaklah mengurangi nilai ibadah I'tikaf itu sendiri sebagai taqorrub kepada
Allah SWT. Dan cukuplah keuatamaanya bahwa Rasulullah SAW, para shahabat, para
istri Rasulullah SAW dan para ulama' salafus sholeh senantiasa melakukan ibadah ini.
Macam-macam I'tikaf
I'tikaf yang disyariatkan ada dua macam; satu sunnah, dan dua wajib. I'tikaf sunnah
yaitu yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk bertaqorrub kepada Allah
SWT seperti i'tikaf 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dan I'tikaf yang wajib yaitu yang
didahului dengan nadzar (janji), seperti: "Kalau Allah SWT menyembuhkan sakitku ini,
maka aku akan beri'tikaf.
Waktu I'tikaf
Untuk i'tikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang dinadzarkan , sedangkan
i'tikaf sunnah tidak ada batasan waktu tertentu. Kapan saja pada malam atau siang hari,
waktunya bisa lama dan juga bisa singkat. Ya'la bin Umayyah berkata: " Sesungguhnya
aku berdiam satu jam di masjid tak lain hanya untuk i'tikaf".
Syarat-Syarat I'tikaf
Orang yang i'tikaf harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Muslim.
2. Berakal
3. Suci dari janabah (junub), haidh dan nifas.
Oleh karena itu i'tikaf tidak diperbolehkan bagi orang kafir, anak yang belum mumaiyiz
(mampu membedakan), orang junub, wanita haidh dan nifas.
Rukun-Rukun I'tikaf
1. Niat (QS. Al Bayyinah: 5), (HR: Bukhori & Muslim tentang niat)
2. Berdiam di masjid (QS. Al Baqoroh: 187)
Disini ada dua pendapat ulama tentang masjid tempat i'tikaf . Sebagian ulama
membolehkan i'tikaf disetiap masjid yang dipakai shalat berjama'ah lima waktu. Hal
itu dalam rangka menghindari seringnya keluar masjid dan untuk menjaga
pelaksanaan shalat jama'ah setiap waktu. Ulama lain mensyaratkan agar i'tikaf itu
dilaksanakan di masjid yang dipakai buat shalat jum'at, sehingga orang yang i'tikaf
tidak perlu meninggalkan tempat i'tikafnya menuju masjid lain untuk shalat jum'at.
Pendapat ini dikuatkan oleh para ulama Syafi'iyah bahwa yang afdhol yaitu i'tikaf di
masjid jami', karena Rasulullah SAW i'tikaf di masjid jami'. Lebih afdhol di tiga
masjid; masjid al-Haram, masjij Nabawi, dan masjid Aqsho.
Awal danAkhir I'tikaf
Khusus i'tikaf Ramadhan waktunya dimulai sebelum terbenam matahari malam ke 21.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa yang ingin i'tikaf dengan ku, hendaklah ia beri'tikaf pada 10 hari terakhir
Ramadhan" (HR. Bukhori).
10 (sepuluh) disini adalah jumlah malam, sedangkan malam pertama dari sepuluh itu
adalah malam ke 21 atau 20. Adapun waktu keluarnya atau berakhirnya, kalau i'tikaf
dilakukan 10 malam terakhir, yaitu setelah terbenam matahari, hari terakhir bulan
Ramadhan. Akan tetapi beberapa kalangan ulama mengatakan yang lebih mustahab
(disenangi) adalah menuggu sampai shalat ied.
Hal-hal yang Disunnahkan Waktu I'tikaf
Disunnahkan agar orang yang i'tikaf memperbanyak ibadah dan taqorrub kepada Allah
SWT , seperti shalat, membaca al-Qur'an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar,
shalawat kepada Nabi SAW, do'a dan sebagainya. Termasuk juga didalamnya
pengajian, ceramah, ta'lim, diskusi ilmiah, tela'ah buku tafsir, hadits, siroh dan
sebagainya. Namun demikian yang menjadi prioritas utama adalah ibadah-ibadah
mahdhah. Bahkan sebagian ulama meninggalkan segala aktifitas ilmiah lainnya dan
berkonsentrasi penuh pada ibadah-ibadah mahdhah.
Hal-hal yang Diperbolehkan bagi Mu'takif(Orang yang Beri'tikaf)
1. Keluar dari tempat i'tikaf untuk mengantar istri, sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW terhadap istrinya Shofiyah ra. (HR. Riwayat Bukhori Muslim)
2. Menyisir atau mencukur rambut, memotong kuku, membersihkan tubuh dari kotoran
dan bau badan.
3. Keluar dari tempat keperluan yang harus dipenuhi, seperti membuang air besar dan
kecil, makan, minum (jika tidak ada yang mengantarkannya), dan segala sesuatu
yang tidak mungkin dilakukan di masjid. Tetapi ia harus segera kembali setelah
menyelesaikan keperluanya .
4. Makan, minum, dan tidur di masjid dengan senantiasa menjaga kesucian dan
kebersihan masjid.
Hal-hal yang Membatalkan I'tikaf
1. Meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan, meski sebentar, karena
meninggalkan salah satu rukun i'tikaf yaitu berdiam di masjid.
2. Murtad (keluar dari agama Islam) (QS. 39: 65
3. Hilangnya akal, karena gila atau mabuk
4. Haidh
5. Nifas
6. Berjima' (bersetubuh dengan istri) (QS. 2: 187). Akan tetapi memegang tanpa
syahwat, tidak apa-apa sebagaimana yang dilakukan Nabi dengan istri- istrinya.
7. Pergi shalat jum'at (bagi mereka yang membolehkan i'tikaf di mushalla yang tidak
dipakai shalat jum'at)
I'tikaf bagi Muslimah
I'tkaf disunnahkan bagi wanita sebagaimana disunnahkan bagi pria. Selain syarat-
syarat yang disebutkan tadi, i'tikaf bagi kaum wanita harus memenuhi syarat-syarat lain
sbb:
1. Mendapat izin (ridlo) suami atau orang tua. Hal itu disebabkan karena ketinggian
hak suami bagi istri yang wajib ditaati, dan juga dalam rangka menghindari fitnah
yang mungkin terjadi.
2. Agar tempat i'tikaf wanita memenuhi kriteria syari'at.
Kita telah mengetahui bahwa salah satu rukun atau syarat i'tikaf adalah masjid. Untuk
kaum wanita, ulama sedikit berbeda pendapat tentang masjid yang dapat dipakai
wanita beri'tikaf. Tetapi yang lebih afdhol- wallahu 'alam- ialah tempat shalat di
rumahnya. Oleh karena bagi wanita tempat shalat dirumahnya lebih afdhol dari masjid
wilayahnya. Dan masjid di wilayahnya lebih afdhol dari masjid raya. Selain itu lebih
seiring dengan tujuan umum syari'at Islamiyah, untuk menghindarkan wanita
semaksimal mungkin dari tempat keramaian kaum pria, seperti tempat ibadah di masjid.
Itulah sebabnya wanita tidak diwajibkan shalat jum'at dan shalat jama'ah di masjid. Dan
seandainya ke masjid ia harus berada di belakang. Kalau demikian, maka i'tikaf yang
justru membutuhkan waktu lama di masjid , seperti tidur, makan, minum, dan
sebagainya lebih dipertimbangkan. Ini tidak berarti i'tikaf bagi wanita tidak diperboleh di
masjid. Wanita bisa saja i'tikaf di masjid dan bahkan lebih afdhol apabila masjid tersebut
menempel dengan rumahnya, jama'ahnya hanya wanita, terdapat tempat buang air dan
kamar mandi khusus dan sebagainya. Wallahu 'alam.
11. PANDUAN MENGELUARKAN ZAKAT FITRAH
1. Diriwayatkan dari Ibnu Umar t.ia berkata: Rasulullah telah mewajibkan zakat fithrah
dari bulan Ramadhan satu sha' dari kurma, atau satu sha' dari sya'iir. atas seorang
hamba, seorang merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum
muslilmin. (H.R: Al-Bukhary dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Umar bin Nafi' dari ayahnya dari Ibnu Umar ia berkata ; Rasulullah
telah mewajibkan zakat fithrah satu sha' dari kurma atau satu sha' dari sya'iir atas
seorang hamba, merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum
muslimin dan beliau memerintahkan agar di tunaikan / dikeluarkan sebelum manusia
keluar untuk shalat 'ied. (H.R: Al-Bukhary, Abu Daud dan Nasa'i)
3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw telah memfardhukan
zakat fithrah untuk membersihkan orang yang shaum dari perbuatan sia-sia dan dari
perkataan keji dan untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang
mengeluarkannya sebelum shalat, maka ia berarti zakat yang di terima dan barang
siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat 'ied, maka itu berarti shadaqah seperti
shadaqah biasa (bukan zakat fithrah). (H.R: Abu Daud, Ibnu Majah dan
Daaruquthni)
4. Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. dari Nabi
saw. bersabda: Tangan di atas (memberi dan menolong) lebih baik daripada tangan
di bawah (meminta-minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga
dll) dan sebaik-baik shadaqah adalah yang di keluarkan dari kelebihan kekayaan
(yang di perlukan oleh keluarga) (H.R: Al-Bukhary dan Ahmad)
5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah sw. memerintahkan untuk
mengeluarkan zakat fithrah unutk anak kecil, orang dewasa, orang merdeka dan
hamba sahaya dari orang yang kamu sediakan makanan mereka (tanggunganmu).
(H.R: Daaruquthni, hadits hasan)
6. Artinya: Diriwayatkan dari Nafi' t. berkata: Adalah Ibnu Umar menyerahkan (zakat
fithrah) kepada mereka yang menerimanya (panitia penerima zakat fithrah / amil)
dan mereka (para sahabat) menyerahkan zakat fithrah sehari atau dua hari sebelum
'iedil fitri. (H.R.Al-Bukhary)
7. Diriwayatkan dari Nafi': Bahwa sesungguhnya Abdullah bin Umar menyuruh orang
mengeluarkan zakat fithrah kepada petugas yang kepadanya zakat fithrah di
kumpulkan (amil) dua hari atau tiga hari sebelum hari raya fitri. (H.R: Malik)
Hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa:
1. Wajib bagi tiap kaum muslimin untuk mengeluarkan zakat fithrah untuk dirinya ,
keluarganya dan orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang dewasa, anak
kecil, laki-laki maupun wanita. (dalil: 1,2 dan 5)
2. Yang wajib mengeluarkan zakat fithrah adalah yang mempunyai kelebihan dari
keperluan untuk dirinya dan keluarganya. (dalil: 4)
3. Sasaran zakat fithrah adalah dibagikan kepada kaum miskin dari kalangan kaum
muslimin. (dalil: 3)
4. Zakat fithrah dikeluarkan dari makanan pokok(di negeri kita adalah beras) sebanyak
lebih kurang 3,1 liter untuk seorang. (dalil: 1 dan 2)
5. Cara menyerahkan zakat fithrah adalah sebagai berikut:
a. Bila diserahkan langsung kepada yang berhak (fakir miskin muslim) waktu
penyerahannya adalah sebelum shalat 'ied yakni malam hari raya atau setelah
shalat Shubuh sebelum shalat 'iedul fitri. (dalil: 2 dan 3)
b. Bila diserahkan kepada amil zakat fithrah (orang yang bertugas mengumpulkan
zakat fithrah), boleh diserahkan tiga,dua atau satu hari sebelum hari raya 'iedul
fitri. (dalil: 6 dan 7)
6. Zakat fithrah disyari'atkan untuk membersihkan pelaksanaan shaum Ramadhan dari
perbuatan sia-sia dan perkataan keji di waktu shaum. (dalil: 3
12. PANDUAN SHALAT 'IEDUL FITHRI DAN 'IEDUL ADHHA
1. Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata: Adalah Nabi saw. pada hari raya 'iedul fitri
dan 'iedul adhha keluar ke mushalla (padang untuk shalat), maka pertama yang
beliau kerjakan adalah shalat, kemudian setelah selesai beliau berdiri menghadap
kepada manusia sedang manusia masih duduk tertib pada shof mereka, lalu beliau
memberi nasihat dan wasiat (khutbah) apabila beliau hendak mengutus tentara atau
ingin memerintahkan sesuatu yang telah beliau putuskan,beliau perintahkan setelah
selesai beliu pergi. (H.R: Al-Bukhary dan Muslim)
2. Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan shalat 'ied bersama Nabi saw. beliau
memulai shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai
beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa
kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan
memperingakan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan
selanjutnya beliau memperingatkan mereka. (H.R: Muslim)
3. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Umar mendapati pakaian tebal dari
sutera yang dijual, lalu beliau mengambilnya dan membawa kepada Rasulullah saw.
lalu berkata: Yaa Rasulullah belilah pakaian ini dan berhiaslah dengannya untuk hari
raya dan untuk menerima utusan. Maka beliaupun menjawab: Sesungguhnya
pakaian ini adalah bagian orang-orang yang tidak punya bagian di akherat (yakni
orang kafir). (H.R Bukhary dan Muslim)
4. Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan kami
keluar pada 'iedul fitri dan 'iedul adhha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang
haidh, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang
haidh mengasingkan diri dari mushalla tempat shalat 'ied), mereka meyaksikan
kebaikan dan mendengarkan da'wah kaum muslimin (mendengarkan khutbah).
Saya berkata: Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai
jilbab? Beliau bersabda: Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari
jilbabnya. (H.R: Jama'ah)
5. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. ia berkata: Adalah Nabi saw. Tidak berangkat
menuju mushalla kecuali beliau memakan beberapa biji kurma, dan beliau
memakannya dalam jumlah bilangan ganjil. (H.R: Al-Bukhary dan Muslim)
6. Diriwayatkan dari Buraidah ra. ia berkata: Adalah Nabi saw keluar untuk shalat 'iedul
fitri sehingga makan terlebih dahulu dan tidak makan pada shalat 'iedul adhha
sehingga beliau kembali dari shalat 'ied. (H.R:Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan Ahmad)
7. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Bahwasanya Nabi saw. Keluar untuk
shalat 'iedul fitri dua raka'at, tidak shalat sunah sebelumnya dan tidak pula
sesudahnya. (H.R: Bukhary dan Muslim)
8. Diriwayatkan dari Jaabir ra. ia berkata: Adalah Nabi saw apabila keluar untuk shalat
'ied ke mushalla, beliau menyelisihkan jalan (yakni waktu berangkat melalui satu
jalan dan waktu kembali melalui jalan yang lain (H.R: Bukhary)
9. Diriwayatkan dari Yazid bin Khumair Arrahbiyyi ra. ia berkata: Sesungguhnya
Abdullah bin Busri seorang sahabat nabi saw. Keluar bersama manusia untuk shalat
'iedul fitri atau 'iedul adhha, maka beliau mengingkari keterlambatan imam, lalu
berkata: Sesungguhnya kami dahulu (pada zaman Nabi saw.) pada jam-jam seperti
ini sudah selesai mengerjakan shalat 'ied. Pada waktu ia berkata demikian adalah
pada shalat dhuha. (H.R: Abu Daud dan Ibnu Majah)
10. Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pamannya dari
golongan Anshar, ia berkata: Mereka berkata: Karena tertutup awan maka tidak
terlihat oleh kami hilal syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap shaum,
kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi
dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah
saw. memerintahkan semua manusia (ummat Islam) agar berbuka pada hari itu dan
keluar menunaikan shalat 'ied pada hari esoknya. (H.R: Lima kecuali At-Tirmidzi)
11. Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata: Adalah manusia (para sahabat) bertakbir
pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka menuju tempat
shalat 'ied sampai mereka tiba di mushalla (tempat shalat 'ied) dan terus bertakbir
sampai imam datang, apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam
ber takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)
12. Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq dengan lafadz
sbb: (artinya): Allah maha besar, Allah maha besar, tidak ada Illah melainkan Allah
dan Allah maha besar, Allah maha besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi
Syaibah dengan sanad shahih)
13. Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata:
Sesungguhnya Nabi saw. bertakbir pada shalat 'ied dua belas kali takbir. dalam
raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan
tidak shalat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R: Amad dan Ibnu
Majah)
14.Diriwayatkan dari Samuroh, ia berkata: Adalah Nabi saw. Dalam shalat kedua hari
raya beliau membaca: Sabihisma Rabbikal A'la dan hal ataka haditsul ghosiah.
(H.R: Ahmad)
15. Diriwayatkan dari Abu Waqid Allaitsi, ia berkata: Umar bin Khaththab telah
menanyakan kepadaku tentang apa yang dibaca oleh Nabi saw. Waktu shalat 'ied .
Aku menjawab: beliau membaca surat (Iqtarabatissa'ah) dan Qaaf walqur'anul
majid). (H.R: Muslim)
16.Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata: Nabi saw. Mendirikan shalat 'ied,
kemudian beliau memberikan ruhkshah / kemudahan dalam menunaikan shalat
jum'at, kemudian beliau bersabda: Barang siapa yang mau shalat jum'ah, maka
kerjakanlah. (H.R: Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi)
17.Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. Bersabda pada hari
kamu ini, telah berkumpul dua hari raya (hari jum'ah dan hari raya), maka barang
siapa yang suka shalat jum'ah, maka shalatnya diberi pahala sedang kami akan
melaksanakan shalat jum'ah. (H.R: Abu Daud)
KESIMPULAN
Hadits-hadits tersebut memberi pelajaran kepada kita tentang adab-adab shalat hari
raya sbb:
Pakaian
Pada saat mendirikan shalat kedua hari raya disunnahkan memakai pakaian yang
paling bagus. (dalil: 3)
Makan
a. Sebelum berangkat shalat hari raya fitri disunnahkan makan terlebih dahulu, jika
terdapat beberapa butir kurma , jika tidak ada maka makanan apa saja.
b. Sebaliknya pada hari raya 'iedul adhha, disunnahkan tidak makan terlebih dahulu
sampai selesai shalat 'iedul adhha. (dalil: 5 dan 6)
Mendengungkan Takbir
a. Pada hari raya 'iedul fitri, takbir didengungkan sejak keluar dari rumah menuju ke
tempat shalat dan sesampainya di tempat shalat terus dilanjutkan takbir
didengungkan sampai shalat dimulai. (dalil: 11)
b. Pada hari raya 'iedul adhha, takbir boleh didengungkan sejak Shubuh hari Arafah (9
Dzul Hijjah) hingga akhir hari tasyriq (13 Dzul Hijjah). (dalil: 12)
Jalan yang Dilalui
Disunnahkan membedakan jalan yang dilalui waktu berangkat shalat hari raya dengan
jalan yang dilalui di waktu pulang dari shalat 'ied (yakni waktu berangkat melalui satu
jalan, sedang waktu pulang melalui jalan yang lain). (dalil: 8)
Bila Terlambat Mengetahui Tibanya Hari Raya
Apabila datangnya berita tibanya hari raya sudah tengah hari atau petang hari, maka
hari itu diwajibkan berbuka sedang pelaksanaan shalat hari raya dilakukan pada hari
esoknya. dalil: 10)
YangMenghadiri Shalat 'Ied
Shalat 'ied disunnahkan untuk dihadiri oleh orang dewasa baik laki-laki maupun wanita,
baik wanita yang suci dari haidh maupun wanita yang sedang haidh dan juga kanak-
kanak baik laki-laki maupun wanita. Wanita yang sedang haidh tidak ikut shalat, tetapi
hadir untuk mendengarkan khutbah 'ied. (dalil:4)
Tempat Shalat 'Ied
Shalat 'ied lebih afdhal (utama) diadakan di mushalla yaitu suatu padang yang di
sediakan untuk shalat 'ied, kecuali ada uzur hujan maka shalat diadakan di masjid.
Mengadakan shalat 'ied di masjid padahal tidak ada hujan sementara lapangan
(padang) tersedia, maka ini kurang afdhal karena menyelisihi amalan Rasulullah saw.
yang selalu mengadakan shalat 'ied di mushalla (padang tempat shalat), kecuali sekali
dua kali beliau mengadakan di masjid karena hujan.(dalil: 1 dan 8)
Cara Shalat 'Ied
a. Shalat 'ied dua raka'at, tanpa adzan dan iqamah dan tanpa shalat sunnah
sebelumnya dan sesudahnya. (dalil: 1,2 dan 7)
b. Pada raka'at pertama setelah takbiratul ihram sebelum membaca Al-Fatihah,
ditambah 7 kali takbir. Sedang pada raka'at yang kedua sebelum membaca Al-
Fatihah dengan takbir lima kali. (dalil 13)
c. Setelah membaca Fatihah pada raka'at pertama di sunnahkan membaca surat
(sabihisma Rabbikal a'la / surat ke 87) atau surat iqtarabatissa'ah / surat ke 54). Dan
setelah membaca alFatihah pada raka'at yang kedua disunnahkan membaca surat
(Hal Ataka Haditsul Ghaasyiyah / surat ke 88) atau membaca surat (Qaaf
walqur'anul majid / surat ke 50).(dalil: 15)
d. Setelah selesai shalat , imam berdiri menghadap makmum dan berkhutbah memberi
nasihat-nasihat dan wasiat-wasiat, atau perintah-perintah penting.
e. Khutbah hari raya ini boleh diadakan khusus untuk laki-laki kemudian khusus untuk
wanita.
f. Khutbah hari raya ini tidak diselingi duduk .(dalil: 1 dan 2 )
WaktuShalat
Shalat 'ied diadakan setelah matahari naik, tetapi sebelum masuk waktu shalat dhuha.
(dalil: 9)
Hari raya jatuh pada hari jum'ah Bila hari raya jatuh pada hari jum'ah, maka shalat
jum'ah menjadi sunnah, boleh diadakan dan boleh tidak, tetapi untuk pemuka umat atau
imam masjid jami' sebaiknya tetap mengadakan shalat jum'at. (dalil: 16 dan 17)
13. SPIRITUALISME DAN MATERIALISME
Puasa Ramadhan hakekatnya adalah melatih dan mengajari naluri (instink) manusia
yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit terkotrol dan terkendali itu adalah naluri
perut yang selalu menuntut untuk makan dan minum dan naluri seks yang selalu
bergelora sehingga manusia kewalahan untuk mengekang dua naluri ini. Dalam sejarah
manusia didapatkan dua falsafah yang dapat menguasai dan mendominasi kebanyakan
manusia, yakni falsafah materialisme yang berorientsi pada materi saja, dan falsafah
spiritualisme yang hanya berorientasi pada rohaniah saja.
Orang-orang yang berorientasi materi - terdiri dari orang-orang atheis, komunis dan
animisme dan berhalaisme - mereka hidup untuk dunianya saja. Mereka melepaskan
kenhendak nalurinya dan tak pernah puas. Bila terpenuhi satu keinginannya, timbul
keinginan baru begitu seterusnya. Sahwat manusia bila sudah terbakar maka akan
mengheret dari sedikit ke yang banyak, dari banyak ke yang terbanyak. Allah
mengecamorang-orang seperti ini:
"Biarkanlah mereka makan, dan bersenang-senang, mereka dilalaikan oleh angan-
angan dan mereka akan mengetahui akibatnya".(QS Al Hijr 3).
Ayat lain:
"Orang-orang kafir mereka bersenang-senang dan makan seperti binatang ternak
makan. Dan neraka adalah tempat tinggalnya".(QS Muhammad 12) Mereka hidup di
dunia ini dalam keadaan kosong. Jiwanya dikuasai nafsunya, m enghalalkan segala
cara, dan dihari kiamat nanti mereka mendapat balasan yang setimpal. "Demikian itu
bersenang-senang di bumi tanpa haq dan mereka sombong".(QS Ghofir 75)
Sementara filsafat spiritualisme yang didasarkan pada kerahiban, berpandangan bahwa
pengabdian kepada Tuhan harus menekan naluri seks mengikis habis pendorong-
pendorongnya dan mematikannya yang juga diatasi dengan mengurangi makan.
Dengan kata lain mereka masuk dalam kancah peperangan melawan jasad
manusiawinya. Filsafat ini dilakukan oleh gereja sejak dahulu kala. Orang-orang Barat
dewasaa ini melepaskan diri dari filsafat gereja, mereka menggunakan waktu dan harta
kekayaannya untuk memenuhi sahwat jasmaninya. Filsafat spiritualismenya telah
lenyap, bahkan gereja-gereja sudah tiada lagi pengunjungnya walaupun pada hari
Minggu. Seandainya masih ada, itu hanya sekelompok minoritas yang hidup di dunia
Islam.
Agama Islam adalah agama yang seimbang. Ia menghormati rohani dan jasmani
sekaligus, ia memperhatikan nilai-nilai ideal manusia, tapi juga menjamin kebutuhan
hidup naluri duniawinya asal dalam ruang keutamaan, ketaatan, kehormatan. Ia
membolehkan manusia makan dengan catatan dalam batas kewajaran dan
kehormatan.
"Makanlah dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan
tidak diiringi kesombongan".(HR Bikhari)
Islam mengimbangkan antara ruhani dan jasmani.
"Ya Allah, a ku berlindung kepadamu dari lapar, karena sesungguhnya seburuk- buruk
tidur adalah dalam keadaan lapar. Dan aku berlindung kepadamu dari khianat, karena
itu adalah seburuk-buruk suasana kejiwaan".(HR Abu Daud)
Islam memperhatikan kehidupan dunia dan akherat,
"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: Apa yang Tuhan kalian turunkan?
mereka berkata: 'Keuntungan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini dan
akherat lebih baik, dan sebaik tempat bagi orang-orang yang bertaqwa".(QS AN Nahl
Ajaran Islam datang untuk mensucikan manusia, mengangkat darjatnya, ia mensucikan
fisikalnya dengan mandi dan berwudlu, mensucikan jiwanya denga ruku' dan sujud.
Islam adalah jasmani dan ruhani, dunia dan akherat dengan falsafah puasa. Islam
menegaskan bahwa manusia terdiri dari jasmani dan ruhani. Nilai manusia tidak terletak
pada jasadnya, akan tetapi terletak pada ruhani yang menggerakkannya. Kerena ruhani
inilah, Allah memerintahkan pada malaikatnya untuk hormat kepada manusia, karena
ruhani datangnya dari Allah swt. Firman Allah:
"Ingatlah di waktu Tuhanmu berkata kepada para malaiakat: "Aku menciptakan
manusia dari tanah, dan setelah aku sempurnakan aku tiupkan kedalamnya ruh-Ku,
maka hormatlah kalian kepadanya".(QS ShAd 71-72)
Setelah itu manusia ada yang mengenali siapa yang meniupkan ruh kapadanya dan
yang memuliakannya atas seluruh makhluknya. Mereka itu akan bersyukkur kepada
pemberi nikmat, sementara ada manusia-manusia yang melupakan Tuhannya,
melupakan kepada dzat yang meniupkan ruh kepadanya.
Demikian juga halnya kebudayaan. Kebudayaan yang memegang kendali alam
sekarang ini telah melupakan Tuhannya, melalaikan haknya. Dunia ini tidak memiliki
kebudayaan yang mengakui ruhani dan jasmani, berorientasi dunia dan akherat dan
menentukan hak-hak manusia disamping hak-hak Allah -kebudayaan Islam-. Puasa
Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya
menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, aklaq mulia dan perilaku
yang indah ditengah-tengah masyarakat.
"Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan
aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka
berkatalah, 'Aku berpuasa'". (HR. Bukhori).
Dalam bulan Ramadhan terdapat filsafat Islam yang mengaitkan dunia dengan akhirat,
mengaitkan jasmani dan ruhani, mengaitkan bumi dengan langit, mengaitkan manusia
dengan wahyu, dan mengaitkan dunia dengan kitab yang menerangi jalannya dan
menetukantujuannya
14. SEJENAK BERSAMA PEMUDA
Wahai pemuda Islam! Jalanmu penuh rintangan, laut jiwamu dalam tak berhingga.
Puasa bagimu merupakan benteng penahan. Tidak seorang pun yang mampu kecuali
mereka yang perkasa, terpercaya, penuh waspada serta mawas diri, serius, tangkas,
dan rela berkorban. Peliharalah lidahmu, karena tidak ada sesuatu pun yang dapat
membuat manusia tersungkur ke dalam api neraka kecuali karena buah mulut mereka
sendiri. Jangan berghibah, kendalikanlah matamu dari pandangan was-was al-khonnas
Bukankah kamu tahu bahwa Rasul Saw pernah bersabda:
"Siapa yang berpuasa, hendaklah mengendalikan pendengaran dan penglihatannya".
Oleh karena itu, jadikanlah ucapanmu berupa dakwah ilallah, pendengaranmu hanya
untuk mengingat Allah. Dengan begitu di dalam dirimu terhimpunlah kesenangan dunia
dan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Sesungguhnya puasa zhohir ditandai dengan berakhirnya siang, yaitu ketika mulai
tenggelamnya matahari di tempat istirahnya. Shoum kembali ke keadaan semula
dengan rasa gembira tatkala berbuka. Ini dialami semua orang yang shoum. Akan
tetapi puasa orang-orang yang muttaqin yang penuh keikhlasan, tidak berujung. Tidak
berakhir dengan ghurub dan tidak dimulai dengan syuruq. Tidak dapat dihitung dengan
bilangan jam dan tidak pula mempunyai batas waktu.
Engkaulah pengendali yang terpercaya atas dirimu dan atas diri saudara-saudaramu.
Itulah 'amanah' dari ujian itu. Bagaimana seandainya engkau melalaikannya, terlepas
dari ceruk hatimu di tengah-tengah bersliwerannya berbagai godaan dan pemikat-
pemikat? Apakah akan kau biarkan berlalu dan bahkan terlepas dari dirimu? Tidakkah
kau merasa perlu kembali memperhatikan janjimu kepada Allah, yang mendatangkan
pahala begitu besar? Ialah amanah puasa yang sebenar-benarnya.
Wahai pemuda yang amil! Kita berpuasa jika telah melihat bulan. Tetapi sesungguhnya
yang kuinginkan darimu wahai pemuda, lebih dari sekadar itu, sedikit atau banyak di
atas mustawa (level) itu tadi jika memang kamu mampu. Mintalah tolong kepada Maha
Pemberi Kemampuan, yang memberi apa saja kepada orang yang dikehendakiNya.
Aku mengharap agar engkau sebelum melihat bulan, melihat pencipta dari bulan itu.
Sungguh, alangkah tingginya martabat ini, dimana banyak orang yang tak kuasa untuk
meraihnya. Tetapi dengan izin Allahjugalah mereka berhasil melampauinya. Jika
memang engkau telah berazam (bertekad), maka tawakkallah. Engkau, wahai pemuda!
Jika berpuasa karena melihat bulan, memang akan mendapatkan pahala sebagaimana
halnya kebanyakan orang. Akan tetapi, engkau mempersiapkan dirimu dengan shoum
itu untuk beramal (bekerja) fi sabilillah, menyebarkan misi(risalah)Nya, mengemban
dakwah, serta jihad yang begitu malah lagi mulia. Tempatkanlah segala sesuatunya di
jalan Allah, pasti segala kesulitan yang ada akan menjadi ringan, dan agar kau selalu
berada di dalam barisanNya.
Aturlah barisan. Pemuda di samping pemuda, pemudi beriringan dengan pemudi, orang
tua dengan orang tua. Aku menginginkan sekali agar engkau tidak sampai hanya
sekedar melihat bulan, akan tetapi terus dan teruslah melangkah lebih jauh.
Bersihkanlah hati dan sinarilah keyakinanmu itu, agar kau dapat menyaksikan pencipta
dari bulan itu. Inilah rencana dan tujuan, awal dari akhir. KepadaNya jugalah kita
kembalikan segala urusan.
Sesungguhnya berpuasa karena melihat bulan memang betul menurut ibadah. Tetapi
berpuasa dengan hati yang bersinar, ruh yang tenang, dan nurani yang cemerlang
adalah puncak kekuatan ibadah yang dituntut dari dirimu. Yaitu irodah yang apabila
disertai tekad dan ketulusan tujuan, sesaat pun tidak akan pernah menjadi lemah dan
pudar. Tak sedetik pun mundur dari kewajiban-kewajiban yang sulit diukur dengan
bilangan waktu itu. Irodah yang senantiasa beriringan dengan amal untuk menanggung
kesulitan dengan hati yang penuh, bersama melakukan jihad di tengah beragamnya
medan-medan jihad; jihadun-nafs, jihad melawan musuh yang zholim.
Dengan melalui jenjang-jenjang jihad tersebut, dengan tangan bila mampu dan dengan
lisan bila sanggup, berarti dirimu telah berhasil menjaga keutuhan imanmu. Hingga tak
sesuatu pun yang bisa mengikisnya. Adalah sesuatu yang begitu menggembirakan saat
kita berbuka, lapar telah terobati, haus telah pergi. Tetapi ada yang lebih dari sekedar
itu, lebih menyenangkan dan menggembirakan, yaitu bertemunya diri kita dengan Allah
pada hari perhitungan (Yaumul Hisab) kelak. Tidak mungkin dicapai tingkatan ini
kecuali oleh orang-orang yang berpuasa karena Allah dan hanya untuk Allah.
Sungguh, aku tidak berbicara dengan telinga kasatmu, tapi aku bicara dengan hati
sanubarimu. Dengan persamaanmu yang paling dalam agar rela berkorban di jalan
Allah, tanpa mengharap upah dan pamrih. Puasalah, karena Allah menghendakimu
untuk berpuasa, hanya itu. Beban ini sungguh berat bagimu, tanggung jawab ini begitu
besar, dan hambatannya penuh ranjau serta tingkat kesulitannya begitu tinggi. Tidak
akan berhasil dan tidak akan menang terkecuali hatimu telah tergetar untuk hanya
mengharap ridho Allah, serta perasaanmu telah terdorong untuk mendapatkan husnul
khotimah.
Aku menginginkan pengorbanan yang cukup mahal darimu, di mana kemenangan bagi
dienmu tidak akan tercapai tanpa melalui jalan ini. Sungguh, sesungguhnya musuh-
musuh Islam akan dengan segala daya upaya ingin menghancurkan segala yang
berharga yang ada pada dirimu. Dan aku ingin sekali melihat dirimu berada pada posisi
As-Shiddiqie, Syuhada dan Sholihin. Sungguh, apakah ada nilai yang lebih tinggi dari
itu? Allah Yang Maha Pemurah mengetahui betul bahwa puasa itu sulit, tidak mungkin
dapat dilakukan kecuali oleh orang-orang yang jiwanya bersih dari kotoran-kotoran dan
virus.
Karena rahmatNya jugalah Allah memberikan rukhshoh kepada orang yang sakit, orang
yang bepergian dan orang yang haidh agar berbuka. Tetapi dengan syarat untuk
mengqodhonya bila telah memungkinkan. Demikian alternatif daripada dispensasi yang
diberikan Allah, seperti yang tertulis dari firmanNya:"Dan puasa kamu itu lebih baik
untuk kamu, jika kamu mengetahui". Berbukalah kamu dengan rukhshohKU, tidak
mengapa, karena AKU senang. Manfaatkanlah rukhsohKU sebagaimana engkau
melaksanakan azimahKU. Tetapi yang Kuinginkan darimu itu adalah yang lebih baik,
lebih utama, lebih mulia dan lebih bermanfaat bagi kamu. Yaitu berpuasa, walaupun
syarat-syarat rukhsoh itu telah terpenuhi, terkecuali orang yang haidh, tanpa ada
penyakit yang menimbulkan bahaya.
Diprioritaskannya ibadah puasa karena itu lebih baik bagi kita. Di mana letaknya
kelebihan-kelebihannya itu? Hanya Allahlah yang tahu, ketika Dia mengakhiri ayat
tersebut dengan firmanNya: "Jika kamu mengetahuinya".
Yang jelas dan pasti, kita mengakui bahwa yang terbaik itu adalah apa-apa yang
dipilihkan Allah untuk kita. Karena hanya Dialah Yang Maha Mengetahui. Tidak ada
satu pun yang dapat menyamai dan menyaingiNya. Maka untuk dirimu, pilihlah yang
terbaik dan terindah, karena Allah tidak menjadikan kesulitan bagi kita di dalam
beribadah kepadaNya. Kewajiban-kewajiban itu dibebankan sesuai dengan
kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Nah, di sinilah medan uji coba itu.
Di depan kita terbentang beberapa tingkatan-tingkatan kemuliaan beserta rangking-
rangking penghargaanNya. Silahkan kita akan memilih yang mana, dan dimana kita
mau menempatkan diri. Nun di sana ada Syurga Na'im, siapa saja yang memasukinya
pasti merasa aman dan nyaman. Ada pula Al-Firdaus, Al-A'la. Dan ada pula syurga
yang tak mungkin dapat dilukiskan oleh hanya sekedar pena. Kita saat ini hanya bisa
menyebutkan nama-namanya saja, tidak lebih. Ada pun hakekat dari nama-nama yang
begitu indah itu masih ada di dalam impian dan harapan. Sejenak saja, aku ingin selalu
bersamamu wahai pemuda, di dunia ini banyak sekali hiasan pemikat yang berkaitan
dengan tuntutan hidup. Tuntutan mencari popularitas, jabatan, harta dan kesenangan
duniawi yang begitu semu dan melenakan. Maka dengan puasa, kuharapkan dirimu
mampu untuk menahan semua pemikat-pemikat semu itu. Kembali bersama-sama
menegakkan Islam.
Demikianlah Panduan Lengkap Puasa Ramadhan,Panduan Lengkap Ramadhan.
Judul Berkaitan Dengan artikel ini : Panduan Lengkap Puasa Ramadhan,Panduan Lengkap di Bulan Ramadhan,Panduan Lengkap ibadah Ramadhan,bahasan dan Panduan lengkap Bulan Ramadlan,Download Lengkap Panduan Puasa Ramadhan
Posting Komentar
Posting Komentar