-->

Amy Perez : Islam bukan sekedar agama, tapi Ia adalah suatu jalan hidup

Islam Makin Berkembang di Amerika Latin
Kalau di Amerika ada Amina wadud yang nyeleneh dan insulting agamanya sendiri dengan berkhotbah dan mengimami sholat di Gereja, tapi justru Amy Perez meninggalkan gereja jauh jauh dan menemukan kedamaian dalam Islam.

Makin dibenci justru makin berkembang. Kata-kata itu cocok dengan perkembangan semakin banyaknya muallaf di Amerika, khususnya di Amerika Latin. Amy Perez mengaku tak pernah lupa menghadiri kegiatan Gereja tiap hari Minggu. Namun menurutnya, kegiatannya di gereja Katolik, agama yang dipeluknya sejak kecil tidak pernah dirasakan begitu mencukupi untuk menjawab kalbunya yang terus dipenuhi berbagai pertanyaan.

Pada umur 12 tahun, Perez kemudian memutuskan meninggalkan sekolahnya di Webb Middle School di Universal Academy of Florida. Ia kemudian melanjutkan sekolah di Tampa, ingin belajar lebih banyak tentang Islam. Setelah melakukan banyak pencarian dan perenungan, Perez kemudian mengucapkan dua kalimah syahadah dan memutuskan memeluk Islam. Saat itu, umurnya baru 14 tahun.


“Aku akhirnya menemukan kedamaian,” kata Perez (22). “Suatu kedamaian yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Bagi saya, segalanya rasional. Tiap pertanyaan yang aku ajukan, selalu ada suatu jawaban untuk itu. Ini benar-benar luar biasa.”

Kasus Peres bukan hal baru. Angka pemeluk Islam di negara ini kian hari terus di bertambah. Mereka berbagung dalam pelukan Islam --yang oleh kebanyakan warga Amerika-- hanya dianggap milik warga kulit hitam.

“Mereka dengan pasti melihat lebih banyak warga Latin memeluk Islam, “ ujar Ahmed Bedier, direktur Council on American Islamic Relations di Central Florida. “Adalah benar-benar sebuah fenomena sebab citra Islam dianggap menekan kaum wanita, jadi kenapa mereka akan ingin memilih suatu agama yang akan –justru diaggap membatasi gaya hidup mereka?”

Tapi Moharram Mohamed, pemimpin komunitas lokal Muslim Amerika tidak mengaku terkejut melihat makin berkembangnya jumlah pemeluk Islam di Amerika Latin.

“Dalam open house terakhir kita telah mendapatkan sedikitnya empat warga Amerika Latin memeluk Islam dalam sehari,” ujarnya. “Fakta menunjukkan, Islam mengangkat status wanita-wanita. Wanita-wanita Islam melihat itu bentuk pembebasan dari penderitaan dan beban dari masyakarat kepadanya.”

Ketika Perez memeluk Islam delapan tahun yang lalu, dia hanya salah satu dari sekian orang warga Latin penghuni masjid. Sekarang dia melihat lebih banyak.

“Ketika itu, hanya aku ibu ku, dan empat para teman ku dan mereka ibunya yang memeluk Islam,'' ujar Perez. “Dan sekarang ada banyak lebih lagi.”

Ada banyak alasan kenapa warga Amerika Latin memeluk Islam. Sebagain orang yang memeluk Islam karena menikah dengan orang Islam. Namun sebagaian karena pencarian ruhani. Namun kebanyakan, mereka menemukan Islam karena pencarian spiritual dan mendapatkan kedamaian karenanya.

“Kamu diajarkan untuk menghormati yang lebih tua. Diantaranya, ibu mu. Kamu dilarang menaikan suara mu ke ibu mu, " ujar Perez.


Mempertanyakan Gereja

Alexandra Briones adalah seorang penganut Katolik sejak lahir. Dia menghadiri gereja secara teratur dengan orang tua nya dan menerima komuni pertama nya. Tetapi ketika remaja, dia mulai banyak mempertanyakan doktrin Katolik yang dianutnya.

“Mengapa aku harus mengaku pada manusia lain yang statusnya adalah sama sepertiku?” tanyanya.

Alexandra kemudian mencari jawaban itu di dalam Islam. Dan dia mendapatkannya jawaban itu melalui Internet dan membaca al-Qur’an. Alexandra (30), berasal dari Ecuador. Menurutnya, Islam begitu terhormat menghargai wanita, katanya.

“Aku harus lebih dulu kelihatan baik hingga kemudian pria melihat dan menginginkanku,” ujarnya. “Tuhan tidak menciptakan aku untuk itu. Jika seorang laki-laki ingin denganku karena badan ku dan wajahku, itu bukan laki-laki yang aku inginkan.

“Itu semua memberikan kesadaran bagiku,'' ujar Alexandra .

Dan ketika Alexandra mengunjungi sebuah masjid untuk pertama kalinya, wanita ini mengaku menangis dan menemukan rasa damainya.

“Aku menangis,'' ujarnya. “Aku merasakan sangat nyaman untuk pertama kali.''

Alexandra kemudian memeluk Islam sebulan kemudian. Alexandra Briones kemudian menikah dengan teman dekatnya, Radoune. Dia kemudian menjadi istri yang taat dan bangga menyenangkan suami. “Aku belum pernah membuat perubahan yang sedramatis ini untuk menyenangkan orang lain. Aku lakukan itu untuk diriku sebab itu benar bagiku.''

Leslie Centeno (23) wanita keturunan Puerto Rica mengatakan, dia mengaku memutuskan keluar dari komunitasnya di geraja Pantekosta. Seorang teman, kata Leslie, mengundangnya untuk mengunjungi suatu masjid, dan mengajaknya membaca al-Qur’an . Ketika dia menceritakan kepada pastor dan pihak keluarga nya tentang perasaan barunya mengenai Islam, mereka bahkan mendukung nya untuk memeluk tinggal iman barunya itu.

Enam tahun yang lalu, dia memutuskan memeluk Islam. Ketiadaan perantara untuk langsung berhadapan dengan sang pencipta membuatnya harus merasa tertarik memeluk Islam dibanding agamanya yang dulu.

“Aku dapat secara langsung berhubungan dengan Tuhan,'' ujarnya. “Itu membunyikan sangat kebangkitan minat dan ketertarikan saya. Sangat berbeda dibanding apapun yang pernah aku dengar. Aku memikirkan nya berhari-hari sebelum kemudian aku membuat keputusan itu, " tambahnya.

Transisi Sulit

Menurut Jane I. Smith, professor Islamic Studies di Hartford Seminary Connecticut and dan pengarang “Islam in America” para pemeluk Islam ini biasanya menghadapi masa transisi yang sulit. Diantaranya adalah masalah keluarga.

“Itu memotong dua arah, antara ketaatan dan cultural.''

Bagi kalangan keluarga-keluarga Katolik Roma dan Protestan, ujar Smith, berita soal banyak warga Amerika Latin yang lebih tertarik dengan Islam ini datang sebagai pukulan.

Selain itu, menggembirakan, namun, perkembangan ini sedikit mencemaskan seiring isu dan fitnah-fitnah terhadap kaum muslimin di negara itu peristiwa 11 September.

“Peristiwa 11 September telah mengangkat kecurigaan orang Amerika termasuk warga Latin menyangkut Islam,'' ujar Bedier.

“Bagaimanapun, reaksi sikap anti-Muslim reaksi yang tak menyenangkan menyebabkan para muallat Islam merasa cemas menyangkut keselamatan mereka.''

Menurut Perez, dengan pakaian barunya menggunakan hijab, dan rambutnya yang dimasukkan rapi di balik jilbab, orang sering salah mengira dirinya adalah perempuan Timur Tengah sampai dia menunjukkan bahasa aslinya.

“Ketika orang non-muslim Hispanik mendengarkanku berbicara Spanyol, mereka kaget dan mengatakan, , “Oh my God, kamu bicara bahasa Spanyol?'

Dia menambahkan, “Ini benar-benar sebuah kesempatan untuk mendidik banyak orang dan menunjukkan pada mereka bahwa dapat menjadi seorang keturunan Hispanik sekaligus menjadi muslim.”

Dia berharap, agar putri kesayangannya, Anisah Miranda, yang sering ditimang dalam pelukannya, agar suatu hari memeluk agama itu.

Kini, dengan agama barunya itu, Perez tak merasa kehilangangan apapun. Terutama kebiasaan lamanya yang dianggap buruk.

"Aku tidak kehilangan kebiasaan pesta itu, klub, mabuk-mabukan, dan apapun menyangkut itu,'' katanya. “ Aku tidak membutuhkan berada di luar sana. Islam bukan sekedar agama, tapi Ia adalah suatu jalan hidup.''

Islam dan Latino

Biro Sensus mengatakan bahwa orang kulit “putih” termasuk “Latino putih, ” berlanjut sebagai segmen terbesar penduduk A.S. yaitu 197,3 juta. Tetapi proyeksi demografis mengindikasikan bahwa pada tahun 2005 kulit putih akan mewakili porsi yang serupa dengan penduduk keseluruhan yang sekarang adalah kaum “minoritas.”

Bertambah pentingnya komunitas Latino di Amerika Serikat tidak saja disadari oleh para politisi dan pejabat dinegara tersebut, tetapi juga oleh rekan mereka di Meksiko.

Biro Sensus AS melaporkan pada 14 Juni bahwa komunitas Latino—mereka yang lahir di Amerika Latin atau yang berdarah Amerika Latin—berjumlah 39,9 juta dari penduduk A.S. sebesar 290,8 juta orang. Ini berarti penduduk Latino tumbuh 13 persen dalam hubungan dengan angka dari 2000.

Menurut badan tersebut, orang Latino, dimana orang Meksiko adalah 65 persen, merupakan kelompok sosial dengan pertumbuhan penduduk terbesar di Amerika Serikat: 4,5 juta dalam 39 bulan terakhir.

Di Amerika Serikat saja misalnya, terdapat sekitar 400 bahasa Indian yang digunakan oleh kira-kira 500 suku dan sub-suku. Suku yang satu tidak memahami bahasa yang dipakai suku lainnya.

Mengenai percampuran dengan bangsa lain: di benua Amerika bagian tengah dan selatan yang lazim disebut Amerika Latin percampuran darah Indian dan kulit-putih, terutama Spanyol dan Portugis, sudah berlangsung ratusan tahun.

Keturunan campuran ini yang disebut mestis kini merupakan mayoritas penduduk negara-negara Amerika Tengah seperti Honduras, Nikaragua dan El Salvador. Di Amerika Selatan, negara-negara yang mayoritas penduduknya campuran Indian dan pendatang adalah: Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru dan Bolivia

Islam mempunyai sejarah panjang di Spanyol. Banyak istilah-istilah serapan bahasa Spanyol yang berasal dari Islam. Seperti abuelo (kakek), arroz (beras) dan naranjas (jeruk), yang ditengarai berasal dari bahasa Arab.

Meski Islam selalu dicitrakan buruk di AS semenjak kasus 11 September 2001, namun hikmah pencitraan itu justru membuat banyak orang Amerika tertarik mengenal Islam. Menurut American Muslim Council, ada puluhan ribu Latino-Amerika yang memeluk Islam. Hingga Diperkirakan ada antara 20.000 hingga 60.000 Muslim keturunan Latino di AS yang kini menyebar di New York City, Chicago, Miami, Southern California, and Texas. Walhasil, Islam makin berkembang di Amerika meski penguasanya mencari cara untuk terus membenci. (tampa tribune/cha/Hidayatullah.com)

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter