Setelah Ida Bhatara Sakti sebagai Raja Pemecutan wafat pada tahun 1813 maka Nararya Anglurah Mecutan kembali dari Ukiran, karena Anglurah Bagus Anulup telah wafat terlebih dahulu, maka Nararya Anglurah Mecutan abiseka Ratu di Puri Agung Mecutan bergelar Arya Ngurah Mecutan Ukiran. Penobatan beliau sebagai Raja terjadi sekitar tahun 1840 Masehi atau 27 tahun setelah ayah beliau Ida Bhatara Sakti meningal.
Tidak ada keterangan pasti yang dapat menjelaskan mengapa pengangkatan beliau begitu lama, kemungkinan karena banyaknya putra putra dari Maharaja yang berpotensi menduduki Raja di Puri Pemecutan. Seperti diketahui bahwa Ida Bhatara Sakti memiliki 42 putra baik dari ibu prami (keluarga raja) maupun dari ibu penawing (warga biasa).
Beliau beribu dari Puri Gelogor dan memperistri seorang putri yang merupakan saudara dari Kiyai Anglurah Bhija dari Bun. Dari perkawinan tersebut lahir 2 orang putra dan putri :
- Sang Arya Mecutan Bhija yang nantinya akan menggantikan ayahnya menjadi Kiyai Angurah pemecutan V
- Seorang putri (tidak disebutkan namanya) yang nantinya diperistri oleh Sri Jambe Aji/ Kyai Anglurah Jambe Aji dari Puri Kesatriya Jero Kuta.
Dari Istri Penawing (selir) beliau mempunyai 7 orang putra antara lain :
- Kiyayi Lanang Legian-Jero Legian Kaja
- Kiyayi Made Pemogan - Jero legian Tengah Bedauhan
- Kiyayi Ketut Pemeregan - Jero Peken Pasah
- Kiyayi Wayahan Pekandelan - Jero Pegandan
- Kiyayi Made Kepaon- Jero Batanmoning Bedajanan
- Kiyayi Lod
- Kiyayi Made Pupuan
Pada tanggal tahun 1849 Gusti Ngurah Made Pemecutan wafat puri Ukiran yang dahulu disebut jero ukiran dan diberi julukan Bhatara Murring Ukiran. Beliau digantikan oleh putra beliau Sang Arya Mecutan Bhija sebagai Kiyai Angurah pemecutan V
Posting Komentar
Posting Komentar