Mungkin anda masih akrab dengan bencana Chernobyl, sebuah eksperimentasi dan kecerobohan yang membawa pada bencana pembangkit nuklir terparah di dunia. Ia menghasilkan radiasi yang menyirami wilayah yang luas dan mengelilingi tanaman sekitar, sehingga kota Pripyat didekatnya menjadi kota hantu. Ia begitu parahnya sehingga ada level video game Call of Duty 4 yang mengambil tempat di sana.
Tanggal 26 April 1986, 25 tahun lalu, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4 PLTN Chernobyl. Peristiwa ini menggemparkan dunia karena mengingatkan kembali pada ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, saat berkecamuk Perang Dunia II yang menewaskan sekitar 220.000 orang. Trauma Hiroshima dan Nagasaki belum hilang dari ingatan orang, muncul kembali peristiwa Chernobyl yang termasuk kecelakaan terbesar pada PLTN selama kurang lebih 60 tahun.
Berbagai media cetak dan elektronik sejagat memberitakan tragedi itu secara beragam baik yang bersifat normatif, emosional, ataupun bombastis. Penyebabnya adalah akibat pengujian reaktor yang kelewat batas. Pengujian ini berfokus pada pengalihan barisan pasokan listrik untuk reaktor.
Prosedur ujinya pertama dimulai dengan pemadaman darurat otomatis (SCRAM). Tidak ada efek pada keamanan reaktor teramati. Prosedur penyalaan pun siap dilakukan. Karena terasa aman, izin tes tidak ditanda tangani oleh manajer ilmiah atau kepala desainer reaktor (NIKIET) tetapi oleh direktur PLTN.
Menurut parameter tes, keluaran panas reaktor semestinya 700 MW pada awal eksperimen. Bila kondisi tes ini memang dilaksanakan, prosedurnya pasti tetap aman. Bencanapun terjadi ketika para ilmuan berusaha meningkatkan daya keluaran listrik PLTN. Hingga tahun 2004, sudah 985,000 orang meninggal gara-gara bencana dan radiasi yang mengikutinya.
Sepuluh tahun setelah bencana Chernobyl, wartawan Mary Mycio mengunjungi daerah Chernobyl. Dilengkapi dengan dosimeter dan pakaian pelindung, Mycio menjelajahi satu-satunya lingkungan liar radioaktif ini dan menemui penduduk lokal yang tetap tinggal di sana untuk bertahan hidup dan hidup di zona.
Ia menemukan dunia liar yang dipenuhi hewan besar, lebih dari sebelum bencana nuklir terjadi dan banyak diantaranya adalah anggota spesies langka dan terancam punah. Seperti hutan, padang dan rawa habitat ini, baik manusia maupun hewannya tercemar radioaktif. Cesium-137 menumpuk di otot mereka dan strontium-90 di tulang mereka.
Namun mengesankannya, mereka mampu hidup dengan baik.
Tapi ada penemuan yang lebih mengejutkan. Para ilmuan menemukan adanya jamur yang mampu memakan radiasi berbahaya untuk bertahan hidup. Penemuan ini dapat suatu saat memberi makan para astronot di ruang angkasa, setidaknya mereka yang rela memakan jamur tersebut.
Jamur yang disebut jamur radiotropis ini ditemukan tahun 2007 sebagai lendir hitam yang tumbuh didalam dan disekitar PLTN Chernobyl. Penelitian di Kampus Kedokteran Albert Einstein menunjukkan kalau tiga jamur mengandung melanin, Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan Cryptococcus neoformans, meningkat biomassanya dan mengumpulkan asetat lebih cepat dalam lingkungan dimana level radiasinya 500 kali lebih tinggi daripada lingkungan normal.
Terpaparnya sel C. neoformans pada radiasi ini dengan cepat (dalam 20-40 menit paparan) mengubah sifat kimia melaninnya dan meningkatkan laju mediasi transfer elektron melanin (terukur sebagai reduksi ferisianida oleh NADH) 3 hingga 4 kali lipat daripada sel yang tidak terpapar.
“Seperti halnya pigmen klorofil mengubah cahaya matahari menjadi energi kimia yang memungkinkan tanaman hijau hidup dan tumbuh, penelitian kami menunjukkan kalau melanin dapat menggunakan bagian spektrum elektromagnet yang berbeda – radiasi ionisasi – untuk menguntungkan jamur yang memilikinya,” kata peneliti Ekaterina Dadachova.
Efek yang sama pada kemampuan transpor elektron melanin diamati peneliti setelah paparan pada radiasi non ionisasi, sehingga menyarankan kalau jamur melanotik ini dapat pula mampu mengubah radiasi cahaya atau panas untuk pertumbuhannya.
Spesies lain dari jenis bakteri juga ditemukan dan ditemukan di luar lokasi Chernobyl adalah Geobacter metallireducens, yang ditemukan di endapan sungai Potomaik. Selanjutnya ditemukan pula sifat yang sama pada G. sulfurreducens. Para peneliti dari Universitas Massachusetts, Derek Lovley dkk menemukan kalau G. sulfurreducens dapat mengubah uranium yang terlarut di air menjadi senyawa padat bernama uraninite, yang kemudian dapat dibuang.
Tanggal 26 April 1986, 25 tahun lalu, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4 PLTN Chernobyl. Peristiwa ini menggemparkan dunia karena mengingatkan kembali pada ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, saat berkecamuk Perang Dunia II yang menewaskan sekitar 220.000 orang. Trauma Hiroshima dan Nagasaki belum hilang dari ingatan orang, muncul kembali peristiwa Chernobyl yang termasuk kecelakaan terbesar pada PLTN selama kurang lebih 60 tahun.
Berbagai media cetak dan elektronik sejagat memberitakan tragedi itu secara beragam baik yang bersifat normatif, emosional, ataupun bombastis. Penyebabnya adalah akibat pengujian reaktor yang kelewat batas. Pengujian ini berfokus pada pengalihan barisan pasokan listrik untuk reaktor.
Prosedur ujinya pertama dimulai dengan pemadaman darurat otomatis (SCRAM). Tidak ada efek pada keamanan reaktor teramati. Prosedur penyalaan pun siap dilakukan. Karena terasa aman, izin tes tidak ditanda tangani oleh manajer ilmiah atau kepala desainer reaktor (NIKIET) tetapi oleh direktur PLTN.
Menurut parameter tes, keluaran panas reaktor semestinya 700 MW pada awal eksperimen. Bila kondisi tes ini memang dilaksanakan, prosedurnya pasti tetap aman. Bencanapun terjadi ketika para ilmuan berusaha meningkatkan daya keluaran listrik PLTN. Hingga tahun 2004, sudah 985,000 orang meninggal gara-gara bencana dan radiasi yang mengikutinya.
Sepuluh tahun setelah bencana Chernobyl, wartawan Mary Mycio mengunjungi daerah Chernobyl. Dilengkapi dengan dosimeter dan pakaian pelindung, Mycio menjelajahi satu-satunya lingkungan liar radioaktif ini dan menemui penduduk lokal yang tetap tinggal di sana untuk bertahan hidup dan hidup di zona.
Ia menemukan dunia liar yang dipenuhi hewan besar, lebih dari sebelum bencana nuklir terjadi dan banyak diantaranya adalah anggota spesies langka dan terancam punah. Seperti hutan, padang dan rawa habitat ini, baik manusia maupun hewannya tercemar radioaktif. Cesium-137 menumpuk di otot mereka dan strontium-90 di tulang mereka.
Namun mengesankannya, mereka mampu hidup dengan baik.
Tapi ada penemuan yang lebih mengejutkan. Para ilmuan menemukan adanya jamur yang mampu memakan radiasi berbahaya untuk bertahan hidup. Penemuan ini dapat suatu saat memberi makan para astronot di ruang angkasa, setidaknya mereka yang rela memakan jamur tersebut.
Jamur yang disebut jamur radiotropis ini ditemukan tahun 2007 sebagai lendir hitam yang tumbuh didalam dan disekitar PLTN Chernobyl. Penelitian di Kampus Kedokteran Albert Einstein menunjukkan kalau tiga jamur mengandung melanin, Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan Cryptococcus neoformans, meningkat biomassanya dan mengumpulkan asetat lebih cepat dalam lingkungan dimana level radiasinya 500 kali lebih tinggi daripada lingkungan normal.
Terpaparnya sel C. neoformans pada radiasi ini dengan cepat (dalam 20-40 menit paparan) mengubah sifat kimia melaninnya dan meningkatkan laju mediasi transfer elektron melanin (terukur sebagai reduksi ferisianida oleh NADH) 3 hingga 4 kali lipat daripada sel yang tidak terpapar.
“Seperti halnya pigmen klorofil mengubah cahaya matahari menjadi energi kimia yang memungkinkan tanaman hijau hidup dan tumbuh, penelitian kami menunjukkan kalau melanin dapat menggunakan bagian spektrum elektromagnet yang berbeda – radiasi ionisasi – untuk menguntungkan jamur yang memilikinya,” kata peneliti Ekaterina Dadachova.
Efek yang sama pada kemampuan transpor elektron melanin diamati peneliti setelah paparan pada radiasi non ionisasi, sehingga menyarankan kalau jamur melanotik ini dapat pula mampu mengubah radiasi cahaya atau panas untuk pertumbuhannya.
Spesies lain dari jenis bakteri juga ditemukan dan ditemukan di luar lokasi Chernobyl adalah Geobacter metallireducens, yang ditemukan di endapan sungai Potomaik. Selanjutnya ditemukan pula sifat yang sama pada G. sulfurreducens. Para peneliti dari Universitas Massachusetts, Derek Lovley dkk menemukan kalau G. sulfurreducens dapat mengubah uranium yang terlarut di air menjadi senyawa padat bernama uraninite, yang kemudian dapat dibuang.
Posting Komentar
Posting Komentar