Styrofoam memiliki nama lain polystiren. Polystiren adalah monomer yang dibuat dari styrene. Susunan styrene yaitu C6H5-CH=CH2, dimana styrene merupakan salah satu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan tergolong murah namun cepat rapuh. Agar styrena tidak cepat rapuh maka dicampur dengan seng dan senyawa botadine sehingga warna mwnjadi putih susu. Untuk kelenturanya polystirene ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat ( DOP ), butil hidroksi toluena atau n- butil stearat, plastik busa yang menjadi struktur sel sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chloro, fluoro karbon (CFC).hasilnya adalah bentuk yang seperti kita gunakan pada saat ini.
Proses Reaksi kimia Styrofoam
Polystyrene ( styrofoam) dibentuk dari molekul – molekul styrene. Ikatan rangkap antara bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali hingga membentuk ikatan dengan molekul - molekul styrene berikutnyan dan pada akhirnya membentuk polystyrene. Bilamana polystyrene dipanaskan dan udara ditiupkan maka melalui pencampuran tersebut akan terbentuk styrofoam.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.
Dampak penggunaan styrofoam
Styrofoam sebagai wadah makanan sangat marak digunakan mingingat bentuknya yang praktis dan simpel serta harganya yang murah, namun demikian dibalik semua keunggulan yang dimiliki styrofoam terdapat pengaruh buruk bagi kesehatan manusia.*fhi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa styrofoam memiliki potensi yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Bahan pembentuk styrofoam yang biasa disebut gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman, terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukan kedalam kemasanj ini tidak lama kemudian akan leleh, styrofoam tergolong keluarga plastik, plastik pada bahan styrofoam tersusun dari polymer, yakni rantai panjang dari satuan satuan yang lebih kecil yang biasa disebut monomer.
Bila makanan dibungkus dengan bahan pklastik, monomer – monomer ini akan berpindah kedalam makanan dan selanjutnya berpindah ketubuh orang yang mengkonsumsinya.*fhi Bahan kimia yang telah masuk kedalam tubuh ini tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar baik melalui urine maupun kotoran.
Lembaga kesehatan dunia ( WHO ), international agency for research on cancer dan EPA ( infiromental protection sgency telah nyata nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen ( bahan penyebab kangker).*fhi Pada plastik pembungkus makanan berbahan styrofoam mengandung formalin ( zat pengawet mayat ) formalin pada styrofoam merupakan senyawa senyawa yang terkandung dlam bahan dasar plastik.
Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi berpindahnya zat – zat kimia dari styrofoam ke makanan :
*fhi: Suhu yang tinggi, makanan sebelum disajikan kedalam styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun jangan plastik
*fhi: Kadar lemak tinggi, bahan kimia yang terkandung dari styrofoam akan berpindah cepat kemakanan jika dal;am suatu makanan memiliki kadar lemak yang tinggi.
*fhi: Kadar alkohol dan asam yang tinggi
*fhi: Makanan lama kontak, semakin lama makanan disimpan dalam wadah styrofoam semakin besar kemungkinan ju8mlah zat kimia berpindah kedalam makanan.
Bahaya penggunaan styrofoam bagi manusia
•Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat (gejala sakit kepala, letih, depresi)
•Disfungsi sistem syaraf pusat (pengurangan daya ingat, berkurangnya fungsi intelektual, kecepatan visiomotor0
•Berkurangnya daya pendengaran
•Mempercepat detak jantung
•Insomia
Pada styrofoam ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, dimana benzen merupakan larutan yang sulit dicerna, selain itu benzen juga tidak bisa dikeluarkan melalui feces (kotoran) dan urine. Makin lama zat ini akan semakin menumpuk dan berbalut lemak dimana bisa memicu sel kanker, bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Selain itu benzena dapat juga merusak sumsum tulang belakang dan menebabkan anemia
Berkurangnya sistem imun tubuh sehingga menyebabkan infeksi
Dampak Bagi Lingkungan
Styrofoam merupakan musuh terbesar dalam lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali sehingga sulit untuk di daur ulang. Dampak styrofoam bagi lingkungan dimulai dari limbah yang dihasilkan dari proses produksi styrofoam sangat berbahaya, dari data EPA (Environmental Protection Agency) limbah proses produksi styrofoam ditetapkan sebagai salah satu limbah berbahaya terbesar di dunia. Bau yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan dan mengandung 57 zat berbahaya yang dilepaskan ke udara.
Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada saat proses produksi styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil, begitu stabilnya gas ini sehingga baru akan terurai setelah 65-130 tahun.*fhi Gas ini akan melayang ke udara mencapai lapisan ozon di atmozfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
Pengendalian penggunaan styrofoam
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan styrofoam agar dapat mengurangi bahaya dari dampak buruk dari styrofoam antara lain :
Fokus pengemas baru yang ramah lingkungan
Dengan semakin jelasnya dampak buruk yang ditimbulkan styrofoam maka pencarian alternatif bahan pengemas lain harus menjadi fokus penelitian yang baru.
Menghentikan penggunaan styrofoam.
Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa industri makanan seperti mc donald’s pada tahun 1987 yang telah menyatakan berhenti menggunakan bahan pembungkus makanan menggunakan styrofoam.
Selain itu di Indonesia sendiri PT pembangunan Jaya Ancol juga mendeklarasikan area wisata di utara Jakarta sebagai kawasan area bebas styrofoam, sebagai realisasi kawasan rekreasi yang peduli terhadap kesehatan keluarga dan keberlangsungan lingkungan makhluk hidup.
Melakukan upaya prinsip 3 R pada styrofoam.
Ada beberapa perusahaan yang mendaur ulang styrofoam, namun sebenarnya adalah menghancurkan styrofoam lama dan membentuk menjadi styrofoam baru.
Dengan keadaan yang seperti ini yang dapat perlu dilakukan adalah mengurangi pemakaian styrofoam baru, dan beralihlah ke styrofoam hasil daur ulang, tanpa digunakan lagi styrofoam hasil daur ulang tadi tidak ada artinya.
Proses pembuatan styrofoam menggunakan gas CFC ( Cloro Fouro Carbon ) yang merupakan gas rumah kaca, sifatnya stabil yang membuat gas ini dapat bertahan lama diudara dan merusak lapisan ozon, sehingga semakin meningkatkan peristiwa global warming.
Styrofoam merupakan musuh besar bagi kelangsungan kesehatan lingkungan, karena styrofoam tidak dapat diuraikan secara alami dan masih sulit menemukan fasilitas untuk mendaur ulangnya.
Ada beberapa cara sudah dilakukan untuk mengurangi bahaya styrofoam baik bagi kesehatan maupun lingkungan, diantaranya membuat kemasan baru yang dapat diuraikan oleh lingkungan, mengembangkan tekhnologi yang dapat menguraikan styrofoam, memanfaatkan kembali limbah styrofoam yang ada dilingkungan dan sebaiknya mengurangi pemakaian styrofoam sebagai kemasan makanan.
Proses Reaksi kimia Styrofoam
Polystyrene ( styrofoam) dibentuk dari molekul – molekul styrene. Ikatan rangkap antara bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali hingga membentuk ikatan dengan molekul - molekul styrene berikutnyan dan pada akhirnya membentuk polystyrene. Bilamana polystyrene dipanaskan dan udara ditiupkan maka melalui pencampuran tersebut akan terbentuk styrofoam.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.
Dampak penggunaan styrofoam
Styrofoam sebagai wadah makanan sangat marak digunakan mingingat bentuknya yang praktis dan simpel serta harganya yang murah, namun demikian dibalik semua keunggulan yang dimiliki styrofoam terdapat pengaruh buruk bagi kesehatan manusia.*fhi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa styrofoam memiliki potensi yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Bahan pembentuk styrofoam yang biasa disebut gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman, terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukan kedalam kemasanj ini tidak lama kemudian akan leleh, styrofoam tergolong keluarga plastik, plastik pada bahan styrofoam tersusun dari polymer, yakni rantai panjang dari satuan satuan yang lebih kecil yang biasa disebut monomer.
Bila makanan dibungkus dengan bahan pklastik, monomer – monomer ini akan berpindah kedalam makanan dan selanjutnya berpindah ketubuh orang yang mengkonsumsinya.*fhi Bahan kimia yang telah masuk kedalam tubuh ini tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar baik melalui urine maupun kotoran.
Lembaga kesehatan dunia ( WHO ), international agency for research on cancer dan EPA ( infiromental protection sgency telah nyata nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen ( bahan penyebab kangker).*fhi Pada plastik pembungkus makanan berbahan styrofoam mengandung formalin ( zat pengawet mayat ) formalin pada styrofoam merupakan senyawa senyawa yang terkandung dlam bahan dasar plastik.
Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi berpindahnya zat – zat kimia dari styrofoam ke makanan :
*fhi: Suhu yang tinggi, makanan sebelum disajikan kedalam styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun jangan plastik
*fhi: Kadar lemak tinggi, bahan kimia yang terkandung dari styrofoam akan berpindah cepat kemakanan jika dal;am suatu makanan memiliki kadar lemak yang tinggi.
*fhi: Kadar alkohol dan asam yang tinggi
*fhi: Makanan lama kontak, semakin lama makanan disimpan dalam wadah styrofoam semakin besar kemungkinan ju8mlah zat kimia berpindah kedalam makanan.
Bahaya penggunaan styrofoam bagi manusia
•Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat (gejala sakit kepala, letih, depresi)
•Disfungsi sistem syaraf pusat (pengurangan daya ingat, berkurangnya fungsi intelektual, kecepatan visiomotor0
•Berkurangnya daya pendengaran
•Mempercepat detak jantung
•Insomia
Pada styrofoam ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, dimana benzen merupakan larutan yang sulit dicerna, selain itu benzen juga tidak bisa dikeluarkan melalui feces (kotoran) dan urine. Makin lama zat ini akan semakin menumpuk dan berbalut lemak dimana bisa memicu sel kanker, bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Selain itu benzena dapat juga merusak sumsum tulang belakang dan menebabkan anemia
Berkurangnya sistem imun tubuh sehingga menyebabkan infeksi
Dampak Bagi Lingkungan
Styrofoam merupakan musuh terbesar dalam lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali sehingga sulit untuk di daur ulang. Dampak styrofoam bagi lingkungan dimulai dari limbah yang dihasilkan dari proses produksi styrofoam sangat berbahaya, dari data EPA (Environmental Protection Agency) limbah proses produksi styrofoam ditetapkan sebagai salah satu limbah berbahaya terbesar di dunia. Bau yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan dan mengandung 57 zat berbahaya yang dilepaskan ke udara.
Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada saat proses produksi styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil, begitu stabilnya gas ini sehingga baru akan terurai setelah 65-130 tahun.*fhi Gas ini akan melayang ke udara mencapai lapisan ozon di atmozfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
Pengendalian penggunaan styrofoam
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan styrofoam agar dapat mengurangi bahaya dari dampak buruk dari styrofoam antara lain :
Fokus pengemas baru yang ramah lingkungan
Dengan semakin jelasnya dampak buruk yang ditimbulkan styrofoam maka pencarian alternatif bahan pengemas lain harus menjadi fokus penelitian yang baru.
Menghentikan penggunaan styrofoam.
Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa industri makanan seperti mc donald’s pada tahun 1987 yang telah menyatakan berhenti menggunakan bahan pembungkus makanan menggunakan styrofoam.
Selain itu di Indonesia sendiri PT pembangunan Jaya Ancol juga mendeklarasikan area wisata di utara Jakarta sebagai kawasan area bebas styrofoam, sebagai realisasi kawasan rekreasi yang peduli terhadap kesehatan keluarga dan keberlangsungan lingkungan makhluk hidup.
Melakukan upaya prinsip 3 R pada styrofoam.
Ada beberapa perusahaan yang mendaur ulang styrofoam, namun sebenarnya adalah menghancurkan styrofoam lama dan membentuk menjadi styrofoam baru.
Dengan keadaan yang seperti ini yang dapat perlu dilakukan adalah mengurangi pemakaian styrofoam baru, dan beralihlah ke styrofoam hasil daur ulang, tanpa digunakan lagi styrofoam hasil daur ulang tadi tidak ada artinya.
Proses pembuatan styrofoam menggunakan gas CFC ( Cloro Fouro Carbon ) yang merupakan gas rumah kaca, sifatnya stabil yang membuat gas ini dapat bertahan lama diudara dan merusak lapisan ozon, sehingga semakin meningkatkan peristiwa global warming.
Styrofoam merupakan musuh besar bagi kelangsungan kesehatan lingkungan, karena styrofoam tidak dapat diuraikan secara alami dan masih sulit menemukan fasilitas untuk mendaur ulangnya.
Ada beberapa cara sudah dilakukan untuk mengurangi bahaya styrofoam baik bagi kesehatan maupun lingkungan, diantaranya membuat kemasan baru yang dapat diuraikan oleh lingkungan, mengembangkan tekhnologi yang dapat menguraikan styrofoam, memanfaatkan kembali limbah styrofoam yang ada dilingkungan dan sebaiknya mengurangi pemakaian styrofoam sebagai kemasan makanan.
Posting Komentar
Posting Komentar