BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seperti diketahui, mimpi ada yang baik dan yang buruk. Kemudian, dilanjutkan dengan kaidah umum dalam menafsirkan mimpi, seperti adab tafsir mimpi, waktu dalammenafsirkan mimpi, mimpi yang boleh diyakini, hal-hal prinsip dalam menafsirkan mimpi,serta menafsirkan mimpi berdasarkan watak, waktu, dan keadaan. Permasalahan lainnya yang dibahas adalah kedudukan roh dan jiwa saat mimpi, cara menafsirkan mimpi berdasarkan nama, makna dan bahasa yang digunakan, mimpi yang benar, dan hal-hal yang harus dilakukan saat bermimpi tentang sesuatu yang tidak baik atau mimpi buruk. Terdapat juga penjelaskan adab menafsirkan mimpi dan membedakan antara mimpi yang baik dan buruk.
Pada hakikatnya, mimpi adalah deretan dari gambaran mental yang saling bertalian dan berlangsung selama orang tidur. Memahami mimpi hanya sebagai akibat dari pengaruh mekanisme fisik dan cermin dari gejala psikologis (kejiwaan) yang dialami seseorang semata.
Suatu kepribadian adalah paduan kompromi dari inner-life dengan dunia luar. Dengandemikian mimpi merupakan bukti adanya dimensi innate religious, atau kesadaran beragama yang bersifat bawaan, sebab mimpi-mimpi yang digambarkan oleh menusia dahulu hingga modern sekarang ini tetap menggambarkan paradigma pskologis tentang hubungan manusia dengan alam spiritual. Melalui analisa mimpi dari berbagai aspek psikologinya, dapat disimpulkan bahwa adanya kekuatan-kekuatan terpendam yang bersifat religius yang memanifestasi berupa bentuk-bentuk memuliakan, mensakralkan sesuatu di dalam kehidupan manusia.
Posting Komentar
Posting Komentar