ILMU GAIB DAN KHODAM
Dunia keilmuan gaib terbagi dalam 2 penggolongan besar, yaitu keilmuan
yang berlatar belakang pengolahan potensi diri (kebatinan / spiritual,
tenaga dalam, kekuatan pikiran seperti hipnotis, telekinetik, dsb) dan
yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam.
Keilmuan gaib (perbuatan-perbuatan gaib dan ajaib) bisa dilakukan oleh
siapa saja, bukan hanya praktisi ilmu gaib dan yang memiliki khodam
ilmu mahluk halus, tetapi juga para praktisi tenaga dalam, kebatinan
dan spiritual (dalam hal ini kekuatan gaibnya berasal dari tenaga
dalam dan kegaiban sukma mereka sendiri).
Ilmu gaib dan ilmu khodam sudah banyak digunakan di berbagai belahan
dunia, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di tanah Arab, Afrika,
Eropa, Asia dan Amerika (Indian) dalam berbagai bentuk keilmuan gaib /
perdukunan sesuai pemahaman masyarakatnya masing-masing.
Pada jaman dulu, di tanah Arab, Afrika dan Eropa, ilmu gaib dan ilmu
khodam sering disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum. Ilmu-ilmu
dalam ilmu gaib dan ilmu khodam dalam prakteknya memang terbagi dalam
3 kelompok besar keilmuan tersebut. Sedangkan di tempat-tempat lain,
ilmu gaib dan ilmu khodam dikonotasikan sebagai ilmu-ilmu perdukunan.
Ilmu Sihir adalah keilmuan gaib yang terkait dengan kegaiban dan
perbuatan-perbuatan gaib. Pengertian ilmu sihir bersifat luas dan
sebagiannya juga merupakan ilmu tenung dan nujum. Dalam prakteknya
ilmu ini biasa digunakan untuk menggerakkan benda-benda dengan tanpa
disentuh, menghipnotis / menguasai pikiran dan tubuh seseorang untuk
maksud tertentu, mengelabui penglihatan / pikiran seseorang (ilusi,
halusinasi dan halimunan), menciptakan kekuatan tubuh dan kesaktian
gaib, atau menyakiti dan membunuh orang lain dengan cara gaib, dan
perbuatan-perbuatan ajaib seperti sulap. Ilmu sihir ini sering disebut
sebagai ilmu magic, karena berhubungan dengan perbuatan-perbuatan gaib
/ ajaib di mata umum.
Di dunia Arab dulu, konotasi ilmu sihir adalah untuk tujuan yang tidak
baik, sehingga sering disebut ilmu black magic (ilmu sihir jahat),
sedangkan di Eropa, selain ada yang digunakan untuk tujuan yang tidak
baik (black magic), ada juga ilmu sihir yang digunakan untuk tujuan
kebaikan, misalnya untuk menyembuhkan orang sakit, menangkal serangan
gaib atau untuk mengusir gangguan roh-roh jahat, sehingga disebut ilmu
white magic (ilmu sihir yang baik).
Di Eropa, walaupun ada, tetapi ilmu sihir tidak selalu digunakan
terhadap orang lain untuk tujuan yang negatif. Dalam beberapa hal ilmu
sihir juga digunakan sebagai kemampuan ketrampilan untuk pertunjukan
hiburan seperti sulap, sehingga ilmu itu disebut ilmu magic (sulap)
dan pelakunya disebut magician (pesulap).
Di Eropa, seiring dengan perkembangan peradaban dan agama, banyak
pelaku ilmu sihir yang dikucilkan atau dihakimi massa (dibunuh),
karena dituduh sebagai orang yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat
(tenung) terhadap orang lain.
Ilmu Tenung adalah ilmu gaib yang digunakan untuk tujuan negatif,
yaitu untuk menguasai pikiran / kesadaran orang lain atau untuk
menyakiti / membunuh orang lain dengan cara gaib. Pada masa sekarang
ilmu tenung ini sering disebut sebagai ilmu guna-guna, pelet, teluh
dan santet. Ilmu tenung ini disebut sebagai ilmu black magic (ilmu
sihir jahat).
Dalam ilmu sihir dan ilmu tenung ada kesamaan dalam perbuatan yang
dilakukan terhadap seseorang, seperti membuat seseorang tersihir /
berhalusinasi, berilusi, terhipnotis / digendam, lupa diri, lupa
ingatan, dipelet, dsb. Pada ilmu sihir perbuatan-perbuatan itu
dilakukan secara langsung berhadapan dengan si manusia objeknya,
sedangkan pada ilmu tenung perbuatan-perbuatan itu dilakukan di
belakangnya (dilakukan jarak jauh).
Ilmu Nujum adalah ilmu gaib yang digunakan untuk peramalan-peramalan
atau untuk terawangan gaib. Dalam prakteknya ilmu ini biasa digunakan
untuk untuk meramal kehidupan seseorang atau meramal kehidupan masa
depan, dilakukan dengan cara penglihatan gaib atau dengan menggunakan
alat-alat bantu seperti bola kristal, pendulum, kartu bergambar, papan
ramalan atau alat-alat seperti dalam permainan jaelangkung. Selain
yang penerapannya mendasarkan diri pada kemampuan gaib, ilmu nujum
juga banyak yang didasarkan pada hasil pengamatan manusia terhadap
kondisi alam (zodiak, perbintangan, ramalan cuaca / musim, dsb) dan
hasil pengamatan pada bentuk dan tanda-tanda tubuh manusia (ramalan
garis tangan, katuranggan, dsb). Ilmu ini juga biasa digunakan untuk
terawangan gaib, untuk melihat suatu lokasi di tempat yang jauh atau
untuk melihat atau mencari keberadaan seseorang di tempat lain.
Sebelum lahirnya agama Islam, di tanah Arab keilmuan gaib sangat
membudaya. Selain kondisi moralitas kehidupan manusia jaman itu yang
mayoritas rendah sekali (seperti kondisi moralitas masyarakat kota
Sodom dan Gomora yang dibinasakan Allah), ilmu sihir atau ilmu gaib
juga biasa digunakan di masyarakat untuk tujuan yang tidak baik, dan
kental hubungannya dengan kehidupan berhala, semua orang memuja
dewa-dewanya sendiri, dan masing-masing bangsa menciptakan sendiri
dewa-dewa yang lebih "hebat" daripada dewa-dewa bangsa lain, sehingga
kondisi peradaban dan moralitas manusia pada masa itu benar-benar
disebut jaman kegelapan.
Keilmuan gaib juga digunakan dalam ketentaraan, salah satunya
digunakan untuk membentuk pasukan khusus yang patuh luar biasa kepada
tuannya (karena dihipnotis / digendam), tubuhnya kuat dan tidak
merasakan sakit ketika diserang atau dikenai senjata lawan. Ketika
kerajaan-kerajaan di Arab menyerang kerajaan lain, ilmu gaib / sihir
juga digunakan untuk melumpuhkan kekuatan atau psikologis tentara
lawan, sehingga bila satu kerajaan Arab berperang melawan kerajaan
Arab yang lain, maka yang terjadi bukan hanya perang ketentaraan,
tetapi juga perang ilmu gaib.
Ilmu gaib dan ilmu khodam dari tanah Arab terkenal sekali sampai ke
Eropa dan Afrika, biasa disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum.
Dan terkenal juga pada masa itu bahwa ilmu gaib Arab hanya bisa
dikalahkan oleh kekuatan Tuhan, seperti dalam kisah Nabi Musa yang
berhadapan dengan ahli-ahli sihir Firaun Mesir. Pada masa itu tanah
Israel sangat terkenal, selain karena daerahnya adalah yang paling
subur dan banyak sumber air dibandingkan tanah Arab lainnya, sehingga
menjadi rebutan bangsa-bangsa, batas-batas wilayahnya juga tidak bisa
ditembus oleh ilmu sihir Arab. Pada masa itu sangat terkenal bahwa
Allah sebagai "Dewa"- nya bangsa Israel adalah kekuatan yang tidak
terlawan oleh kekuatan dewa-dewa bangsa manapun, dan terkenal juga
bahwa selama bangsa Israel patuh kepada Tuhan dan Nabi-Nabi mereka,
kekuatan Allah melindungi bangsa Israel, sehingga tidak ada satu pun
kerajaan besar Arab pada masa itu yang dapat menaklukan kerajaan kecil
Israel.
Tuhan-nya Israel dipuja oleh banyak bangsa, bukan hanya oleh penganut
agama Israel, Nasrani, dan Islam, tetapi juga oleh bangsa-bangsa di
Afrika dan Eropa (Yunani / Romawi), yang menyediakan kuil khusus untuk
menyembahNya dengan menyebutNya sebagai "Dewa yang tidak kami kenal
namaNya". Bangsa Israel sebenarnya adalah juga bangsa Arab, karena
Nabi Abraham sebagai nenek moyang mereka adalah juga orang Arab.
Tetapi setelah Nabi Abraham diperintahkan Allah keluar dari lingkungan
keluarga mereka untuk tinggal di tanah Israel sebagai tanah yang
dijanjikan Allah untuknya dan untuk keturunannya, keturunan Nabi
Abraham membentuk sebuah bangsa baru, bangsa Israel, yang terpisah
dari bangsa Arab lain.
Keilmuan gaib dari India dan Hindu hampir sama, tetapi yang dari India
lebih luas ragamnya karena berlatar belakang budaya keilmuan yang
tidak semuanya berlatar belakang agama Hindu, tapi juga berlatar
belakang sama, yaitu kepercayaan kepada dewa-dewa dan mahluk halus
lainnya. Tetapi disana kebanyakan ilmu gaib dan ilmu khodam bersifat
kombinasi dengan tenaga dalam (prana / kundalini), dan kebatinan /
spiritual, sehingga kadar kekuatannya jauh lebih tinggi dibandingkan
keilmuan dari daerah lain. Mereka juga mampu mengenal mahluk halus
tingkat tinggi, sehingga bisa mempunyai khodam ilmu kelas atas, juga
jimat dan pusaka berkesaktian tinggi.
Di negara India dan sekitarnya, yang hingga saat ini masih tetap
merupakan wilayah dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1
tertinggi di dunia, ada banyak sekali ajaran tentang ilmu gaib dan
ilmu khodam (penyatuan manusia dengan roh lain sebagai sumber
kesaktian). Penyatuan yang paling tinggi antara manusia dengan roh
lain adalah berupa penitisan Dewa ke dalam diri seseorang, seperti
penitisan Dewa Wisnu ke dalam diri Prabu Kresna (Dewa Wisnu juga
pernah menitis ke dalam diri Prabu Airlangga, raja kerajaan Kediri,
dan Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran).
Penitisan itu menghasilkan kesaktian dan kewaskitaan yang luar biasa,
bahkan sejak si manusia tersebut masih kecil dan belum belajar ilmu
kesaktian. Penitisan itu tidak termasuk sebagai ilmu khodam, tetapi
dasar kekuatan ilmunya sama, yaitu roh gaib lain. Manusia yang
bersangkutan disebut 'Manusia Titisan Dewa'.
Yang berlatar belakang agama Budha kebanyakan bersifat kombinasi
tenaga dalam, kebatinan dan spiritual, yang diolah dengan tata cara
meditasi seperti yang diajarkan dalam agama Budha. Dalam meditasi
mereka, mantra-mantra dibacakan / diwirid dengan bunyi intonasi khusus
yang bisa membuka dan mengaktifkan cakra-cakra tubuh. Nada-nada
intonasi tersebut juga dapat digunakan untuk menyerang mahluk halus
dan menembus pagaran gaib lawan. Keilmuan gaib mereka biasanya tidak
ditujukan untuk menyerang atau menyakiti, karena didasarkan pada
ajaran cinta kasih Budha, tetapi bersifat menangkal, menenggelamkan /
menghapuskan keampuhan ilmu gaib lawan.
Ilmu gaib dan khodam di tanah Jawa (termasuk Sunda) awalnya banyak
berdasarkan pada kekuatan kebatinan dan spiritual asli masyarakat
setempat, tetapi dalam perkembangannya juga banyak mengadaptasi
keilmuan yang berlatar belakang agama Hindu dan Budha sebagai agama
masyarakat pada masa itu. Setelah berkembangnya agama Islam di tanah
Jawa, muncul banyak keilmuan gaib yang mantranya berbahasa Arab, dan
keilmuan asli setempat banyak yang dibelokkan menjadi bernuansa agama
Islam (disebut keilmuan Sunda Islam dan Islam kejawen) yang malah
menjadikan kekuatan gaibnya menurun karena sugestinya dirubah, menjadi
tidak asli lagi seperti saat pertama ilmu itu diciptakan.
Keilmuan gaib Arab bersifat murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam
dan variasi ilmunya banyak sekali, tetapi kekuatannya tidak setinggi
keilmuan gaib yang asli Jawa atau Sunda atau yang dari India, Hindu
atau Budha, karena tidak dilandasi kekuatan kebatinan / spiritual yang
tinggi, hanya mengandalkan kekuatan sugesti mantra / amalan gaib. Di
Eropa dan Afrika juga banyak digunakan ilmu gaib, tetapi kadar
kekuatannya masih di bawah ilmu sihir Arab dan variasi ilmunya tidak
sebanyak ilmu sihir Arab.
Kekuatan ilmu gaib yang murni bersifat ilmu gaib, secara rata-rata
sama, tetapi pada prakteknya kekuatannya tergantung pada kekuatan
sugesti dan kekuatan khodam masing-masing penggunanya. Banyaknya
variasi / koleksi ilmu seringkali menjadi ukuran kehebatan keilmuan
seseorang dibandingkan orang lain. Kekuatan ilmu gaib yang murni
bersifat ilmu gaib (mengandalkan kekuatan sugesti dan khodam) biasanya
secara umum kekuatan ilmunya jauh lebih rendah dibandingkan kekuatan
ilmu yang didasari kekuatan kebatinan / spiritual, apalagi bila orang
itu juga berkhodam.
Di Indonesia, terutama di Jawa, sehubungan dengan penyebaran agama
Islam, istilah ilmu sihir, tenung dan nujum sudah disingkirkan dan
dianggap sesat, dan digantikan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam
bernuansa Islam yang dianggap halal (tetapi istilah ilmu gaib dan
ilmu khodam pun seringkali ditutup-tutupi karena ada yang menganggap
syirik / musyrik, sehingga istilahnya disamarkan dan disamakan dengan
ilmu kebatinan rohani / karomah). Penggunaan mahluk halus sebagai
khodam ilmu pun dibagi dalam 2 pengertian, yaitu mahluk halus umum
(disebut jin kafir) yang dianggap haram penggunaannya dan mahluk halus
yang sudah di-Islamkan (jin Islam) yang sering dianggap halal.
Dalam hubungannya dengan budaya Islam di Jawa, aliran keilmuan gaib
terbagi dalam 3 aliran besar, yaitu Aliran Kejawen, Aliran Hikmah dan
Aliran Islam Kejawen.
Keilmuan gaib dalam Aliran Kejawen masih menggunakan amalan-amalan
yang asli berbahasa Jawa, sebagiannya merupakan ilmu-ilmu tua yang
masih asli dan diturunkan secara turun-temurun menjadi ilmu keluarga.
Namun kadar kekuatannya sudah tidak lagi sekuat ilmu aslinya karena
dalam menekuninya tidak lagi berdasarkan kebatinan jawa dan sudah
tidak lagi dilakukan cara-cara berat yang sama dengan aslinya dulu,
misalnya laku puasanya tidak lagi puasa ngebleng, tetapi hanya puasa
biasa saja dari subuh sampai mahgrib atau hanya puasa berpantang
makanan tertentu saja.
Keilmuan gaib dalam Aliran Hikmah banyak berkembang di kalangan
pesantren dan perguruan-perguruan silat berlatar belakang agama Islam
dengan ciri khas doa / amalan ilmu berbahasa Arab (kebanyakan diambil
dari ayat-ayat Al-Quran). Keilmuan ini didasarkan pada penghayatan
ketuhanan dalam agama Islam.
Keilmuan gaib aliran Islam Kejawen adalah ilmu gaib kejawen yang
dilakukan oleh penganut agama Islam, yang dalam prakteknya ilmu gaib
kejawen itu sudah ditambahkan dengan basmalah dan kalimat syahadat
(supaya terkesan bernuansa agama Islam dan tidak dibilang sesat), yang
seringkali menyebabkan kekuatan gaibnya menurun menjadi tinggal
sepertiganya saja (karena sugestinya dirubah). Misalnya amalan gaib
kejawen yang awalan pembukanya aslinya berbunyi Hong ........ ,
kemudian diganti dengan Bismillah ........... , atau yang aslinya
menyebut Kakang Kawah Adi Ari-ari ........ , kemudian diganti dengan
kalimat syahadat.
Dalam hubungannya dengan budaya Islam, terutama di Jawa, ilmu-ilmu
gaib, ilmu gaib kejawen dan ilmu-ilmu kebatinan seringkali dikatakan
sesat / musryk / syirik, dan dikonotasikan sebagai ilmu-ilmu
perdukunan atau disamakan dengan budaya animisme / dinamisme. Di sisi
lain, semua keilmuan gaib dan kegaiban yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
agama Islam dianggap sebagai karomah, dan ilmu-ilmu gaib yang
menggunakan amalan-amalan bernuansa agama Islam sering disebut sebagai
"Ilmu Allah" (namun ada pihak-pihak yang mengkritisi istilah
tersebut, apakah ilmu itu diajarkan oleh Allah ?, apakah Allah
menggunakan ilmu gaib untuk menciptakan kegaiban ? ).
Ilmu gaib dan berkhodam dalam aliran kejawen dan aliran Islam kejawen,
cara mendapatkannya dan dalam penggunaannya banyak yang masih
mengikuti budaya lama, yaitu masih harus dilakukan dengan cara
berpuasa, menyepi, tirakat, sesaji kembang, tumpengan, dsb. Ilmu gaib
dan berkhodam dalam aliran Islam lebih praktis, seringkali hanya perlu
puasa ringan dan mewirid amalan gaibnya saja (walaupun harus
berjam-jam melakukannya), ada juga yang hanya perlu membaca syahadat
saja untuk mendapatkannya dan menggunakan sesaji minyak arab dalam
penggunaannya.
Di Arab Saudi, negara kiblat agama Islam, keberadaan ilmu-ilmu gaib
sudah tidak kelihatan lagi sehubungan dengan adanya larangan
penggunaannya dalam agama mereka, tetapi di negara-negara Arab lain
ilmu-ilmu tersebut masih berkembang dan masih banyak digunakan. Justru
ilmu-ilmu itulah yang sering dijadikan alat untuk menarik pengikut,
sehingga kemudian berkembang suatu pandangan (sampai sekarang), bahwa
seorang tokoh agama akan terkenal atau dianggap istimewa (memiliki
karomah) jika orang itu menguasai keilmuan gaib atau kesaktian gaib.
Jika tidak, maka orang itu akan dianggap biasa saja, tidak ada
keistimewaannya.
Posting Komentar
Posting Komentar