“Kalau saja aku tidak membawa penumpang kuntilanak dan diajaknya berhubungan intim aku tidak menderita impoten permanen seperti ini.” Bisik hatinya penuh penyesalan.
Akan tetapi, apa hendak dikata ibarat pribahasa nasi sudah menjadi bubur. Peristiwa ia berlangsung sekitar dua puluh tahun lalu tepatnya di bulan haji. Tradisi masyarakat Kabupaten Langkat di bulan haji digelar hajatan pesta perkawinan atau sunatan. Setiap Sabtu dan Minggu ada saja warga yang menggelar pesta.Pengasilan Kamino narik ojek mengantarkan penumpang ke tempat kondangan dalam satu hari bisa mencapai seratus ribu rupiah. Suatu penghasilan cukup besar di zaman itu.
Kamino kadangkala sampai dini hari baru pulang ke rumah orangtuanya, dulu ia dan keluarganya tinggal di kawasan Lingkungan II Titi Putih Kelurahan Perdamaian Stabat.
Pada malam Minggu itu cuaca Kota Stabat Kab. Langkat Sumut sangat cerah bulan purnama dan ribuan bintang mengiasi angkasa. Bagi Kamino tidak ada rasa letih meskipun seharian menyelusuri jalan raya mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Rencana hendak meminang Anisah gadis yang telah dipacarinya selama dua tahun memotivasi Kamino untuk giat mencari uang.
Saat tengah malam itu Kamino barusan saja mengantarkan penumpang ibuk-ibuk ke tempat kondangan di Desa Batu Melenggang Kec. Hinai. Ketika malam sudah menunjukkan pukul 00 Wib. Ia berniat hendak pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan sampai ke kota Stabat Kamino tidak mendapatkan penumpang, tapi begitu tiba di Simpang Maut Kuala Bingai Kamino melihat ada seorang perempuan berdiri di pinggir jalan menyetop ojeknya. Kamino berhenti di depan perempuan berambut panjang sebatas pinggul. Tubuhnya tinggi semampai seksi bagai gitar sepayol dan sangat indah dipandang mata
“Mas tolong antarkan aku ke tempat kondangan di Desa Tanjung Beringin ,” pintanya. Kamino hanya diam membisu menatap wajah cantik rupawan perempuan itu. Dalam hatinya sebenarnya ia malas mengantarkannya, tapi ia tidak ingin mengecewakan penumpang. Rezeki tidak boleh di tolak. Begitu bisik hatinya.
“Tolonglah Mas yang pesta teman akrabku, Pasti dia marah kalau aku tidak menghadiri pesta penikahannya,” rengek perempuan itu manja. Ia mengedipkan matanya menggoda. Sar darah Kamino berdesir.
“Ayoklah Mbak !” katanya.
Kemudian perempuan itu lalu mengempaskan bokongnya ke atas sadel sepeda motornya. Tangan mulus perempuan itu memeluk pinggangnya.
“Jangan ngebut Mas santai aja,” pintanya. Suara perempuan yang diboncengnya terdengar sangat nyaring di telinganya.
“Namanya siapa Mbak dan rumahnya di mana?” Tanya Kamino.
“Namaku Kuntila Puspita Dewi Mas, Panggil aja Dewi jangan pakai Mbak. Umurku baru dua puluh tahun Mas. Rumahku di Ranto Kwala Simpang Aceh Tamiang. Aku ketiduran dalam bus Mas. Begitu terjaga dari tidur sudah sampai di depan kantor Koramil. Aku minta berhenti dan bus berhenti di Simpang Maut,” katanya.
“Mengapa pergi sendirian tidak bersama pacanya ?” Tanya Kamino kemudian.
“Aku belum punya pacar Mas. Aku ini janda !” jawabnya.
“Anaknya berapa ?” Tanya Kamino.
“Enggak punya anak Mas. Suamiku meninggal dua tahun lalu korban kecelakaan lalu lintas. Sejak suamiku meninggal aku menjanda, dan Mas sendiri sudah punya isteri !” ia balik bertanya.
“Sudah,” jawab Kamino berdusta.
“Sudah punya anak Mas ?”
“Belum.”
“Sudah berapa tahun menikah Mas ?”
“Setahun.”
Perempuan itu ternyata enak di ajak bercerita tak terasa perjalanan sudah hampir tiba di tempat tujuan.
“Mas disimpang Pasar 8 nanti belok,” katanya.
Pada saat memasuki simpang pasar 8 di Kecamatan Hinai terlihat ramai tamu undangan keluar masuk menuju ke tempat pesta. Padahal tadi saat Kamino lewat di simpang itu, setelah mengantarkan sewa dari Desa Batu Melenggang terlihat sepi. Mengapa sekarang terlihat ramai. Bisik hatinya merasa heran. Akan tetapi, orkes dangdut menyemarakkan pesta pernikahan malam itu membuat Kamino terlena dan larut dalam suasana gembira.
Kedatangan Dewi disambut peluk cium penyambut tamu. Kamino diperkenalkan sebagai pacar barunya. Pemuda itu hanya senyum-senyum saja.
“Mas tunggu di sini sebentar ya, Dewi mau menemui pengantin wanita,” katanya. Kamino hanya mengangguk.
Dia duduk sambil menyantap sepiring nasi putih bersama lauk pauknya dengan lahapnya. Dia asyik menonton pertunjukan orkes dangdut, sehingga tidak memikirkan hal-hal gaib yang terjadi di depan matanya. Ketika matanya melihat Mia, Kamino mengernyitkan dahi.
“Itu kan Mia penyanyi dangdut yang sudah meninggal beberapa bulan lalu. Mengapa dia ada di sini jadi biduan lagi ?” guman hati Kamino bartanya-tanya.
“Tidak mungkin Mia. Diakan sudah meninggal dunia. Wajahnya memang mirip seperti pinang dibelah dua,” bisik hati Kamino.
“Mas yok kita kerumah temanku. Mas mau pulang sudah tanggung mendingan pulang besok pagi aja . Di rumah temanku Mas bisa istirahat !” ujar Dewi.
“Benar juga,” bisik hati Kamino.
Kemudian, Dewi mengajak Kamino ke rumah temannya. Mereka berjalan melewati gang-gang yang sempit. Bangunan rumah sangat rapat berdempetan. Gang masuk ke rumah teman Dewi hanya pas untuk ukuran tubuh dan bentuk bangunan rumah itu bermacam-macam sesuai dengan status keluarga yang membangunnya. Ada yang berdinding beton dan berlantai kramik ada juga yang hanya berdinding gedek bahkan tidak berdinding sama sekali. Setibanya disebuah rumah bercat putih Dewi berhenti.
“Ini rumahnya Mas!” katanya.
Pintu rumah yang terkunci di buka keduanya memasuki rumah itu. Cahaya dalam rumah itu remang-remang.
“Penghuni rumah ini kemana ?” Tanya Kamino.
“Di tempat pesta tadi. Besok pagi mereka pulang,” jawab Tila.
“Jadi di rumah ini kita tinggal bedua ?” Tila henya mengangguk.
“Duduk dulu Mas. Kita ngobrol sambil minum kopi,” ujar Tila. Kamino hanya mengangguk.
Tila selain menyedu kopi hangat ia ganti pakaian begini. Begitu ia muncul sambil membawa minuman Tila mengenakan busana tipis tembus pandang. Kamino terperangah darah kejantanannya berdesis seperti ular cobra mendeteksi buruannya dan nafsu birahinya sekoyong-koyong bangkit. Tila hanya tersenyum-senyum mengerlingkan bola matanya untuk menggodanya.
“Mas ini kopinya,” kata Tila sambil duduk merapat. Tanpa malu ia sandarkan kepalanya di tubuh Kamino.
“Rambutnya bau kembang kantil,” bisik hati Kamino. Tapi, Kamino tidak mempedulikannya. Ia sama sekali tidak menaruh rasa curiga jika perempuan yang dipeluknya makhluk dari dunia lain.
“Mas !” kata Tila. Kata-kata itu hanya sampai di situ saja. Ia lama menatap wajah Kamino seperti minta sesuatu. Kamino paham apa keinginan Tila. Kamino memainkan kedua belah tangannya meraba bagian sentitiv di tubuh Tila. Perempuan itu menggelinjang merasakan kenikmatan.
“Terus lakukan Mas aku membutuhkannya. Sekian lama aku merindukan suasana seperti ini. Dulu sewaktu suamiku masih hidup kami sama-sama merasakan kenikmatan syurgawi setiap berhubungan suami isteri, tapi sekarang setelah suamiku meninggal aku tidak pernah merasakannya lagi,” cerita Tila berterus terang. Kamino terus menjelajahi titik-titik birahi di tubuh Tila.
“Mas. Puaskan aku !” pinta Tila mengiba. Kamino hanya mengangguk.
“Kalau cucu ingin menikmati hubungan suami isteri dengan Kuntila Puspita Dewi lepaskan jimat ini. Kalau tidak ingin cucu ikatkan dipinggang,” kata mbah dukun menjelaskan kegunaan jimat yang diberikannya.
Benar saja jika Kamino memakai jimat dia tidak bermimpi "berhubungan intim" dengan Kuntila Puspita Dewi. Namun kadangkala kiinginan nafsunya tak dapat di tahannya ia lepaskan jimat itu, ia dapat menikmati "hubungan intim" walau hanya dalam mimpi tapi ia merasa puas.
Kemudian, Kamino mencari dukun lain tapi hasilnya tetap sama. Sudah puluhan dukun di datanginya tapi kesembuhan yang diharapkannya tidak pernah menjadi kenyataan.
Saat ini Kamino dihadapkan pada dilema bagaimana aku harus menghadapinya.
“Memutuskan hubungan cinta dengan Anisyah sungguh tidak mungkin. Apalagi keperawanannya sudah aku renggut. Pasti ia akan meminta pertanggungjawaban dari diriku. Bagaimana aku ini apakah aku harus bunuh diri? Kalaupun harus menikah dengannya pasti ia kecewa karena tidak dapat memuskan nafsu bi rahinya. Pilihan kedua memang lebih aman, persoalan Anisyah kecewa urusannya nanti.” Bisik hatinya memikirkan problema yang dihadapinya.
Kamino akhirnya berketetapan hati memilih menikahi Anisyah. Pada malam pertama seperti yang ia bayangkan pasti Aisyah kecewa.
“Abang pasti sering jajan dengan PSK!” tuduhnya.
“Jangan menuduh sembarangan!” bantah Kamino.
“Buktinya abang kehilangan keperkasaan. Kalau abang tidak selingkuh lalu apa yang menyebabkan keperkasaan abang hilang !” tanya Anisyah. Di malam pertama itu terjadi pertengkaran. Anisyah sangat kecewa sekali soalnya ia pernah merasakan kenikmatan syurgawai saat "berhubungan intim" di luar nikah bersama Kamino. Kini setelah resmi menikah kenikmatan syurgawi itu tiba-tiba hilang.
Kamino menjadi bingung apakah harus berterus terang menjelaskan pada Aisyah atau tetap berdusta.
“Aku harus berkata jujur pada Anisyah . Terserah nanti bagaimana ia menanggapinya,” bisik hatinya.
Akhirnya Kamino menceritakan peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu.
“Laki-laki mata keranjang, hidung belang !” makinya.
“Apapun kata-kata yang kau ucapkan Abang terima, Abang sudah berusaha mengobatinya ke mana-mana tapi tidak sembuh. Maafkan Abang Syah ” Mohon Kamino.
Anisyah hanya diam membisu . Sepanjang malam itu keduanya tidak dapat tidur. Malam kedua kejadiannya juga sama seperti malam pertama kemarin. Kamino hanya bisa bisa memuaskan "nafsu birahi" Anisyah melalui "oral seks". Padahal Anisyah menginginkan kenikmatan yang lebih.
Pada saat Anisyah menyatakan kepada kedua orangtuanya hendak bercerai dengan Kamino. Kedua orangtuanya sangat terkejut demikian pula kedua mertuanya. Tapi setelah dijelaskan Anisyah akhirnya kedua orangtuanya dan mertuanya dapat memahaminya. Anisyah melakukan gugatan ke cerai Pengadilan Agama dengan alasan suaminya tidak dapat memberikan nafkah bathin. Gugatan itu akhirnya dikabulkan Pengadilan setelah ada surat dari doktor ahli kandungan yang menyatakan Kamino menderita impoten sifatnya permanen.
Hanya enam bulan bersetatus janda Anisyah mendapat pendamping hidup duda tanpa anak. Isteri pertama suaminya meninggal dunia bersama bayi pertamanya saat melahirkan. Kini Aisyah bersama suaminya merajut hari-hari bahagia. Kebahagian pasangan suami isteri ini menjadi sempurna ketika Aisyah mengandung anak pertama. Kini Anisyah sudah dikarunia empat orang anak mulai beranjak remaja.
Berbeda dengan Kamino dia harus menjalani hari-hari hidupnya seorang diri. Ketika ia tak sanggup lagi menahan gejolak "nafsu birahinya" Kamino melepaskan jimat yang terikat di pinggangnya. Kuntila Puspita Dewi datang datang mimpinya. Lalu mereka berdua asik menikmati "hubungan suami isteri". Namun aneh, di dalam mimpi Mr P Kamino berubah menjadi perkasa. Saat ia terjaga celana dalamnya dibasahi cairan "sperma".Ternyata dampak dari "hubungan intim" meskipun hanya di alam mimpi mendatangkan penyakit kanker prostat.
Pada awalnya Kamino tidak menghiraukan penyakitnya itu tapi kemudian ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakit saat hendak buat air kecil. Keluarganya segera membawanya ke Rumah Sakit. Ia harus menjalani operasi pengangkatan sel-sel kanker. Karena penyakit kanker yang dideritanya termasuk kanker ganas. Pada operasi yang ketiga Kamino telah berpulang kerahmatullah.
Read more: http://paling--seru.blogspot.com/2013/07/kisah-horor-penuh-misteri-di-ajak.html?m=0#ixzz2hfJUWAbv
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: @ayutingtingid on Twitter
Posting Komentar
Posting Komentar