-->

Harta Karun dan Rahasia Rempah di Borobudur


Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) akan kembali digelar pada tanggal 17-20 Oktober 2013. Festival ini diadakan oleh Samana Foundation yang berkedudukan di Borobudur dan Jakarta, dan didukung penuh oleh PT. Taman Wisata Candi (PT. TWC).

Pergelaran BWCF 2013 akan mengangkat tema “Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari Nusantara, antara Kolonial dan Poskolonial”. BWCF 2013 akan diikuti oleh sekitar 250 penulis dari dalam dan luar negeri.

“Acara utamanya adalah Writers Forum dan Seminar, yaitu kegiatan pertemuan, dialog dan musyawarah yang melibatkan 250 penulis, sejarawan, arkeolog, dan jurnalis nasional,” ujar Yoke Darmawan, direktur Borobudur Writers and Cultural Festival 2013, dalam keterangan tertulisnya Minggu, 13 Oktober 2013.

Festival itu akan berlangung selama empat hari, 17 hingga 20 Oktober 2013, di sejumlah tempat, antara lain di Hotel Manohara, Borobudur, dan Rumah Buku Dunia Tera, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sementara di Yogyakarta, akan bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, Hotel Hyatt Regency, dan Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta.

Acara yang digelar misalnya Wacana Rempah, berupa pembahasan kekayaan kuliner Nusantara dalam perspektif kesejarahan dan budaya. Acara itu akan diisi oleh para tokoh kuliner dan rempah serta sejarawan-arkeolog. Di antaranya, Jaya Suprana yang akan memberikan kuliah tentang “Jamu, Khazanah Herbal dan Kekayaan Rempah Nusantara”.

Di acara itu juga akan tampil Prof. Dr. Timbul Haryono yang akan membahas “Sejarah Makanan dan Gaya Hidup Nusantara dari Zaman Jawa Kuno hingga abad ke 21”. Selain diskusi, akan digelar juga panggung seni, pemutaran film, dan pesta buku.


Candi Borobudur

Pada acara “Writers Forum dan Seminar” akan dibahas jalur utama rempah-rempah yang telah mengubah dan membentuk peta kekuatan maritim di Nusantara di masa lalu. Bagaimana rempah-rempah membuat nusantara masuk dalam percaturan ekonomi global, seperti Banten yang mengekspor lada sampai ke Eropa.

Tema itu menarik karena akan dikupas perihal “Harta Karun di Laut & Kapal Karam di laut Nusantara”, dan “Kemampuan Maritim Nusantara” sejak zaman pra-sejarah, masa Sriwijaya dan Majapahit.
“Yang menarik, dalam pembahasan ‘Pengalaman dari Laut’, akan hadir seorang penombak Ikan Paus dari Lamalera NTT. Dia akan bercerita mengenai pengalaman di laut, sastra dan teologi laut di daerah itu,” ujar Yoke.

Rencananya seorang pelayar (pelaut) dari Mandar Sulawesi Selatan akan hadir bercerita bagaimana peradaban bahari telah membentuk kultur masyarakat di Sulawesi pada umumnya. Juga pembahasan tentang “Cheng Ho dan Nusantara”, oleh para peneliti dan penapak tilas pelaut besar China ini, yang dilengkapi dengan pembahasan mengenai “Penjelajah & Kapal Nusantara”.

“Ada juga presentasi oleh pihak yang terlibat dalam proses rekonstruksi kapal berdasarkan relief di candi Borobudur dan bagaimana kemudian kapal itu dicoba untuk berlayar ke Ghana melalui Madagaskar,” kata Yoke.

Acara itu akan ditutup dengan pemberian Sang Hyang Kamahayanikan Award 2013 kepada tokoh yang berjasa mengembangkan dan mengkaji sejarah dan peradaban Nusantara.

Festival ini pertama kali diadakan Oktober 2012, dengan tema “Memori dan Imajinasi Nusantara: Musyawarah Agung Penulis Cerita Silat dan Sejarah Nusantara”. Pada festival tahun lalu itu, hadir kurang lebih 350 penulis cerita silat dan penulis berlatar sejarah Nusantara di antaranya Seno Gumira Ajidarma, dan Arswendo Atmowiloto.

Pada perhelatan tahun lalu, anugerah Sang Hyang Kamahayanikan Award 2012 diberikan kepada SH Mintardja, seorang penulis cerita silat yang sangat produktif dan telah memberi kontribusi besar terhadap pemahaman sejarah Nusantara.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter