-->

Kisah Nyata Orang Ditampar Jin Mukanya Besar Sebelah

Ini adalah kisah mistis yang benar-benar terjadi. Gara-gara tidur di masjid setelah mabuk-mabukkan, dia digampar Jin Muslim. Akibatnya, hingga kini wajahnya besar sebelah.

Kisah atau pengalaman mistis ini dialami seorang pengojek sepeda yang bernama lengkap Murtomo, atau yang akrab disapa Tomo. Dia tinggal di sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara.



Awal kejadiannya, pada bulan Oktober 1986, hari Kamis malam Jum’at, di Masjid lingkungan tempat dia tinggal. Tomo memang hanya seorang pengojek, tapi penampilan serta kelakuannya tidak seperti teman-teman pengojek lainnya yang biasa mangkal di daerah itu.

Dia mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu gemar berjudi, mabuk-mabukan, dan main perempuan. Meskipun tinggal di dekat Masjid, Tomo tidak pernah menjalankan perintah Tuhan.

Suatu malam sepulang dari berudi dan dalam keadaan mabuk berat, Tomo sudah tidak kuat lagi melangkahkan kakinya untuk sampai ke rumah kontrakannya. Dia terus berjalan dengan cara merayap dari tembok rumah orang ke tembok sebelahnya, begitu seterusnya.



Sesampai di mulut gang, dia sudah tidak kuat lagi berjalan. Sampai-sampai dia terjatuh. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB, dan tidak ada seorangpun yang lewat, hanya suasana sepi dan sunyi.

Kurang lebih sekitar setengah jam, Tomo terbaring di jalan aspal yang dingin dan kotor. Ketika itu lewatlah seorang lelaki paruh baya yang sebut saja bernama Pak Irman. Dia memperhatikan Tomo yang tergeletak di tengah jalan. Karena mungkin merasa iba, akhirnya tubuh Tomo yang terbaring di jalan itu dipapah oleh Pak Irman agar bisa berjalan.

Setelah memapah Tomo beberapa puluh meter, Pak Irman sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk memapah Tomo sampai rumah kontrakannya. Sebab, disamping tubuh Tomo lebih besar, dari mulutnya pun tercium aroma khas minuman keras yang sebelumnya diminum oleh Tomo, yang membuat kepala Pak Irman terasa pusing tujuh keliling.

Pak Irman akhirnya menaruh tubuh Tomo di depan rumahnya. Namun, ketika itu juga Tomo tersadar dari mabuknya. Dia meminta agar dipapah sampai ke masjid yang ada di sebelah rumah kontrakannya.

“Baiklah kalau itu permintaanmu!” kata Pak Irman dan segera membantu Tomo berdiri untuk mengantarkannya sampai ke masjid.

Pak Irman kemudian meninggalkan Tomo di beranda masjid. Setelah kepergiannya, dengan bersusah payah Tomo masuk kedalam mesjid, dan akhirnya jatuh tersungkur di ruang yang biasa digunakan sholat. Karena dalam keadaan mabuk berat, tak lama kemudian dia tertidur dengan pulasnya. Dalam tidur inilah dia bermimpi didatangi oleh sosok makhluk tinggi besar dan hitam.

“Hai manusia, kau tidak pantas ada di sini, pergi kau dari sini. Ingat ini peringatan pertama dan terakhir untukmu!” bentak makhluk itu.

Tomo menggigil ketakutan. Namun, antara sadar dan tidak, dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya untuk pergi meninggalkan ruangan masjid.

Sebelum adzan Subuh berkumandang, lantas Tomo dibangunkan oleh penjaga masjid. Si penjaga masjid menyuruhnya untuk pulang karena memang orang-orang sudah kenal dan hafal akan kelakukan pemuda yang satu ini.

Bangun dari masjid, dengan sedikit dongkol Tomo langsung pulang ke rumah kontrakan untuk meneruskan tidurnya. Siangnya Tomo bangun dan sadar. Setelah mandi dia lantas menyantap sarapan pagi dan mengeluarkan sepeda jangkinya yang biasa dia bawa untuk mengojek.

Saat kumpul-kumpul dengan pengojek yang lain, Tomo menceritakan apa yang dia alami semalam saat tidur dimasjid. Teman-temanya hanya tertawa mendengar cerita Tomo. Mana ada yang mau percaya cerita dari orang yang tukang mabuk.

Seminggu sudah berlalu dan sudah satu minggu Tomo tidak melakukan kebiasaan buruknya. Ternyata Tomo hanya sanggup satu minggu menahan hasrat kebiasaan buruknya itu.

Tepat malam Minggu, sekitar pukul 22.30 WIB, dia sudah terlihat berkumpul dengan teman-teman tongkrongannya. Dan kebetulan di gang sebelah tempat dia tinggal, sedang ada hajatan kawinan. Dan orang yang mengadakan hajatan itu nanggap orkes dangdut.

Entah kenapa timbul diotaknya untuk mabuk lagi karena orang yang mengadakan hajatan itu menyediakan minuman-minuman keras secara gratis. Dan kebetulan dia kenal akrab dengan tuan rumahm, juga pemuda-pemuda lainnya.

Waktu terus berjalan, suara orkes dangdut pun masih terdengar. Kira-kira pukul 02.00 musik pun berhenti, penyanyi serta pengiring orkes berkemas-kemas dan pamit pulang pada si empunya hajat. Tinggallah pemuda-pemuda yang kini dalam keadaan mabuk, termasuk Tomo yang ada disitu.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 03.00. Satu persatu pemuda yang sedang mabuk itu pulang kerumahnya masing-masing.

Namun, dikarenakan jarak rumah yang punya hajat agak jauh, terpaksa Tomo dibopong oleh kedua temannya yang tidak begitu parah mabuknya. Sesampainya di depan rumah, kedua pemuda yang mengantarnya lalu mengetuk pintu rumah Tomo. Karena tidak ada yang membuka dari dalam, terpakas kedua temannya itu menggeletakkan tubuh Tomo di depan pintu rumahnya.

Setelah kedua temannya pergi, Tomo terjaga dari tidurnya. Dia mengetuk pintu rumahnya, berharap teman-temannya yang tinggal satu kontrakan mau membukakan pintu. Tapi lagi-lagi tidak ada jawaban dari dalam rumah.

Entah sadar atau tidak, akhirnya Tomo melangkah ke masjid yang ada di sebelah rumahnya. Sesampainya di masjid, dia langsung membaringkan tubuhnya, dan tidur dengan lelap.

Karena mabuk, atau mungkin karena menganggap apa yang pernah dialaminya hanya sebagai mimpi, Tomo sepertinya tak mempedulikan lagi bahwa dirinya pernah diberi peringatan oleh jin penunggu masjid agar tidak tidur di masjid dalam keadaan mabuk..

Yang pasti, hanya sekitar setengah jam setelah Tomo tertidur, dengan mendadak tiba-tiba saja dia terjaga. Di saat yang bersamaan dia mendengar suara angin berdesir di depan teras masjid. Lalu dengan perlahan muncul sosok bayangan tinggi besar, dengan tubuh yang suluruhnya hitam. Sosok ini persis sekali dengan yang dulu pernah menegur Tomo dalam mimpinya.

Tomo tergagap dan berniat lari. Namun, seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Dia hanya bisa menatap sosok menakutkan itu dengan sekujur tubuh menggigil bagaikan terkena serangan demam mendadak.

Kali ini, sosok hitam tinggi besar dan bertampang garang itu sepertinya marah sekali kepada Tomo yang sudah pernah diberi peringatan olehnya, namun nyatanya tetap membandal.

“Hai manusia jadah! Bangunlah kau dari tempat suci ini!” bentak sosok misterius yang tak lain penjelmaan dari jin penjaga masjid.

Mendengar suara yang terdengar keras dan kencang, Tomo yang kondisinya masih dipengaruhi oleh minuman keras itu semakin menggigil ketakutan. Namun, dasar masih dalam keadaan mabuk, dia malam berbicara sekenanya, “Kenapa elo ngebangunin gua!”

Begitulah kata-kata yang meluncur dari mulut Tomo. Hal ini menyebabkan si jin semakin berang.

“Dasar manusia tak tahu diri. Sudah tidak pernah sholat, kau kotori tempat suci ini dengan najis dan tubuhmu yang bau alkohol yang sudah kau minum,” bentak si jin lagi.

Mendengar nada suara yang besar dan agak membentak, tubuh Tomo mundur sedikit ke belakang. Sambil mengucek-ucek kelopak matanya, Tomo berusaha meyakinkan bahwa kali ini dia tidak sedang bermimpi.

“Rasakan ini!” bentak si jin. Lalu, terdengar suara seperti tangan besar menampar seorang anak kecil, Plak!

“Aduh sakit!” terdengar suara mengerang kesakitan dari mulut Tomo.

Sambil memegangi wajahnya, Tomo segera berlari ke rumahnya. Kebetulan sekali ketika itu sudah ada penghuni rumah yang bangun, sehingga dia lansung masuk ke rumahnya. Dasar pemabuk gila, setelah masuk ke rumah, di bangku panjang dia meneruskan kembali tidurnya tanpa memperdulikan wajahnya yang dia rasakan sakit.

Esok harinya, sekitar pukul 10.30, Tomo dibangunakn oleh salah seorang temannya. Si teman menanyakan kenapa wajahnya bengkak sebelah. Dengan tidak mengacuhkan pertanyaan temannya, Tomo langsung ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, dia bergegas memakai baju di kamar tidurnya. Alangkah kagetnya saat dia bercemin dilihatnya pipi yang sebelah kanan membesar, bengkak seperti habis dipukuli.

Menyadari keadaan dirinya, Tomo segera berlari menghampiri temannya yang tadi bertanya.. Dia pikir tadi temannya hanya bercanda menanyakan soal pipinya yang bengkak sebelah.

“Kenapa sebenarnya wajahmu itu, sampai bengkak sedemikian parah?” tanya sang teman.

Akhirnya, Tomo menceritakan kejadian yang menimpanya menjelang subuh tadi kepada temannya itu.

Siang harinya, di gang rumah tempat Tomo tinggal langsung santer berita mengenai pipi Tomo yang bengkak sebelah akibat digampar jin penunggu masjid. Kejadian aneh ini juga langsung ditanyakan ke orang tua yang mengerti akan hal gaib.

Memang, dari penjelasan orang tua bahwasanya Tomo telah diberi pelajaran oleh Jin Muslim yang menjaga masjid. Masih menurut orang tua tadi, Jin Muslim itu tidak senang tempat ibadah dikotori dan ditiduri oleh orang yang kotor.

Bukan hanya itu, Jin Muslim itu juga tidak senang kalau orang-orang yang tidak suka beribadah, tidur-tiduran apalagi tidur di dalam masjid.

Akhirnya, Tomo hanya bisa merenungi nasibnya. Dia sudah mecoba segala macam cara dan berobat kemana-mana untuk menyembuhkan pipinya yang bengkak itu. Namun, semuanya tak berubah keadaan. Hingga kini, wajah Tomo nampak besar sebelah, sehingga kelihatan tidak proporsional.

Kini pemuda itu terlah sadar. Dia tak lagi menarik ojek sepeda. Namun yang paling penting, Tomo sudah meninggalkan kebiasaannya yang senang mabuk-mabukan, judi dan main perempuan. Dia kini menjadi pemuda yang soleh. Dia bekerja dengan membuka reparasi elekronik dan masih tinggal di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kejadian atau kisah mistis ini semoga bisa menjadikan kita menjadi manusia yang saleh, taat, beriman dan takwa, menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter