Mengenang 130 tahun ledakan terhebat sejagat di Selat Sunda
Hari ini, 130 tahun yang lalu, sebuah ledakan dahsyat terjadi di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera. 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus, membuat seluruh dunia terbelalak. Awan panas dan tsunami akibat letusan Krakatau menyebabkan 36 ribu orang tewas.
Saking dahsyatnya letusan Krakatau, letusan terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, yang berjarak 4.653 kilometer. Para ilmuwan memprediksi, daya ledak Krakatau diperkirakan mencapai 30 ribu kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang Dunia II silam.
Akibat letusan Gunung Krakatau ini, dunia sempat gelap selama beberapa jam akibat debu vulkanik yang menutupi atmosfer. Bahkan, matahari bersinar redup selama kurang lebih satu tahun. Hamburan debu vulkanik terbang sampai Norwegia hingga New York, Amerika Serikat.
Para ahli memperkirakan, ledakan Gunung Krakatau ini sebenarnya kalah besar dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus saat populasi manusia masih sedikit, dan belum ada teknologi canggih yang berkembang. Sementara Krakatau meletus saat manusia sudah cukup padat, serta teknologi sudah cukup canggih, seperti telegraf.
Letusan Gunung Krakatau ini tercatat sebagai bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Sayangnya, kemajuan tersebut belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi.
Akibat ledakan Krakatau yang maha dahsyat, tiga perempat tubuh Krakatau hancur lebur menyisakan kaldera di Selat Sunda.
Bagian tepi kawahnya dikenal dengan Pulau Rakata, Pulau Sertung dan Pulau Panjang. Muncul juga dari permukaan laut, anak Gunung Krakatau yang hingga saat ini masih terus aktif.
Para ahli memperkirakan, pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.
Konon, akibat letusan Krakatau Purba ini, menjadi penyebab abad kegelapan di muka bumi, dengan munculnya penyakit sampar bubonic lantaran temperatur udara mendingin. Penyakit sampar inilah yang segara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Hingga saat ini, anak Gunung Krakatau masih terus aktif dan tak jarang mengeluarkan lava pijar pertanda gunung tersebut masih aktif. Status anak Krakatau juga sering berubah-ubah, mulai dari waspada, siaga, hingga awas.
Posting Komentar
Posting Komentar