Pria yang mengaku bekerja serabutan dan berpenghasilan Rp35 ribu per hari itu hampir saja menikah dengan seorang gadis yang ternyata hantu penghuni Sendang Sumur Bandung di dekat Waduk Lalung.
Namun sejak cerita itu mencuat, Suprapto dan keluargannya menjadi tertutup. Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berbincang dengan Suprapto dan keluarganya. Bahkan, di pintu rumahnya terdapat tulisan “Tidak Menerima Tamu”.
Warga sekitar pun acuh. Mereka seolah tidak rela Suprapto menjadi obyek pemberitaan terkait kasus mistis ini. Alasannya, selain tidak mau membuat Suprapto berlalut-larut dalam kesedihan, sejak kejadian itu banyak orang yang datang dan menganggap pria itu memiliki keahlian supranatural.
Setelah lama didesak, akhirnya Suprapto bersedia ditemui oleh Okezone. Dia didampingi pamannya, Warno. Suprapto masih tampak syok sehingga Warno lah yang sesekali memberikan penjelasan.
Awal mula, Suprapto berkenalan dengan seorang perempuan yang mengaku bernama Sri Wahyuningsih di arena pasar malam di sekitar Waduk Lalung.
“Perkenalan tersebut terus berlanjut sampai pacaran. Kalau dihitung-hitung sudah satu tahun lebih mereka berpacaran,” tutur Warno mengawali pembicaraan.
Hubungan keduannya terus berlanjut. Meski tidak pernah bertemu langsung dengan Sri, namun orangtua Suprapto selalu berkomunikasi melalui telefon genggam.
”Anehnya, kalau tidak keinginan Sri, siapa pun tidak bisa berkomunikasi. Baru bila Sri yang menginginkan berkomunikasi bisa. Lebih aneh lagi, hanya Suprapto yang bisa melihat nomor di hape dan bisa menghubungi Sri, sedangkan yang lainnya tidak bisa,” terang Warno.
Seperti orang berpacaran, mereka sering pergi berdua. Suprapto pun mengaku sudah pernah mengajak Sri berjalan-jalan ke Solo juga ke Yogyakarta. Mereka pergi menggunakan sepeda motor. Anehnya lagi, Sri tidak pernah mengizinkan Suprapto yang mengemudikannya.
”Saya kalau jalan-jalan selalu pakai motor Sri. Dia terus yang mengemudikan,” timpal Suprapto.
Meski sering bepergian, namun Suprapto tidak pernah dipertemukan dengan orangtua kekasihnya itu. Sri hanya mengauki dia anak orang kaya dan hanya memiliki saudara satu kandung. Karena perbedaan strata sosial yang jauh itu, Suprapto pernah menanyakan mengapa Sri mau menjadi kekasihnya.
“Waktu itu Sri hanya menjawab saya pria yang jujur, tidak senang merokok, tidak senang main perempuan, dan tidak senang minum-minuman,” terang Suprapto.
Suatu hari, Suprapto digegerkan dengan pengakuan Sri bahwa dia sudah hamil.
“Delapan kali saya berhubungan intim seperti suami-istri, sampai akhirnya Sri mengaku hamil,” ujarnya.
Bahkan Suprapto mengaku sempat memeriksakan kehamilan Sri ke seorang bidan tidak jauh dari kediaman Sri. Setelah diperiksa, usia kandungannya sudah bulan ketiga.
Mengetahui usia kandungannya sudah besar, Suprapto memutuskan untuk melamar. Keluarganya pun diajak untuk pergi ke kediaman Sri.
Betapa kagetnya mereka setelah diketahui alamat yang diberikan itu ternyata hanya sebuah pohon yang di bawahnya terdapat sebuah sumur yang oleh warga sekitar disebut Sendang Sumur Bandung atau petilasan Nyai Dewi Sri.
Nyai Dewi Sri merupakan istri Kiai Sekar Kenongo Gadung Kenongo yang hidup 900 tahun lalu.
Mengetahui hal tersebut, Suprapto syok. Dia tetap yakin bahwa Sri itu manusia.
Namun itu bukan akhir pertemuannya dengan Sri. Pada kesempatan selanjutnya mereka masih bertemu. Saat itu Sri mengaku terpaksa menggagalkan prosesi lamaran karena neneknya meninggal.
Setelah datang ke rumah Suprapto, Okezone mendatangi bidan yang memeriksa kandungan Sri, yakni Minastri Parjo. Alamat praktiknya di Jungke, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar. Namun Minastri mengaku tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih.
“Saya tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih. Seluruh pasien yang memeriksakan kandungan ke tempat saya terdata dan dicatat,” jelasnya sambil menunjukkan buku catatan berisi nama-nama pasiennya.
Bahkan Okezone diizinkan untuk mengecek langsung daftar nama-nama pasien. Mulai dari Maret hingga September 2012. Dari pengecekan tersebut, memang banyak nama Sri yang tercantum, namun tidak ada satu pun bernama Sri Wahyuningsih.
Sejak certia itu beredar, lokasi Sendang Sumur Bandung, dikunjungi banyak warga. Bahkan, lokasi sendang tersebut saat ini sengaja dipasang kain putih oleh pihak desa setempat.
Menurut Yudhi, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, pihaknya terpaksa memberlakukan pengetatan warga yang berkunjung. Pasalnya, sumur itu kini banyak disalahgunakan. Pengunjung mengambil air dari sumur tersebut karena meyakini hal-hal tertentu. Warga khawatir akan terjadi penyimpangan dalam agama.
Posting Komentar
Posting Komentar