Tabib Nurdian punya koleksi puluhan keris. Di antaranya bernama sempana tusuk konde putri Junjung Buih peninggalan kerajaan Kuripan Candi Agung yang diwarisi dari orangtuanya. Ada lagi keris sempana tilam upih, sempana kijang, serta keris Senopati.
“Tiap 1 Muharram atau bulan Suro, saya selalu memandikan keris-keris itu. Cukup dilakukan sendiri, tanpa upacara. Setelah itu dibacakan doa selamat. Beli kue sekadarnya seperti kue apam, wajik, kue cincin, dan gagatas,” jelas pria yang mengaku keturunan ke tujuh Sultan Sulaiman Syakdillah, keraton Martapura ini.
Tidak lupa diberi harum-haruman dupa dan kembang. Semua itu dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada pusaka leluhur.
“Tuhan memberi kelebihan kepada tiap-tiap benda. Sebagaimana dikatakan Allah, tidak diciptakan antara langit dan bumi sesuatu yang sia-sia bagi yang berilmu. Hanya saja kita jangan sampai mengkultuskan keris, karena itu bisa membawa kepada kesyirikan sebagaimana banyak dikhawatirkan para ulama,” tegas Nurdian.
Umumnya keris itu didapat atas warisan turun-temurun. Jika tidak dipelihara, akan ada semacam sanksi seperti kena penyakit atau bala pingitan. Karena itulah, keris jangan sampai berkarat, harus dimandikan pada waktu-waktu tertentu.
Diceritakan Nurdian, beberapa tahun lalu H. Imar, warga Pemurus, Banjarmasin, mendadak terkena penyakit yang aneh. Dokter-dokter di rumah sakit tidak sanggup menangani. Sementara kondisi fisik H. Imar semakin hari kian mengkhawatirkan. Badannya kurus lantaran tak mau makan.
“Setelah diselidiki, ternyata sebagai pedagang beras dia menggunakan pelaris berupa keris. Tapi sekian tahun keris tersebut tidak dibersihkan, sampai berkarat serta dirubung semut. Kepada dia lalu saya sarankan untuk memandikan keris itu. Juga bernazar kalau sembuh akan berziarah ke makam Datuk Kalampayan. Alhamdulillah, begitu keris tersebut dimandikan, tak lama kemudian dia sembuh,” tutur Nurdian.
Karena kalau besi itu berkarat, maka khadam penunggunya akan memberi peringatan kepada si pemilik keris, bisa melalui mimpi atau jatuh sakit.
Bahkan ada yang sampai menampakkan wujud berupa makhluk. Seperti yang sering dialami keluarga Anang Syarkawi, yang katanya punya hubungan juriat dengan candi Agung. Karena dia anak tertua dalam keluarga, maka sepeninggal orangtuanya pemeliharaan keris dititipkan kepada Anang Syarkawi. Tapi, ia tidak setelaten ayahnya (alm) dalam memelihara keris tersebut. Tak jarang, ia lupa membersihkan. Akibatnya, putri pertamanya mengidap kelumpuhan.
“Bahkan anak-anak saya sering ditemui makhluk itu. Kalau sudah begitu, artinya saya harus memandikan keris tersebut,” tandas Anang Syarkawi.
Itu untuk keris yang isinya adalah jin atau khadam. Sedangkan keris yang mengandung berkah Tuhan atau berisi ilmu kanuragan (kesaktian) tidak sampai demikian.
Posting Komentar
Posting Komentar