Di MetroTV, presenter mewawancari melalui telpon Bapak Iskandar Sitompul sebagai Juru Penerangan dari TNI yang mengatakan bahwa pihak TNI sudah memberikan bantuan tunai kepada para korban, termasuk anak-anaknya yang masih kecil akan disekolahkan sampai SD.
Usai melihat wawancara itu, saya mencari lagi berita tentang hal ini di kompas TV dan TVOne. Di Kompas TV sedang iklan, sehingga beralih ke TVOne yang kebetulan dua presenter Apa Kabar Indonesia Malam sedang mewawancarai Bapak Yunus di Situbonda melalui telepon sebagai salah satu korban luka.
Dari sambungan telepon yang tidak begitu jelas itu Pak Yunus mengatakan dengan logat kental Madura bahwa tubuhnya sakit sekali sehingga tidak kuat untuk berbicara. Namun tampaknya sang presenter perempuan tidak terima dan di pun bertanya,
“Sakit sebelah mana Pak Yunus?”
“Aduh…maaf ini sakit sekali, saya tak kuat ngomong…” Jawab Pak Yunus terputus-putus.
Prensenter pria ikut menyerang,
“Pak Yunus, kok bisa terjadi, bisa diceritakan kronologinya seperti apa Pak?”
“Saya sakit Pak, tak kuat ngomong…”
“Bapak sekarang di rumah sakit atau di rumah?”
“Di rumah”
“Apa Pak Yunus sudah diberi bantuan TNI?”
“Tidak Ada” Jawab Pak Yunus singkat dengan keras dan emosi tinggi.
Usai jawaban terakhir itu, barulah dua presenter itu berhenti untuk memaksakan diri wawancara melalui telepon.
Terlepas salah atau tidaknya mereka memasuki area. Ini zaman sudah merdeka, apa bedanya memaksa nara sumber berbicara dalam keadaan sakit keras demi rating dengan pengusaha yang mempekerjakan buruh dan tidak digaji namun terus dipaksa bekerja?
Salam Cinta Indonesia
Penulis Ali Khunaifi
Posting Komentar
Posting Komentar