Wagini tampil di hadapan publik ditemani pendampingnya, Eyang Ratih. Wagini ini disebut-sebut sebagai anak genderuwo. Dia tinggal di Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada 1980 Ibu Wagini sempat disetubuhi oleh genderuwo yang berubah menyerupai suami. Lalu benarkah genderuwo bisa melakukan itu?
Seorang Antropolog Amerika, Clifford Geertz pernah menulis tentang genderuwo dalam buku berjudul: The Religion of Java yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul: Agama Jawa (Abangan, Santri dan Priyayi dalam Kebudayaan Jawa). Dalam buku itu Geertz bersua dengan seorang pemuda di Mojokuto, sebuah kota kecil di Jawa Timur.
Di Mojokuto, kata Geertz, pemuda itu bercerita tentang tiga jenis mahluk halus utama yang dipercayai oleh warga: jenis memedi (yang secara harfiah berarti menakut-nakuti), lelembut (mahluk halus) dan tuyul. Memedi ini biasanya hanya mengganggu, menakuti, dan tidak menimbulkan kerusakan serius.
Memedi laki-laki disebut sebagai genderuwo, sedangkan perempuan disebut wewe (wewe kawin dengan genderuwo, karena itu wewe selalu terlihat menggendong anak kecil dengan selendang di pinggang sebagaimana ibu-ibu manusia).
Seperti apa penampakan genderuwo ini? Menurut Geertz, genderuwo pada umumnya lebih senang bermain-main dari pada menyakiti. Mereka juga jail dengan manusia. Misalnya menepuk pantat perempuan, memindah pakaian seseorang dari rumah dan melempar ke kali, melempar atap rumah dengan batu sepanjang malam atau melompat di sebatang pohon dengan wujud besar berwarna hitam dan sebagainya.
Geertz berkisah tentang Paidin yang jatuh dari jembatan ketika berjalan. Paidin tahu bahwa genderuwo yang melempar dia jatuh ke air karena ketika jatuh genderuwo itu membelenggu tangannya ke belakang dan berbicara padanya dari belakang dalam bahasa sastra Jawa klasik. Menurut Paidin, genderuwo selalu berbicara dengan kata-kata kuno.
Meski genderuwo ini senang lelucon, tapi bukan berarti dia tidak bahaya. Sering kali dia keluar dengan wujud orang tua, kakek, anak, atau saudara kandung sambil berkata:"Hei ayo ikut aku". Kalau orang mengikuti ajakannya, maka dia tidak akan terlihat. Bila demikian, maka keluarga di rumah akan terus mencari sambil memukuli panci, arit, pacul dan sebagainya.
Hal itu dilakukan untuk membuat gaduh. Genderuwo bisa terganggu dengan keributan itu. Korban penculikan genderuwo ini biasanya anak-anak kecil. Karena terganggu itu, genderuwo akan membawakan makanan untuk korban. Bila dimakan, maka anak itu bakal lenyap selamanya. Tapi kalau menolak, maka dia bakal selamat.
Bahkan, kadang-kadang genderuwo berbuat melewati batas. Menurut Geertz, genderuwo menyamar sebagai suami seorang perempuan lalu tidur dengan perempuan itu. Tentu saja itu tanpa sepengetahuan perempuan itu. Bila itu terjadi, maka perempuan bakal hamil, dan lahirlah anak genderuwo yang menyerupai raksasa.
Di Mojokuto, kata Geertz, pernah ada anak genderuwo ini lahir. Anaknya berbadan besar, hitam dengan bentuk aneh. Dia hanya hidup sampai 16 tahun, lalu meninggal. Meski pada dasarnya genderuwo itu baik, namun dia bisa juga tersinggung bila digunjing.
Namun Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Wimpie Pangkahila ini menyangkal soal cerita anak genderuwo ini. Menurut dia, tidak mungkin ada anak genderuwo, buah hubungan percintaan antara manusia dengan genderuwo.
"Kalau orang mirip genderuwo iya. Saya kira berita itu tidak benar, itu pembodohan. Kalau memang dianggap anak tidak wajar, kurang gizi atau ada kelainan, mestinya dikonsultasikan dulu ke tenaga ahli biar diketahui penyebabnya apa. Sehingga diketahui jenis kelainannya dan segera mendapat perawatan medis," ujarnya.
Lalu apakah anda masih yakin bila Wagini adalah anak genderuwo?
Posting Komentar
Posting Komentar