Pada tahun 2011, kapasitas 1.500 ini mewakili lebih dari jumlah pesawat tempur modern yang dioperasikan oleh China, yang berarti memberikan China kemampuan untuk melindungi aset terbaiknya dalam setiap konflik besar di mana pesawat lawan akan berusaha untuk menyerang pangkalan udara China.
China memulai pembangunan 40 atau lebih hangar bawah tanah ini pada tahun 1950 (kemungkinan dengan bantuan ilmuwan Uni Soviet). Disinilah China banyak menyimpan armada-armada terbarunya, meskipun beberapa diantara pangkalan ini tidak lagi difungsikan sebagai fasilitas militer dan dibuat sebagai museum yang dibuka untuk umum.
Tentu saja pesawat-pesawat yang disimpan tersebut tidak langsung terbang ketika sudah keluar dari pintu hangar. Untuk lepas landas dan mendarat, masih dilakukan seperti biasa yaitu harus keluar dulu dari hangar. Pangkalan semacam ini lebih sebagai area penyimpanan, pemeliharaan, stok bahan bakar, amunisi, dan pemeliharaan dan perbaikan semua peralatan di lapangan terbang. Untuk ukuran pintu masuknya pun beragam, mulai dari belasan meter hingga 40-an meter. Pesawat tempur modern umumnya sudah memiliki sayap lipat, jadi pintu hangar yang belasan meter sudah cukup untuk dilaluinya.
Keberadaan hangar-hangar bawah tanah ini tentu akan menyulitkan bagi siapa pun untuk menghancurkan pesawat-pesawat China yang tidak sedang terbang. Landasan pacu dan fasilitas lapangan terbang lainnya memang bisa rusak/hancur karena serangan dari udara, namun teknisi lapangan udara berikut peralatan perbaikannya dari dalam hangar akan dengan cepat memperbaiki kerusakan tersebut.
Infrastruktur bawah tanah semacam ini memang terbukti sangat survivable saat Perang Dunia II, kala itu Jerman membangun sejumlah lini produksi bawah tanah untuk bahan kritis rudal balistik dan pesawat tempur. Fasilitas ini terbukti sangat tahan terhadap pemboman yang menggunakan amunisi terarah standar.
Untuk alasan inilah Amerika Serikat dan beberapa negara lain seperti Inggris mengembangkan sejumlah bom tanah yang bisa menembus fasilitas bawah tanah, biasanya bom semacam dijuluki dengan "bunker buster" atau juga "earthquake (gempa)" . Bom "bunker buster" selama ini hanya sering dikaitkan dengan fasilitas-fasilitas bawah tanah milik Iran, namun sesungguhnya Korea Utara dan China memiliki fasilitas militer bawah tanah yang jauh lebih dalam dari permukaan tanah. Hingga kini AS terus mengembangkan bom penetrasi tanah dan terus berupaya memperoleh data baru mengenai pembangunan fasilitas-fasilitas bawah tanah China.
Basis-basis bawah tanah seperti ini tentunya akan memberikan perlindungan yang baik dari serangan-serangan mendadak skala besar, sekaligus memberikan China keunggulan dalam perang yang lama. Kalau AS biasa meggunakan pangkalan udara bisaa (tidak bawah tanah) dan tidak semua pesawat juga berada di situ. China juga banyak memproduksi rudal balistik yang membawa hulu ledak seberat setengah ton dengan rentang 300-700 kilometer. Ada hampir 2.000 rudal jenis ini yang kapanpun bisa menghantam lapangan-lapangan udara negara-negara tetangga. Rudal-rudal ini mudah dimobilisasi dan juga memiliki tempat penyimpanan di bawah tanah. Banyaknya tempat-tempat penampungan bawah tanah seperti ini jelas telah meningkatkan kemampuan kekuatan udara China.
Sebenarnya Indonesia ceritera dg pahlawan dibawah tanah sdh ada, dipewayangan yaitu ontareja sanggup sembunyi dibawah tanah dan muncul sewaktu2 ditempat yg lain. NKRI khususnya TNI apa sdh megembangka strategi spt ini...................
BalasHapus