Dinamakan Gabriel Stone (Batu Gabriel), batu tersebut ditemukan 13 tahun lalu di Jordania. Batu tersebut menuai kontroversi pada 2008, ketika ilmuwan Israel berteori bahwa prasasti ini merevolusi pemahaman Kristen awal.
Ilmuwan yang bernama Israel Knohl ini mengklaim bahwa maksud dari tulisan di batu tersebut menunjukkan bahwa Mesias lebih dahulu hadir sebelum munculnya Yesus. Penafsirannya menyebabkan "badai" di dunia studi Alkitab, di mana para cendekiawan mengadakan sebuah konferensi internasional untuk membahas teks bacaan pada batu kuno tersebut.
Terkini, website Telegraph melaporkan bahwa Israel Khohl, yang merupakan sarjana Alkitab di Hebrew University di Yerusalem mengatakan, fragmen Batu Gabriel ini masih bisa ditemukan. Ini menandakan tidak hanya satu artefak batu yang ditemukan, tetapi arkeolog dapat menemukan Batu Gabriel berikutnya.
Batu Gabriel ini membawa kembali arkeolog pada periode Dead Sea Scrolls dan Second Temple. Khohl mengungkapkan penafsirannya yang mungkin terlupakan oleh akademisi lain, di mana Allah menyerukan kepada "anak" untuk "kembali ke kehidupan".
"Ini sangat mungkin bahwa teks ditulis pada dua batu, terutama karena bahasa termasuk referensi untuk Perjanjian baru atau Konvensi," kata Khohl. Lebih lanjut ia menjelaskan, ada pesan yang dibuat dalam bentuk tablet untuk meniru ide dari dua tablet berisi Sepuluh Perintah Allah yang diberikan kepada Musa di Gunung Sinai.
Ia tidak yakin bahwa batu kuno yang telah ditemukan memiliki komposisi yang penuh. Sehingga, ada bagian atau potongan Batu Gabriel lain yang belum ditemukan.
Ia berharap di masa depan, arkeolog bisa menggunakan teknologi canggih di bidang fotografi dengan tampilan definisi tinggi (HD) yang bisa mengungkap asal-usul maupun pesan dari batu kuno tersebut. "Bila ada yang bisa memikirkan teknologi baru atau ide untuk menambah informasi bagi kami, silakan datang dan memberitahu kami. Ini akan menjadi kontribusi besar untuk mempelajari Yudaisme dan kekristenan," jelasnya.
Posting Komentar
Posting Komentar