Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem Menyelamatkan I Gusti Manik Galih
I Gusti Ler Pamacekan bersama anak istrinya di dalam pelarian dari desa Bringkit sampai di desa Bukit Pegat dikejar oleh I Gusti Agung Putu. Disana I Gusti Ler Pamacekan dapat dibunuh, sedangkan enam anaknya dapat menyelamatkan diri yaitu:
- I Gusti Den Tembok,
- I Gusti Tajeran,
- I Gusti Poh Gading,
- I Gusti Alit Dawuh alias I Gusti Alit Kaler dan
- I Gusti Kapawon.
Sedangkan istri I Gusti Ler Pamacekan yang sedang hamil, melarikan diri ke tengah hutan Madanan,daerah Buleleng. Oleh karena merasa takut seorang diri tanpa kawan di dalam hutan tersebut, sambil menangis selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Parama Kawi supaya memperoleh perlindungannya.
Pada suatu hari Pasek Gelgel dari Banjar Pangaji Desa Bondalem, ketika lewat di dalam hutan mendengar tangisnya itu. Lalunya istrinya I Gusti Ler Pamacekan didekati dan ditanyai siapa gerangan, dan dari mana serta mengapa berada di dalam hutan sendirian. Disana istrinya I Gusti Ler Pamacekan, menceritakan dari awal sampai berada di dalam hutan. Mendengar cerita istrinya I Gusti Ler Pamacekan, Pasek Gelgel merasa sangat kasihan, lalu istrinya I Gusti Ler Pamacekan diajak pulang.
Disana istrinya I Gusti Ler Pamacekan berjanji, apabila ia melahirkan anak perempuan, anak itu akan diserahkan kepada Ki Psek Gelgel untuk dijadikan istri. Sedangkan jika ia melahirkan anak laki-laki akan dijadikan saudara oleh Ki Pasek Gelgel. Sesudah cukup umur kandungan itu, lahir seorang anak laki-laki. Lalu anak itu diberi nama I Gusti Manik Kalih, sebagai kenangan bahwa janin yang sedang dikandung ketika suaminya dibunuh di bukit Pegat oleh I Gusti Agung Putu dapat diselamatkan dan akhirnya lahir dalam keadaan sehat. Selanjutnya I Gusti Manik Kalih diajak dirumahnya Ki Pasek Gelgel di Banjar Pangaji Desa Bondalem. Sesudah dewasa, I Gusti Manik Kalih berpisah dengan Ki Pasek Gelgel dan menurunkan parati santana di desa Bondalem, daerah Buleleng.
Sampai di Mengwi lalu Padanda Sakti Bukian bersama pengiringnya ditempatkan di Kekeran desa Mengwitani. Sedang Danghyang Wiragasandhi masih bersama 3 orang puteranya. Setelah Danghyang Wiragasandi wafat, kedudukan beliau di desa Kayuputih digantikan oleh Padanda Cakti Ngurah Pamade. Di desa Kayuputih tidak ada lagi pusaka, sebab semua sudah dibawa oleh Padanda Cakti Bukian ke Mengwi. Mereka yang tinggal di desa Kayuputih ingat dengan anugrah dulu dari Bhatara Caturmuka tentang Pasupati Widiastra dan Catur Wedhadhaparaga, lalu mereka membuat senjata pusaka. Kemudian Padanda Cakti Ngurah Pamade dari Kayuputih pindah ke banjar Tiyingtali desa Jagaraga, Buleleng. Sedang Padanda Cakti Kamenuh tetap tinggal di desa Kayuputih. Mereka inilah yang menurunkan warga Brahmana Kamenuh. Demikian ikhwal adannya warga Brahmana Kamenuh, akibat berhasilnya bujukan prebekel desa Kayuputih, daerah Buleleng, yaitu Pasek Gelgel keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan, desa Gelgel, daerah Klungkung. Begitu pula ikhwal adanya Pasek Gelgel di Kekeran Desa Mengwitani, Badung.
Bos ini asal dan sumber nya dari mana ya mohon agar tidak salah tafsir dilengkapi dengan bukti2 nya agar tidak menjadi fitnah nantinya trimakash
BalasHapus