Majas atau bahasa merupakan gaya bertutur yang tak biasa. Meski belum ada defenisi yang jelas, namun para pakar bahasa telah sepakat bahwa ada banyak jenis majas dan secara umum dikelompokkan ke dalam 4 pembagian besar: majas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan dan majas sindiran. Sebagai sebuah gaya bahasa, majas ini biasa digunakan dalam keseharian masyarakat dan lebur dalam pembicaraan sehari-hari. Dalam konteks lain, majas juga digunakan dalam berbagai tulisan baik itu non fiksi maupun fiksi. Untuk kelompok fiksi, baik itu cerpen, cerbung, novel, roman atau karya prosa lainnya, sangat mudah mengidentifikasikan majas. Bagaimana dengan puisi? Majas dalam puisi juga hal yang lazim. Hal tersebut karena memang puisi adalahsalah satu karya sastra yang menggunakan hal lain untuk menyatakan maksud. Untuk memahami majas dalam puisi, simak penjelasan lebih lanjut di bawah ini.
Coba simak lebih detil puisi berjudul “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk Di Dunia”. Jika Anda cermat, Anda dengan mudah bisa menemukan sejumlah majas atau gaya bahasa yang digunakan oleh penulisnya, M. Aan Mansyur, penyair dari Makassar. Simak kalimat: “engkau tahu? kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.” Penggalan kalimat ini bisa dimasukkan ke dalam jenis majas asosiasi atau simile.
Simak pula contoh majas dalam puisi berikut ini:
Puisi di atas menggunakan majas repetisi yakni mengulang-ulang kata “mencintai” pada setiap barisnya.
Contoh majas dalam puisi lainnya adalah sebagai berikut:
Pada puisi di atas, majas yang digunakan adalah jenis majas metafora.
Untuk contoh majas dalam puisi yang menggunakan personifikasi bisa dilihat sebagai berikut:
kepalaku: kantor paling sibuk di dunia
engkau tahu? kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.
anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana.
tidak mengenal hari minggu atau hari libur nasional.
tidak pula mengenal siang dan malam. tidak mengenal
apa-apa kecuali bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja.
anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana.
tidak mengenal hari minggu atau hari libur nasional.
tidak pula mengenal siang dan malam. tidak mengenal
apa-apa kecuali bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja.
kadang-kadang ingin sekali suatu pagi melihatnya datang
menyodorkan sehelai map berisi surat permohonan cuti.
ingin pergi ke satu tempat yang jauh, mengasingkan diri
beberapa hari di awal desember yang lembab sembari
merayakan hari ulang tahun sendiri. lalu di depan pintu
kantor terpasang sebuah tanda berwarna merah: tutup.
tetapi ia betul-betul seorang pekerja keras.
setiap saat ia berada di kantor. mungkin hendak
menyelesaikan seluruh persoalan waktu yang tidak
pernah mampu selesai itu: tentang masa lampau
yang tersisa di masa sekarang, tentang keinginan
berhenti atau tak berhenti, juga tentang perihal lain
yang sepele namun sungguh rumit buat dijelaskan.
ya, percayalah. kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.
anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana:
engkau saja.
menyodorkan sehelai map berisi surat permohonan cuti.
ingin pergi ke satu tempat yang jauh, mengasingkan diri
beberapa hari di awal desember yang lembab sembari
merayakan hari ulang tahun sendiri. lalu di depan pintu
kantor terpasang sebuah tanda berwarna merah: tutup.
tetapi ia betul-betul seorang pekerja keras.
setiap saat ia berada di kantor. mungkin hendak
menyelesaikan seluruh persoalan waktu yang tidak
pernah mampu selesai itu: tentang masa lampau
yang tersisa di masa sekarang, tentang keinginan
berhenti atau tak berhenti, juga tentang perihal lain
yang sepele namun sungguh rumit buat dijelaskan.
ya, percayalah. kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.
anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana:
engkau saja.
Puisi Karya M. Aan Mansyur Tahun 2007
Coba simak lebih detil puisi berjudul “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk Di Dunia”. Jika Anda cermat, Anda dengan mudah bisa menemukan sejumlah majas atau gaya bahasa yang digunakan oleh penulisnya, M. Aan Mansyur, penyair dari Makassar. Simak kalimat: “engkau tahu? kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.” Penggalan kalimat ini bisa dimasukkan ke dalam jenis majas asosiasi atau simile.
Simak pula contoh majas dalam puisi berikut ini:
Sajak Kecil Tentang Cinta
mencintai angin harus menjadi siul
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu(mu) harus menjelma aku
- Sapardi Djoko Damono –
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu(mu) harus menjelma aku
- Sapardi Djoko Damono –
Puisi di atas menggunakan majas repetisi yakni mengulang-ulang kata “mencintai” pada setiap barisnya.
Contoh majas dalam puisi lainnya adalah sebagai berikut:
Oh bangsa tercintaku..
Bangsa yang terombang - ambing
Bangsa yang terombang - ambing
oleh badai politik nasional yang tidak berujung
Membuat bangsaku ini laksana berada di ujung tanduk sebuah kehancuran
Bangsaku..tanah airku..bangsa yang kaya
Membuat bangsaku ini laksana berada di ujung tanduk sebuah kehancuran
Bangsaku..tanah airku..bangsa yang kaya
namun kurasakan betapa sulitnya mencari sebutir nasi di negeri sendiri ini.
Pada puisi di atas, majas yang digunakan adalah jenis majas metafora.
Untuk contoh majas dalam puisi yang menggunakan personifikasi bisa dilihat sebagai berikut:
Kekasih..
Matahari merangkak ke peraduan
Mungkin ini waktunya kita juga rehat beradu
Cinta menggenapi semua hal yang padu
Mari merapat dan memadu syahdu
Matahari merangkak ke peraduan
Mungkin ini waktunya kita juga rehat beradu
Cinta menggenapi semua hal yang padu
Mari merapat dan memadu syahdu
Ada banyak lagi contoh majas dalam puisi. Bahkan menurut pakar bahasa, puisi jauh lebih kaya dengan majas sebab ia memang karya sastra yang mengungkapkan maksud dengan menggunakan perumpamaan lainnya. Berbeda dengan karya prosa yang tidak dipadati oleh majas.
Posting Komentar
Posting Komentar