-->

Ki Pasek Gelgel di Desa Bulihan Membantu I Gusti Ngurah Tambahan

Ki Pasek Gelgel di Desa Bulihan Membantu I Gusti Ngurah Tambahan

Adapun keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan Desa Gelgel, yang berkuasa di desa Depaha, Buleleng, kemudian menurunkan Pasek Gelgel di Desa Bulihan, Buleleng. Sebab itu ia dijuluki Pasek Gelgel Bulihan

Pada masa pemerintahan Dalem Gelgel Cri Dhimade yang dinobatkan pada tahun1543 (tahun 1621M), I Gusti Ngurah Tabanan dilantik sebagai anglurah di desa Tambahan, Bangli. I Gusti Ngurah Tambahan mempunyai seorang anak perempuan bernama Ni Gusti Ayu Jembung. Wanita ini sangat termasyur kecamtikannya. Oleh karena itu tak heran jika para Bahudanda di Gelgel jatuh cinta kepada Ni Gusti Ayu Jembung. Namun mereka tidak berani menyatakan niatnya itu kepada I Gusti ngurah Tambahan karena segan dan malu.

Berita tentang kecantikan Ni Gusti Ayu Jembung akhirnya didengar oleh Dalem Gelgel Cri Dhimade. Beliau juga ingin mempersunting Ni Gusti Ayu Jembung. Lalu beliau mengirim utusan untuk menemui I Gusti Ngurah Tambahan dan meminang anaknya. Akan tetapi I Gusti Ngurah Tamabahan secara halus dan diplomatis menolak pinangan Cri Dhimade. Di dalam hatinya I Gusti Ngurah Tambahan berkata bahwa ia tidak bersedia anaknya dipersunting Cri Dhimade, karena beliau memiliki cukup banyak istri.


Untuk menghindari marahnya Cri Dhimade, I Gusti Ngurah Tambahan bersama keluarganya dengan iringan rakyatnya yang masih setia, meninggalkan desa Tambahan. Mereka menuju daerah Karangasem dan pada suatu hari sampai di suatu pantai Utara Bali. Disana ia bertanya kepada orang yang dijumpai mengenai siapa yang berkuasa di daerah itu. Ia memperoleh penjelasan, bahwa yang berkuasa disana adalah Ki Pasek Gelgel yang berkedudukan di Desa Bulihan. Sesudah bertemu, I Gusti Ngurah Tambahan menuturkan ikhwalnya meninggalkan desa Tambahan.

Mendengar cerita I Gusti Ngurah Tambahan demikian, Ki Pasek Gelgel Bulihan merasa kasihan. Ia lalu meminta kepada I Gusti Ngurah Tambahan agar ia berkenan tinggal disana. Untuk membangun tempat pemukimannya, lalu Ki Pasek Gelgel menyerahkan sebidang tanahnya yang terletak di sebelah utara desa Bulihan. Di sana lalu ia mendirikan kubu (pondok) dan diberi nama Kubutambahan. Nama itu dipakai seagai kenang - kenangan bahwa kubu dibangun oleh I Gusti Ngurah Tambahan. Lama kelamaan kubu berkembang menjadi sebuah desa yang bernama desa Kubutambahan, yang terletak di Buleleng.

Sejak itu Ki Pasek Gelgel berkawan akrab dengan I Gusti Ngurah Tambahan. I Gusti Ngurah Tambahan selalu meminta petunjuk kepada Ki Pasek Gelgel Bulihan. Di sekitar desa, Ki Pasek Gelgel Bulihan mempunyai sanak keluarga seperti misalnya:
  • Pasek Gelgel di Desa Bayad,
  • Pasek Gelgel di desa Menyali dan
  • Pasek Gelgel di desa Bebetin. 
Oleh karena itu, I gusti Ngurah Tambahan berkawan akrab dengan mereka dan mengadakan perjanjian saling bantu membantu. Kemudian Ki Pasek Gelgel di Desa Menyali tertimpa bahaya yaitu adanya raksasa yang selalu menggangu keamanan desa Menyali. Lalu Ki Pasek Gelgel meminta bantuan kepada sanak saudaranya dan juga kepada I Gusti Ngurah Tambahan. Sebelum memberikan bantuan, terlebih dahulu I Gusti Ngurah Tambahan menemui seoranng dukun yang terkenal sakti untuk meminta bantuan. Ki Dukuh lalu memberikan sepucuk keris bernama Keris Ki Bahan Kawu. Sebab raksasa itu hanya bisa dibunuh dengan keris tersebut.

Kemudian I Gusti Ngurah Tambahan menemui Ki Pasek Gelgel dan meminta petunjuk dimana tempat raksasa itu. Beliau pun memperoleh keterangan, bahwa raksasa tersebut berada di dalam sebuah goa bernama Goa Batumejang. Sampai disana I Gusti Ngurah Tambahan langsung masuk ke goa, sedangkan rakyatnya menunggu di luar. Ternyata, kedatangan I Gusti Ngurah Tambahan sudah diketahui oleh raksasa. Disana raksasa berkata bahwa ia sudah mengetahui kedatangan I Gusti Ngurah Tambahan, dan sudah mengetahui pula maksud dan tujuan kedatangannya. Sebab itu raksasa menyatakan sangat gembira atas kesediaan I Gusti Ngurah Tambahan datang ke situ, karena sudah sejak lama ditunggu-tunggu. Sesungguhnya raksasa tersebut adalah penjelmaan seorang bidadari yang dikutuk oleh Hyang Paramesti Guru. Apabila raksasa itu sudah dibunuh dengan keris Ki Banah bawu tersebut, berarti ia sudah dapat jalan untuk kembali ke alam baka serta kembali menjadi seorang bidadari. Sebelum raksasa itu dibunuh oleh I Gusti Ngurah Tambahan, maka ia menyerahkan seluruh harta benda dan kekayannya serta 2 pucuk keris bernama Keris Ki Baru Sembah dan Keris Ki Baru Uler. Raksasa itu berpesan, apabila I Gusti Ngurah Tambahan sudah berkuasa, supaya selalu memuja kedua pucuk keris tersebut sebagai senjata pusaka. Sesudah itu dengan menggunakan keris Ki Bahan Bawu, I Gusti Ngurah Tambahan menikam sang raksasa. Mayatnya ditinggal di dalam goa. Demikian ikhwal I Gusti Ngurah Tambahan berhasil membunuh raksasa itu dan berhasil pula membantu Ki Pasek gelgel di Desa Menyali.

Adapun Ki Pasek Gelgel bertambah lagi cinta kasihnya terhadap I Gusti Ngurah Tambahan. Sebagai balas budi, Ki Pasek Gelgel menyerahkan sebagian daerah kekuasaannya yakni yang terletak di sebelah barat sungai Aya sampai di perbatasan sungai Sangsit di perbatasan desa Jagaraga. Disana lalu I Gusti Ngurah Tambahan membangun rumah sebagai tempat tinggalnya. Kemudian menjadi desa, dinamakan Desa Bungkulan, sebagai peringatan bahwa ia dengan Ki Pasek Gelgel Bulihan I Gusti Ngurah Tambahan selalu berkawan dan saling membantu, serta mengingat pula dahulu Ki Pasek Gelgel Bulihan yang pertama memberikan sebidang tanah untuk membangun pemukimannya. Kata “Bungkulan” analog dengan kata “bulihan” yang berarti sebuah, seperti misalnya telur sebutir dalam bahasa Bali disebut taluh abungkul, dan pisang sebiji disebut biu abulih. Sesudah berkuasa di desa Bungkulan, I Gusti Ngurah Tambahan dengan Ki Pasek Gelgel beserta sanak saudaranya mengadakan perjanjian, bahwa "diantara mereka tidak boleh tidak berkawan. Mereka harus selalu membantu, dan apabila diantara mereka ada yang melanggar perjanjian ini, agar selalu mendapat halangan". Perjanjian ini supaya dilaksanakan sampai kepada keturunannya di kelak hari kemudian. Apabila ada keturunan masing-masing yang melanggar persahabatan, dan tidak bersatu dalam suka dan duka, mudah-mudahan mereka pendek umur, senantiasa mendapat halanga. Demikian antara lain perjanjian antara I Gusti Ngurah Tambahan dengan Ki Pasek Gelgel Bulihan, Ki Pasek Gelgel Bayad, Ki Pasek Gelgel Menyali dan Ki Pasek Gelgel Bebetin.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter