-->

Penjelasan Ilmuwan Tentang Bagaimana Dunia Bakal Berakhir


detail berita
Ilustrasi bom nuklir yang menyebabkan kehancuran masif
Seorang filsuf asal Australia, Huw Price, dikenal karena karyanya terkait bidang kosmologi. Ia membangun Centre for the Study of Existential Risk (CSER) dengan tujuan untuk memastikan bahwa spesies manusia bisa memiliki masa depan jangka panjang.

Pusat studi tersebut juga akan mempelajari kemungkinan umat manusia menanam benih-benih kehancurannya sendiri. "Salah satu masalah yang kami harus tangani ialah menemukan cara untuk mengatasi dengan optimisme kita sendiri," kata Price, seperti dikutip Stuff, Selasa (12/2/2013).

Price juga bermitra dengan dua pemikir lainnya. Martin Rees, seorang astrofisikawan Cambridge yang berperan sebagai astronom kerajaan Inggris.

Rees merupakan penulis buku Our Final Century. Ia menulis mengenai kombinasi mematikan antara penyebab alam dengan bencana buatan manusia sendiri.

Menurutnya, peradaban manusia hanya memiliki 50 persen kemungkinan untuk bertahan melalui 2100. Ia juga memprediksi di 2020, teror biologis (bioterror) atau kesalahan biologi (bioerror) akan menyebabkan 1 juta korban dalam peristiwa tunggal.

Pendiri CSER bertujuan untuk membuat para ilmuwan dan pengembang teknologi berpikir lebih tentang konsekuensi jangka panjang dari pekerjaan mereka. Jaan Tallinn, ahli teori teknologi yang juga merupakan salah satu pengembang kunci dari Skype mengungkapkan bahwa ia bisa memiliki kesempatan terbunuh oleh kecelakaan pada teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) ketimbang penyakit kanker atau jantung.

"Kami sedang berusaha untuk menanamkan pada orang-orang (pengembang teknologi masa depan) yang bekerja untuk memikirkan risiko dalam tim pengembangan teknologi. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam teknologi tentang potensi risiko," jelas Price.

Beberapa risiko yang sering didiskusikan oleh para pemikir ini antara lain perang nuklir, misalnya. "Ancaman pemusnahan nuklir adalah hanya dalam penundaan sementara," kata Rees.

Lebih lanjut Rees menjelaskan, kita sangat beruntung untuk dapat melewati Perang Dingin tanpa bencana. Menurutnya, meskipun risiko puluhan ribu bom telah dikurangi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada pergeseran di 50 tahun berikutnya yang dapat memunculkan pertikaian baru.

Para filsuf ini juga memperhatikan perkembangan robot saat ini. Kemajuan robot justru menjadi ketakutan tersendiri, lantaran munculnya mesin hyper intelligent (sangat cerdas).

"Kita berbicara tentang kehidupan pada sebuah planet, di mana lingkungan tidak akan lagi dikontrol, seperti spesies lain yang tidak lagi mengontrol lingkungan mereka saat ini," jelas Tallinn.

Motivasi di balik pekerjaan Tallin adalah untuk membahas skenario di luar ranah fiksi ilmiah. Selain itu, mendorong mereka yang bekerja di bidang teknologi untuk serius menanggapi risiko yang bisa muncul akibat kemajuan teknologi tersebut.

"Saya tidak menganjurkan menahan diri dari pengembangan teknologi. Akan tetapi, teknologi menjadi lebih kuat, maka kita perlu mempertimbangkan semua konsekuensi, baik positif dan negatif," pungkasnya.

Sumber: Okezone.com

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter