1. |
Wahai anakku, ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama Taqwa, isinya ialah iman dan layrnya adalah tawakal kepada Allah.
|
2. |
Orang orang yang senantiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasehat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insyaf dan sadar setelah menerima nasehat orang lain, dia akan senantiasa menerima kemuliaan dari allah juga.
|
3. |
Wahai anakku, seandainya orang tuamu marah kepadamu (karena kesalahanmu), maka marahnya orang tua itu adalah bagaikan pupuk bagi tanaman-tanaman.
|
4. |
Dan selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang tidak menyebabkan kamu mendurhakai Allah. Takutlah kepada Allah dengan sebenar-benar takut, tentu saja engkau akan terlepas dari sifat keputusan dari rahmat-Nya.
|
5. |
Jauhkanlah dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu bisa menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
|
6. |
Wahai anaku, seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang, dan orang yang telah rusak akhlaknya akan senantiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar. Ketahuilah memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah dari pada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.
|
7. |
Wahai anakku, engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang sangat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada itu semua, adalah apabila engkau mempunyai tetangga yang jahat.
|
8. |
Wahai anakku, janganlah sekali-kali engkau mengirimkan seorang yang bodoh menjadi utusan. Maka bila tidak ada orang yang serdas dan pintar, sebaiknya dirimu sendiri menjadi utusan.
|
9. |
Jauhilah sifat dfusta, sebab berdusta itu enak sekali mengerjakannya, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat berbahaya.
|
10. |
Wahai anakku apabila engkau menghadapi dua pilihan, apakah menjenguk (ta’ziyah) orang mati atau menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah engkau memilih untuk melayat orang mati. Sebab melayat orang mati itu akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta pernikahan itu hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.
|
11. |
Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan sampai kenyang itu lebih baik jika makanan itu diberikan kepada anjing saja.
|
12. |
Wahai anakku, janganlah engkau langsung menelan saja karena manisnya barang dan jangan langsung memuntahkan saja karena karena pahitnya. Karena yang manis itu belum tentu menimbulkan kegetiran.
|
13. |
Makanlah makananmu bersama-sama dengan orang-orang yang takqwa dan musyawarahkan urusanmu dengan para alim ulama dengan meminta nasehat kepadanya.
|
14. |
Wahai anakku, bukanlah suatu kebaikan namanya apabila engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tak ubahnya bagaikan seorang yang mencari kayu bakar, setelah banyak terkumpul maka ia tidak kuat memikulnya padahal ia masih selalu menambhakannya jua.
|
15. |
Wahai anakku, apabila engkau ingin menemukan kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan pura-pura membikin dia marah. Apabila di dalam kemarahannya itu dia masih berusaha menginsyafkan atau menyadarkan kamu, maka bolehlah engkau ambil sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah engkau terhadapnya. |
16. |
Selalulah baik tutur katamu dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, karena engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang berharga.
|
17. |
Wahai anakku, apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu dari padanya, namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.
|
18. |
Jadikanlah dirimu dalam segala perilakumu sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharapkan sanjungan orang lain, karena riya menimbulkan cela.
|
19. |
Wahai anakku, usahakanlah agar mulutmu tidak mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan kemanfaatan bagi orang lain.
|
20. |
Wahai anakku, janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu direpotkan dunia saja karena engkau diciptakan Allah bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tidak ada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya oleh dunia.
|
21 |
Wahai anakku, janganlah engkau mudah tertawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan, jangan engkau berjalan tanpa tujuan pasti, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak ada gunanya bagimu. Janganlah menyia-nyiakan hartamu.
|
22 |
Barangsiapa yang penyayang tentu akan disayang, siapa pendiam akan selamat dari pada berkata yang mengandung racun, dan barangsiapa yang tidak bisa menahan lidahnya dari berkata kotor tentu ia kan menyesal.
|
23 |
Wahai anakku, bergaullah dengan erat engkau dengan orang alim dan orang berilmu. Perhatikanlah kata dan nasehatnya, hidupkan hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur tersiram air hujan.
|
24 |
Wahai anakku, ambillah harta dunia sekedar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang sampah sehingga engkau menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya jangan engkau peluk dunia ini serta mereguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau berteman dengan orang pandir dan jangan pula berteman dengan orang yang bermuka dua, karena akan membahayakanmu.
|
Posting Komentar
Posting Komentar