DNA |
Dalam tiga miliar tahun, segala sesuatu bisa saja terjadi, termasuk dalam usaha manusia untuk menciptakan 'kehidupan' baru.
Seperti yang dilansir oleh Wired.com (31/1), para peneliti telah menemukan sebuah aktivitas mirip kehidupan dalam ilmu kimia. Sebuah senyawa laboratorium yang baru disintesis menunjukkan perilaku kehidupan layaknya mahluk hidup.
Ketika partikel ini terekspos cahaya dan bersenyawa dengan bahan kimia lain, mereka akan membentuk kristal yang bergerak kemudian hancur. Memang, menurut para peneliti perilaku ini memang bukanlah tanda-tanda kehidupan sebenarnya, namun mereka tidak terlalu jauh dari hal tersebut.
"Ada batas yang kabur antara aktivitas dan kehidupan. Inilah pertanyaan yang masih kita cari jawabannya hingga kini," kata Jeremie Palacci, ahli biofisika dari New York University.
Palacci dan beberapa peneliti memang tertarik meneliti tingkah unik partikel kimia ini. Partikel ini sendiri mampu mengatur dirinya sendiri untuk mampu berkelompok maupun berpencar layaknya sekawanan ikan dan burung.
Partikel ini tersusun dari kubus mikroskopis hematit. Kubus ini terbentuk dari senyawa besi dan oksigen yang dilapisi bola polimer.
Dalam beberapa frekuensi gelombang cahaya biru, hematit mampu menghasilkan aliran listrik. Ketika partikel ini diletakkan di dalam senyawa hidrogen peroksida dan terpapar sinar biru, reaksi kimia mulai mengkatalisasi sekitar daerah yang terkena senyawa tersebut.
Penelitian ini sendiri dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui betapa rumitnya perilaku kolektif timbul dari individu sederhana menjadi molekul dan kemudian berkembang sebagai bentuk kehidupan mandiri.
Kristal ini sendiri memiliki dua kriteria kehidupan yaitu metabolisme dan pergerakan. Kurang satu lagi ciri agar kristal ini bisa disebut makhluk hidup, yaitu kemampuan bereproduksi.
Seperti yang dilansir oleh Wired.com (31/1), para peneliti telah menemukan sebuah aktivitas mirip kehidupan dalam ilmu kimia. Sebuah senyawa laboratorium yang baru disintesis menunjukkan perilaku kehidupan layaknya mahluk hidup.
Ketika partikel ini terekspos cahaya dan bersenyawa dengan bahan kimia lain, mereka akan membentuk kristal yang bergerak kemudian hancur. Memang, menurut para peneliti perilaku ini memang bukanlah tanda-tanda kehidupan sebenarnya, namun mereka tidak terlalu jauh dari hal tersebut.
"Ada batas yang kabur antara aktivitas dan kehidupan. Inilah pertanyaan yang masih kita cari jawabannya hingga kini," kata Jeremie Palacci, ahli biofisika dari New York University.
Palacci dan beberapa peneliti memang tertarik meneliti tingkah unik partikel kimia ini. Partikel ini sendiri mampu mengatur dirinya sendiri untuk mampu berkelompok maupun berpencar layaknya sekawanan ikan dan burung.
Partikel ini tersusun dari kubus mikroskopis hematit. Kubus ini terbentuk dari senyawa besi dan oksigen yang dilapisi bola polimer.
Dalam beberapa frekuensi gelombang cahaya biru, hematit mampu menghasilkan aliran listrik. Ketika partikel ini diletakkan di dalam senyawa hidrogen peroksida dan terpapar sinar biru, reaksi kimia mulai mengkatalisasi sekitar daerah yang terkena senyawa tersebut.
Penelitian ini sendiri dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui betapa rumitnya perilaku kolektif timbul dari individu sederhana menjadi molekul dan kemudian berkembang sebagai bentuk kehidupan mandiri.
Kristal ini sendiri memiliki dua kriteria kehidupan yaitu metabolisme dan pergerakan. Kurang satu lagi ciri agar kristal ini bisa disebut makhluk hidup, yaitu kemampuan bereproduksi.
Posting Komentar
Posting Komentar