-->

Falsafah Hindu: Delapan Mutiara Weda

Falsafah Hindu: Delapan Mutiara Weda

Oleh
Mpu Sri Rastra Jaya Bhuwana

1. Grahastha:

Rumah Tangga Rukun, Sejahtera dan Bahagia

Kunci dari kerurunan adalah ikatan lahir bathin. antara suami istri diwujudkan dengan sikap saling asah, saling asih dan saling asuh.

  1. Saling asah dimaksudkan dengan saling memberikan pembelajaran, saling memberikan koreksi, saran dan masukan.
  2. Saling asih dimaksudkan dengan saling mengasihi, menyayangi, mencintai, menghargai, menghormati.
  3. Saling asuh dimaksudkan dengan saling memelihara, saling memperhatikan, saling menjaga, saling bantu-membantu.


Kunci Kesejahteraan adalah caranya berusaha memeperoleh sesuatu, hendaknya berdasarkan dharma, kemudian dibagi tiga, yang satu bagian sarana mencapai dharma, bagian yang kedua, sarana untuk memenuhi kama, bagian yang ketiga sarana melakukan kegiatan usaha dalam bidang artha agar berkembang kembali, atau ditabung. (Sarasamuccata, Sloka 20.261-262).


Kunci Kebahagiaan adalah dengan melaksanakan kewajiban untuk mencapai kebebasan dan bekerja untuk menjadi manusia yang bebas dari rasa takut, bekerja keras tetapi semua hasil pekerjaan itu dipersembahkan kepada Tuhan. Manusia patut berbahagia karena Tuhan telah menyuruh bekerja di atas dunia ini. Namun pekerjaan yang dilakukan harus tidak dengan paksaan, karena akan menimbulkan ikatan; bekerja tidak mencari pujian, tidak mengejar jasa apapun akan mencapai kebahagiaan( Karma Yoga)

Kesimpulan:
Kerukunan - kuatnya ikatan lahir batin antara suami dan istri, wujudnya saling asah, asih, asuh.
Kesejahtraan - Piawai mengatur keuangan Rumah Tangga, dibagi tiga untuk dharma, kama, dan artha.
Kebahagiaan - Bekerja tanpa pamrih, bekerja sebagai pengabdian kepada Tuhan, karena Tuhan sumber kebahagiaan.

2. Mencari Tuhan:

Sebagai Sumber Kebahagiaan

Manusia berusaha mencari Tuhan karena Tuhan adalah sumber kebahagiaan dan pencerahan.
Manusia yang tidak mengetahui Tuhan, penuh dengan kegelapan (avidya) dan hanya sibuk untuk badan dan menikmati dunia ini, dan telah meninggalkan yoga.

Orang-orang yang mengikuti jalan avidya atau kegelapan menganggap badan segalanya.
Avidya atau ketidaktahuan adalah orang yang tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, dimana yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar.

Orang yang sibuk dalam tarka atau diskusi saja tapi tidak melaksanakan yoga, tidak akan pernah mendapatkan Tuhan.
Adhìkari adalah orang yang berhak mencari Tuhan. Orang yang sudah belajar Veda, sudah menjalankan upanayana samskàra (upacara kelahiran spriritual) atau pentasbisan sebagai seorang dwija (kelahiran kedua). Dia sudah melaksanakan nitya karma (ritus/pemujaan sehari-hari) dan nairmittika karma dengan sembahyang dan upavasa.

Tuhan baru bisa direalisasikan bila seseorang telah membersihkan diri dan pikirannya, sehingga tidak lagi berada dalam kegelapan, bebas dari segala jenis ikatan dan telah mengabdikan hidupnya untuk mencari Tuhan dengan samàdhi.

Mengetahui Tuhan berarti mengetahui segala jenis pengetahuan dan dunia ini. Setelah mengetahui Tuhan, manusia akan menjadi jivan mukta atau tidak berpengaruh terhadap duka sebesar apapun, karena yang dirasakan hanyalah kebahagiaan sempurna. (Kitab Yajurveda: 17.31)

3. Dewa di deweke:

Tuhan ada di dalam diri Manusia


  1. Pengertian Dewa di deweke atau Tuhan sebagi Sang Pencipta ada di dalam diri manusia yang menjadikan diri-Nya atman yang bersemayam di dalam diri setiap makhluk yaitu manusia, binatang dan tumbuh-tubuhan.
  2. Badan manusia terdiri atas tiga bagain yaitu: (1) Sukla Sarira atau Antah Karana Sarira atau badan penyebab kehidupan, dimana bersemayamnya sang Atman; (2) Suksma Sarira atau badan halus dimana terdapat roh/jiwa, budhi, pikiran, tri guna dan dasa indriya; (3) Stula Sarira atau badan kasar yang terbentuk dari panca maha bhuta(air, cahaya, angin, eter, dan tanah).
  3. Oleh karena Tuhan ada di dalam diri Manusia, secara tidak langsung Tuhan sebagai Sang Pemelihara, memihara manusia sepanjang hidupnya. Namun manusia harus melakukan hubungan dengan Tuhan melalui yoga.
  4. Sebelum melakukan yoga manusia harus membersihkan pikiran dan badannya, banyak berbuat kebaikan untuk meningkatkan budhinya, kemudian melakukan japa, tapa, brata, dan yoga, agar intuisinya dapat dirasakan oleh badan dan pikiran. Dengan demikian manusia dapat mengetahui Tuhan.
  5. Mengetahui Tuhan berarti mengetahui segala jenis pengetahuan dan dunia ini. Setelah mengetahui Tuhan, manusia akan menjadi jivan mukta atau tidak berpengaruh terhadap duka sebesar apapun, karena yang dirasakan hanyalah kebahagiaan sempurna.
  6. Sebagai Sang Pelebur Tuhan akan mengembalikan Sang Atman kepada diri-Nya disebutkan di dalam kitab suci Atharvaveda 18-2-27 yang menyatakan:“ wahai manusia, karena adanya keinginan-keinginan untuk hidup di dunia, maka diikat oleh ikatan dunia ini. Tuhan telah menjemput, sang Atma telah pergi ke alam pitra, mayat sudan milik Panca Maha Bhuta, segera dijauhkan dari rumah agar keluarga dapat tinggal dalam kedamaian”.


4. Gayatri Mantra:

Mukjizat Penyembuhan dengan Doa

Petunjuk dalam Melakukan Penyembuhan dengan Doa

  1. Penyembuh dengan doa, sangat penting menjalani periode pemurnian atau memperbaiki wataknya. Turunnya energi penyembuhan bersama-sama dengan energi spritual, akan melipatgandakan sifat-sifat positif penyembuh sampai beberapa kali. Oleh karena itu, dibutuhkan pemurnian diri melalui latihan renungan batin setiap hari. Seseorang dengan getaran halus atau lebih tinggi, cendrung menarik makhluk dengan getaran serupa atau lebih tinggi.
  2. Penyembuh dengan doa dianjurkan bermeditasi dan berdoa (japa) secara teratur, memohon kepada Tuhan agar dijadikan alat penyembuh-Nya.
  3. Selama melakukan penyembuhan dengan doa, sangatlah penting untuk berkonsentrasi pada chakra mahkota dan pusat telapak tangan yang digunakan untuk menyembuhkan.


Prosedur Penyembuhan dengan Doa

Meletakkan tangan di bagian yang sakit atau di chakra ajna, chakra dahi, chakra mahkota ataupun chakra jantung belakang.
Om bhur bhuvah svah. 
Tat savitur varenyam Bhargo devasya dhìmahi. 
Dhiyo yo nah pracodayàt.
Tuhan Yang Maha Penolong, Pemberi Kehidupan, dan Kebahagiaan
Oh Tuhan aku menerima perlindungan-Mu
Berikanlah aku budi yang baik dan anugrah-Mu

Doa ini diulang beberapa kali hingga rasa sakit berkurang atau hilang sama sekali, dengan konsentrasi dan keyakinan penuh. Doa dilakukan dengan rendah hati, tulus dan rasa hormat.

  1. Sebelum melakukan perawatan, mintalah pasien untuk berdoa mohon kesembuhan dari Tuhan dengan kata-kata sendiri.
  2. Selaraskan diri agar dapat menerima bimbingan intuitif.
  3. Setelah mengakhiri perawatan, penyembuh maupuan pasien harus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.


5. Kebebasan Dalam Ajaran Hindu

Kebebasan Individu adalah bebas dari rintangan (klesa):

  1. Kebodohan (avidya); 
  2. Keakuan(asmita);
  3. Keterikatan (raga);
  4. Kemurkaan (dvesa);
  5. Ketakutan terhadap kematian (abhinivesa).


Kebebasan Dalam Melaksanakan Pemujaan:

  1. Pemujaan (meditasi) konkrit (saguna upasana atau bhaktiyoga yaitu yoga ketaatan.) meditasi dengan simbol (pratika) seperti sesaji, patung, saligrama, gambar (Rama, Krsna, Dewi Gayatri);
  2. Pemujaan (meditasi)abstrak (nirguna upasana atau jnana yoga yaitu yoga pengetahuan) adalah meditasi tanpa kelengkapan seperti langit biru, ether, sinar matahari;
  3. Memuja Ista Dewata seperti Wisnu, Siwa atau lainnya,namun semuanya memuliakan Iswara (Tuhan).


Kebebasan Dalam Melaksanakan Pekerjaan:

  1. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kurban suci untuk Tuhan, kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia ini.
  2. Tidak terikat akan hasil pekerjaan,selalu bersyukur seberapapun yang diperoleh;
  3. Pekerjaan yang dilakukan sebagai suatu pengabdian kepada Tuhan dan menjadi seorang dermawan.


Kebebasan (Moksa) Dalam Hidup (Jiwanmukta)
Mengetahui Tuhan berarti mengetahui segala jenis pengetahuan dan dunia ini.
Setelah mengetahui Tuhan, manusia akan menjadi jivan mukta atau tidak berpengaruh terhadap duka sebesar apapun, karena yang dirasakan hanyalah kebahagiaan sempurna (suka tanpawali duka).

Kebebasan (Moksa) Tidak Menjelma Kembali
Merupakan tujuan hidup terakhir yaitu untuk mencapai kebahagiaan abadi dalam penunggalan dengan Tuhan melalui catur yoga atau empat jalan yaitu karma yoga, bhakti yoga, jnana yoga, dan dhyàna yoga atau raja yoga, sesuai kemauan, kemampuan dan keyakinan seseorang.

6. Ciri-Ciri Orang Suci (Sadhu):


  1. Orang sadhu tidak gembira kalau mendapat pujian, tidak sedih atau marah jika dicela, tidak mengucapkan kata-kata kasar, tetap teguh pikirannya.
  2. Orang sadhu tidak memikirkan dosa orang lain., tidak mengeluarkan kata-kata celaan, hanya kebajikan dan perbuatan baik orang lain saja yang dipikirkan, ia berpegang teguh pada sopan santun, ia disebut pula sebagai manusia utama.
  3. Tujuan terpenting ketenangan sebagai pembawaan orang yang sàdhu, merunduk karena banyak kebajikan dan ilmunya, sebagai halnya padi merunduk karena berat buahnya, dan dahan pohon kayu merunduk karena lebat buahnya.
  4. Demikianlah pembawaan orang sadhu, ia tidak dibenarkan menceriterakan keburukan orang lain, apalagi dibelakang orangnya; selalu memberikan pertolongan jika melihat orang kesusahan.
  5. Lagi pula bukannya hanya orang yang sayang kepada orang yang sàdhu, sang Atmapun sayang kepadanya, kepada orang yang suci silanya; orang yang demikian itulah sesungguhnya adalah orang yang sayang akan dirinya
  6. Bagi orang suci, bukan karena keinginannya akan balasan dalam mengusahakan kesejahteraan orang lain; melainkan karena hal itu telah merupakan keyakinannya, prilaku orang sàdhu memang demikian; itulah ciri orang yang “berjiwa besar”; demikianlah pengertiannya, beliau tidak memandang akan buah hasil kerjanya.

Sumber:
Kitab Sarasamusccaya, merupakan inti sari dari Kitab Mahabharata. Kitab Mahabharata pada Bhisma Parwa terdapat Bhagawadgita yang merupaka Weda ke lima.

7. Ritual Hindu Dharma:

Upacara Sederhana Menurut Weda

Sandhyopasana: 
pemujaan pada pertemuan waktu: pagi, tengah hari dan petang.

Samskara: 
Tujuannya adalah untuk pemurnian, dan menyucikan kehidupan orang Hindu, yang memberikan setuhan-sentuhan spiritual, pada saat-saat penting dalam kehidupan pribadi dari mulai penciptaan sampai pembakaran mayat, menandakan tahapan yang penting dari kehidupan seorang manusia.

Panca Maha Yajna: Lima upacara kurban besar yaitu:

  1. Brahma Yajna atau Weda Yajña atau, kurban kepada Brahman (Tuhan yang Maha Esa) atau kitab suci Weda,
  2. Rsi Yajna, kurban kepada para Rsi; atau para orang suci ;
  3. Pitra Yajna, kurban kepada leluhur, tanpa pembakaran mayat;
  4. Bhùta Yajna, kurban kepada semua makhluk (hewan dan tumbuh-tumbuhan), tanpa Bhuta Kala;
  5. Manusya Yajna, kurban kepada sesama manusia (dana punia).


Pemujaan. atau Upasana
duduk dekat Tuhan atau pendekatan dengan obyek pemujaan yang dipilih dengan bermeditasi pada-Nya sesuai dengan ajaran-ajaran Sastra dan guru.

  1. Saguna-upasana adalah meditasi konkrit, meditasi yang menggunakan simbol (pratika) seperti, patung, saligrama, gambar Rama, Krsna, Dewi Gayatri, merupakan Pratika-upasana. Saguna-upàsana yaitu Bhaktiyoga ( yoga ketaatan).
  2. Nirguna-upasana adalah meditasi abstrak, meditasi pada aksara yang tanpa bentuk dan tanpa kelengkapan, atau Brahman yang transenden, merupakan Ahamgraha-upasana. Langit biru yang membentang, ether yang meresapi segalanya, sinar matahari yang menyinari segalanya merupakan Nirguna-upasana yang juga Jnana yoga (yoga pengetahuan);
  3. Puja dan Ista Devata: Pujà adalah istilah umum bagi pemujaan ritual. Obyek pemujaan adalah Ista Dewata atau Dewata penuntun. Sebuah sàligrama adalah sebuah patung Wisnu, simbol Wisnu, patung Siwa , simbol Siwa.


8. Judi:

Perbuatan bodoh dan Menyengsarakan

“Wahai pejudi, ketika kamu kesana kemari untuk berjudi, istri dan ibumu mendapatkan kesengsaraan dan kesedihan. Untuk mencari uang kamu selalu berhutang, mencuri dan memasuki rumah orang lain. Sehingga membuat orang tercekam dalam ketakutan, terutama dimalam hari (Rgveda: 10.34.10).

Penjelasan:

  1. Akibat judi rumah tangga menjadi hancur, kemudian akan muncul kejahatan seperti pencurian, perampokan dan sejenisnya.
  2. Judi adalah sebuah penyakit, yang akan menghancurkan tatanan masyarakat yang rajin dan suka kerja keras. Akibatnya masyarakat akan menjadi bodoh dan sengsara.
  3. Mantra di atas menyadarkan orang-orang yang tertarik pada judi agar meninggalkannya, karena memiliki dampak sangat buruk.
  4. Pesan terakhir dari Weda kepada mereka yang suka judi atau memperkenalkan judi: “ Wahai manusia, janganlah kalian bermain berjudi. Lebih baik menjadi petani, karena di sanalah istri serta keluargamu akan sejahtera” (Rg.Veda:34-10-13).


Sumber:
DR. Somvir 2001: “108 Mutiara Veda: Untuk Kehidupan Sehari-hari”
Paramita, Surabaya.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter