Aktivis Greenpeace berunjuk rasa di depan Balai Sarbini dengan tema "INGAT HUTAN KITA" , Semanggi, Jakarta (2/7). Mereka mengingatkan para capres untuk serius menangani perkara pembabatan hutan dan perubahan iklim |
Aktivis Greenpeace Teguh Surya menuturkan kiamat akan terjadi di tahun 2030. Ia beralasan ini sesuai prediksi Intergovernmental Panel on Climate untuk membatasi konsentrasi CO2 penyebab efek rumah kaca, jika tidak kadar CO2 akan menjadi 450 ppm pada tahun 2030.
“Akibatnya suhu bumi akan semakin memanas, akan ada kenaikan permukaan air laut, wabah penyakit, badai dan topan semakin sering terjadi, efeknya mungkin akan seperti kiamat,” kata Teguh ketika dihubungi Selasa, 25 Desember 2012.
Menurut Teguh, penyebab meningkatnya karbondioksida karena berkembangnya penggunaan fosil, meningkatnta populasi manusia, meningkatnya pola konsumsi dan perubahan tata guna lahan. Jika dibiarkan terus menerus, suhu bumi akan meningkat 2-4 derajat celcius di tahun 2030. Es di dua kutub akan mencair dan tinggi air laut akan meningkat.
“Kemungkinan 90 persen wilayah Jakarta tenggelam,” kata Teguh. Wilayah pesisir dihajar air, jelas Teguh, negara-negara kecil di Samudera Pasifik, masyarakat harus pindah karena tanahnya akan tenggelam. Ia juga memperkirakan wabah malaria dan demam berdarah meluas dan akan muncul penyakit-penyakit baru, terutama di Indonesia sebagai negara tropis.
Prediksi Teguh, saat itu perekonomian akan kolaps. Cuaca yang ekstrim membuat para nelayan dan petani merugi. Negara industri juga akan mengalami risiko kerugian karena sering terjadi badai dan topan. “Negara yang tidak punya duit, akan sulit pulihnya,” kata Teguh.
Menurut Teguh, untuk memperlambat pemanasan global harus melakukan tindakan secepat mungkin. Caranya dengan meminimalisir munculnya emisi gas rumah kaca yang kebanyakan bersumber pada transportasi, pembakaran hutan dan gas buang industri.
Selain itu, pemerintah juga seharusnya merencanakan pembangunan berbasis lingkungan. “Selama ini pemerintah tidak punya perencanaan adaptasi terhadap perubahan iklim,” kata Teguh.
“Akibatnya suhu bumi akan semakin memanas, akan ada kenaikan permukaan air laut, wabah penyakit, badai dan topan semakin sering terjadi, efeknya mungkin akan seperti kiamat,” kata Teguh ketika dihubungi Selasa, 25 Desember 2012.
Menurut Teguh, penyebab meningkatnya karbondioksida karena berkembangnya penggunaan fosil, meningkatnta populasi manusia, meningkatnya pola konsumsi dan perubahan tata guna lahan. Jika dibiarkan terus menerus, suhu bumi akan meningkat 2-4 derajat celcius di tahun 2030. Es di dua kutub akan mencair dan tinggi air laut akan meningkat.
“Kemungkinan 90 persen wilayah Jakarta tenggelam,” kata Teguh. Wilayah pesisir dihajar air, jelas Teguh, negara-negara kecil di Samudera Pasifik, masyarakat harus pindah karena tanahnya akan tenggelam. Ia juga memperkirakan wabah malaria dan demam berdarah meluas dan akan muncul penyakit-penyakit baru, terutama di Indonesia sebagai negara tropis.
Prediksi Teguh, saat itu perekonomian akan kolaps. Cuaca yang ekstrim membuat para nelayan dan petani merugi. Negara industri juga akan mengalami risiko kerugian karena sering terjadi badai dan topan. “Negara yang tidak punya duit, akan sulit pulihnya,” kata Teguh.
Menurut Teguh, untuk memperlambat pemanasan global harus melakukan tindakan secepat mungkin. Caranya dengan meminimalisir munculnya emisi gas rumah kaca yang kebanyakan bersumber pada transportasi, pembakaran hutan dan gas buang industri.
Selain itu, pemerintah juga seharusnya merencanakan pembangunan berbasis lingkungan. “Selama ini pemerintah tidak punya perencanaan adaptasi terhadap perubahan iklim,” kata Teguh.
Posting Komentar
Posting Komentar