Penelitian yang mengaitkan antara kumis dan kanker kulit dilakukan di University of Southern Queensland. Dalam penelitian ini, para ilmuwan membandingkan paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) pada kulit laki-laki berkumis dan yang tidak berkumis.
Logika yang dipakai para ilmuwan cukup sederhana, yakni makin tebal kumis maupun facial hair atau rambut-rambut halus lain di wajah maka paparan sinar UV penyebab kanker kulit akan semakin sedikit yang mencapai kulit. Tentunya efek tersebut hanya berlaku di bagian yang tertutup kumis atau berewok.
Selain ketebalan, panjang kumis juga mempengaruhi efek protektif atau perlindungan terhadap radiasi sinar UV yang sebagian besar berasal dari sinar matahari. Makin panjang kumis dan rambut-rambut halus lain di wajah, maki rendah risiko kanker kulit di bagian yang ditutupinya.
Meski demikian, temuan tersebut masih harus diteliti lebih lanjut. Seperti dikutip dari News.com.au, Senin (26/11/2012), banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam penelitian tersebut, antara lain apakah efek perlindungan terhadap sinar UV juga bisa berlaku untuk kumis palsu atau sekadar menutupkan jari di atas hidung.
Terlepas dari penelitian tersebut, kumis dan kanker sudah lama saling dikaitkan. Bukan sebagai pasangan sebab dan akibat, melainkan dalam kaitannya dengan kampanye untuk menyadarkan bahaya kanker prostat yang dilakukan setiap bulan November.
Di banyak negara, bulan November ditetapkan sebagai bulan kepedulian terhadap kanker prostat yang disimbolkan dengan kumis sehingga disebut juga Movember alias Moustache November (November kumis). Selama ini tidak ada hubungan langsung antara kumis dan kanker, sekadar simbol saja karena prostat dan kumis sama-sama identik dengan laki-laki. (forum.detik.com)
Posting Komentar
Posting Komentar