Dupa atau hio atau kemenyan atau pasepan Bali harum
adalah sebuah material yang mengeluarkan bau.
Dupa mengeluarkan asap yang biasanya menggunakan bau harum atau aroma khas ketika dibakar. Banyak upacara keagamaan menggunakan dupa. Dupa juga digunakan untuk pengobatan. Dupa ada dalam berbagai bentuk dan proses, namun, dupa dapat terbagi menjadi "pembakaran langsung" dan "pembakaran tidak langsung" tergantung bagaimana dupa digunakan. Suatu bentuk tergantung dari budaya, tradisi dan rasa seseorang.
Hampir semua orang Tionghoa tahu apa itu Dupa/Hio karena setiap ritual persembahyangan yang dilakukan selalu menggunakan benda yang satu ini. Bahkan pernah saya mengdengar seorang sesepuh berkata, “Kalau tidak mau memegang dan tidak tahan dengan bau Dupa/Hio janganlah jadi orang Tionghoa.” Namun tahukah anda makna yang tersirat dari penggunaan Hio didalam ritual persembahyangan tersebut. Berikut sedikit penjelasan tentang makna dari Hio, jenis-jenisnya, dan cara penggunaannya.
Hio artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau belahan kayu, misalnya : Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain.
Makna dan Kegunaan Dupa / Hio bagi etnis Tionghoa / Budha
Membakar dupa/hio mangandung makna :
- Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku. (Dao You Xin He)
- Hatiku dibawa melalui keharuman dupa. (Xin Jia Xiang Chuan)
Selain itu dupa juga berfungsi untuk:
- Menenteramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. (seperti aroma therapy pada jaman sekarang)
- Mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat jahat.
- Mengukur waktu : terutama pada jaman dahulu, sebelum ada lonceng atau jam. (seperti pada saat duel di film-film kungfu)
Jenis - Jenis Dupa atau Hio
- Dupa yang bergagang Hijau Gunanya khusus untuk bersembahyang di depan jenasah keluarga sendiri atau dalam masa perkabungan.
- Dupa yang bergagang Merah Gunanya untuk bersembahyang pada umumnya. (contoh : ke altar Tian/Tuhan, altar Nabi, Shen Ming (para suci), dan leluhur)
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida, bubukan dsb-nya Gunanya untuk menenteramkan pikiran, mengheningkan cipta, mengusir hawa jahat; dinyalakan pada Swan Lo (Xuan Lu)/tempat dupa –> tidak sama dengan tempat menancapkan dupa.(gambar menyusul)
- Dupa yang berbentuk spiral, seperti obat nyamuk. Hanya untuk bau-bauan. Sering ditemui ketika upacara perkabungan.
- Dupa besar bergagang panjang (Kong Hio/Gong Xiang) Gunanya khusus untuk upacara sembahyang besar.
- Tiang Siu Hio/Chang Shou Xiang Dupa tanpa gagang, panjang lurus, dibakar pada kedua ujungnya. Gunanya untuk bersembahyang kepada Tuhan atau untuk dipasang pada Swan Lo (Xuan Lu). Bisa juga lagi dalam masalah gawat sekali, urgent memohon pertolongan sang Dewa dengan segera.
Ketentuan Jumlah/Penggunaan Dupa
Dupa yang bergagang Hijau
- 2 batang : digunakan untuk menghormat jenasah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung atau belum lewat sembahyang Tai Siang/Da Xiang (sembahyang 3 tahun). Boleh juga dipakai satu batang saja.
Dupa yang bergagang Merah
- 1 batang : dapat digunakan untuk segala upacara sembahyang; bermakna memusatkan pikiran untuk sungguh-sungguh bersujud.
- 2 batang : untuk menghormat kepada arwah orang tua/yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari/setelah sembahyang Tai Siang; atau ke hadapan altar jenasah bukan keluarga sendiri. Mengandung makna : ada hubungan Iem Yang atau Negatif dan Positif, ada hubungan duniawi.
- 3 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
- 4 batang : sama makna dengan 2 batang.
- 5 batang : untuk menghormat arwah umum, umpamanya pada sembahyang bulan VIII Imlek(Yin Li) : sembahyang King Hoo Ping (Jing He Ping). Mengandung makna melaksanakan Lima Kebajikan (Ngo Siang/Wu Chang) atau sembahyang Thu thi kung (hok tek ceng sin).
- 8 batang : sama guna dengan 2 batang, khusus untuk upacara kehadapan jenasah oleh Pimpinan Upacara dari Majelis Agama (MAKIN). Mengandung makna Delapan Kebajikan.
- 9 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
- 1 pak : Boleh sebagai pengganti 9 batang atau 1 batang; ini kurang/tidak perlu.
Cara Menancapkan Dupa harum
Langsung ditancapkan sekaligus, setelah dinaikkan 2 kali. Ini juga berlaku untuk 4 atau 8 batang.
Untuk 3 batang dupa harum
berlaku juga di Hio Lo berbentuk bulat
Hio pertama ditancapkan di tengah-tengah, hio kedua ditancapkan disebelah kiri (ditinjau dari altar), hio ketiga ditancapkan disebelah kanan.
Pada tempat menancapkan dupa (Hio Lo/Xiang Lu) yang berbentuk bulat, 5 batang dupa itu ditancapkan sbb (ditinjau dari altar):
- dupa pertama : tengah-tengah
- dupa kedua : kiri (dalam)
- dupa ketiga : kanan (dalam)
- dupa keempat : kiri (luar)
- dupa kelima : kanan (luar)
Pada tempat dupa yang bentuknya persegi panjang. 5 batang dupa itu ditancapkan seperti pada penancapan 3 batang, ditambah dengan dupa keempat disebelah kiri dupa kedua dan dupa kelima di samping kanan dupa ketiga.
Untuk 9 batang dupa harum
Cara menancapkan seperti pada penancapan 3 batang, dinaikkan 3 kali dan tiap kali ditancapkan 3 batang dupa.
Catatan :
untuk setiap penancapan dupa selalu menggunakan tangan kiri
Penjelasan :
Didalam prinsip-prinsip ajaran yang terdapat di Kitab Ya King (I-Ching) yang menguraikan tentang garis-garis Pat Kwa (Ba Gua), dinyatakan kiri ialah melambangkan unsur Yang atau Positif, dan kanan melambangkan unsur Yin atau Negatif. Maka untuk hal-hal yang bersifat seperti menancapkan dupa, wajib menggunakan tangan kiri.
Ada keterangan lain yang peninjauannya secara anatomis (untuk diketahui saja):
Jantung atau Siem (Xin) kita ada disebelah kiri, menancapkan dupa adalah hal kesujudan hati/Siem (jantung), maka digunakanlah tangan kiri.
Fakta tambahan :
coba lihat lintasan lari di stadion pasti mengarah kekiri atau lihat atraksi “roda gila” pasti pemainnya muter ke arak kiri. Chi/angin bergerak dari arah sebelah kiri menyusuri tembok kiri (sisi naga ).
sumber : SGSK XXVIII No 4-5 Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu,
MATAKIN
Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2001 terkait pembakaran dupa dapat mengakumulasi bahan kimia dalam tubuh, penelitian tersebut dilakukan di sebuah kuil Budha. Membakar dupa dengan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi dapat menyebabkan masalah-masalah pernapasan dalam tubuh manusia seperti sesak nafas karena jumlah bahan kimia yang dihasilkan dalam proses pembakaran dupa.Penelitian ini juga yang membuat sebagian vihara di indonesia tidak memperbolehkan menyalakan hio lagi untuk umum , hio hanya dinyalakan pada waktu sembahyang.
Ciri-ciri dari dupa yang terbuat dari bahan alami adalah :
- Abu dupa tidak panas di tangan.
- Pembakaran tidak akan padam di tengah.
ada tips lain lagi, sisa lidi-lidi yang menancap di hiolo jangan dibuang sembarangan, karena sering ditempel oleh roh yang mengisap hio tersebut. roh2 tersebut biasanya yang sering membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, karena kita telah memberi makan kepadanya… (makan wewangian).
untuk membuangnya ,sebaiknya dibakar dengan kertas mas (kimcoa) setiap ce it atau cap go
Posting Komentar
Posting Komentar