Wawancara wartawan Jawa Pos Agung Putu Wijaya dengan Robin kelahiran Jerman besar Di AS aktivis Berliner Unterweiten pengelola situs bersejarah.
Jika perang nuklir benar-benar terjadi, Berlin bisa jadi adalah kota yang paling siap menghadapinya. Ibu kota negara Jerman itu sudah memiliki bungker-bungker perlindungan bagi warganya untuk bertahan dari perang nuklir. Bungker-bungker tersebut dibangun pemerintah Jerman tahun 1977.
Bangunan yang nyempil di Jalan Burnenstrasse, Berlin itu sekilas tampak seperti bangunan liar. Letaknya berada dalam satu arah pandangan dengan stasiun Gesundbrunnen. Bangunannya tak seberapa besar. Bahkan bangunanannya itu tidak tak legih gede dari pos kamling yang biasa dibangun di Indonesia. Bangunan itu seperti tidak terawat dengan sulur-sulur tanaman merambat di dindingnya yang berwarna cerah.
Tetapi jangan salah sangka. Tampilan luar bangunan memang sangat mengecoh. Sebab rumah kecil berpintu besi itu merupakan jalan masuk menuju salah satu bungker utama di Berlin. Bungker tersebut bahkan masih masuk dalam program kementerian pertahanan Jerman sebelum akhirnya dihapus dua tahun lalu.
Bungker-bungker itu dikelola oleh Berliner Unterweiten, sebuah organisasi nirlaba pecinta sejarah perang dingin di Berlin. Para pengelola yang sebagian aktivis Berliner Unterweiten ( dunia bawah tanah Berlin ) setiap hari bergantian menemani para pelancong untuk melihat situs pertahanan milik pemerintah Jerman yang masih terawat dengan baik.
Untuk jelajah bungker tersebut disediakan tangga-tangga yang berjumlah enam tangga yang harus dilalui. Panjang tangga itu rasanya setara dengan turun tiga lantai. Penerangannya minim walaupun masih bisa melihat dengan jelas.
Semakin ke bawah lorong kian gelap. Dalam kondisi perang, kamp-kamp pengungsi hanya digunakan untuk berlindung sementara. Energi dibuat sehemat mungkin
Dasar bungker sangat gelap. Arah jalan hanya mengandalkan sejumlah anak panah bersaput fosfor yang membuatnya bercahaya di kegelapan. Ruangan di bawah tanah terdiri atas banyak kamar. Mulai dapur, kamar tidur, dan tempat berkumpul. Sebelum memasuki ruangan – ruangan tersebut warga yang mengungsi harus melewati areal sterilisasi.
Ukuran ruang sterelisasi mencapai separoh lapangan voli besarnya, ruangan itu memiliki dua pintu besi yang berkatup karet plus bergagang ulitr. Satu pintu merupakan pintu masuk menuju ruangan lainnya di dalam bungker. Pintu dibikin dari besi berat untuk menjaga agar udara dari luar yang dipercaya membawa radiasi tidak ikut masuk ke dalam bungker.
Di pojok ruangan ditempatkan shower tempat warga membersihkan tubuh dari bakteri yang bisa membahayakan sesama pengungsi. Shower tersebut dibikin tanpa sekat. Alhasil, siapa pun yang mandi telanjang bakal terlihat pengungsi lainnya. “ itu untuk evisiensi, lagi pula, apakah anda masih memikirkan rasa malu saat keadaan darurat ? “.
Selain untuk mandi, ruangan itu digunakan untuk membersihkan warga dari radiasi nuklir. Semua pakaian yang menempel dan barang yang dibawa harus dibuang dan diganti dengan pakaian khusus. Dari ruangan sterilisasi, warga bisa menuju kamar dapur atau kamar tidur melalui sejumlah lorong. Setiap bungker dibuat berkelok-kelok. Mirip labirin berbahan beton. Tujuannya bila ada rocket diluncurkan, tidak langsung hancur dalam sekali tembak, karena harus membentur banyak tembok.
Di kamar dapur merupakan tempat bagi warga membuat makanan untuk para pengungsi. Jam kerja dapur diatur berurutan. Kendati perang nuklir tidak juga datang sampai abad ke-21 dapur-dapur tersebut masih terawat rapi dengan peralatan yang memadai dan mencukupi kebutuhan masak.
Di sudut ruangan, satu lagi pintu kedap udara menanti. Di baliknya, puluhan kamar dengan ribuan dipan bertingkat tiga siap menampung pengungsi. Satu kamar bisa ditempati 48 orang. Jika lampu dimatikan, garis cat fosfor menyala di sepanjang dinding-dindingnya. Selain kamar dan toilet, bunker juga dilengkapi klinik dan dapur. Semuanya bersih dan rapi, masih siap digunakan sewaktu-waktu.. Dalam simulasi pemerintah Jerman Barat, akan ada warga yang memasak, ada yang memutar generator, ada yang istirahat tidur. Masing-masing diberi giliran dan tidak boleh saling melanggar. Semua hrus disiplin karena ini menyangkut risiko nyawa ribuan orang.
Sebagian besar bungker dan selter dibangun tahun 1977. Saat itu Jerman terpecah menjadi Jerman barat dan Jerman Timur karena Perang Dunia II. Kedua wilayah dibatasi oleh tembok besar yang memisahkan dua kota tersebut. Jerman timur dikuasai Komunisme Uni Soviet melarang warganya hijrah ke ke Jerman Barat yang dikuasai negara-negara Barat pimpinan AS.
Dalam masa perang dingin itu, kedua kubu saling curiga, bahwa satu kubu hendak menghancurkan kubu lain AS meyakini bahwa Uni Soviet memiliki bom nuklir yang disimpan di Rusia. Jika tiba-tiba US menembakkan rocket ke Moskow, bom nuklir bakal meluluhlantakkan Berlin. Berlin menjadi tempat yang strategis karena hampir semua tentara kedua kubu bersiaga di tempat tersebut.
Dalam gambaran pemerintah Jerman Barat, Berlin bakal menjadi sasaran 1 juta bom nuklir. Karena itu kemudia dibangun selter dan lebih dari 70 bungker untuk menampung sebanyak-banyaknya warga Berlin
Dalam skenario pemerintah Jerman Barat, jika ada bom nuklir meledak, maksimal 3.339 orang dapat memakai bunker selama dua pekan. Sekilas angka itu tampak banyak, tetapi jika dibandingkan penduduk Berlin Barat yang tiga juta orang, artinya cuma seperseribu populasi yang bisa diselamatkan.
Maka pintu masuk bunker dibuat berlapis, tanpa kontak langsung antara operator pintu dengan pengungsi. Tujuannya, supaya petugas bisa tegas membuka pintu cuma untuk paling banyak dua puluh orang sekali masuk, tidak terbawa emosi lantas membuat jumlah pengungsi melebihi kapasitas bunker.
Di dalam bungker juga terdapat peta berukuran besar yang dipasang di sebuah kamar berkumpul para pengungsi . dalam peta tergambar bebrapa wilayah digolongkan dalam zona satu, zona dua, zona tiga. Masing-masing zona memiliki diameter. Zana satu masuk lingkaran utama karena berada di tempat jatuhnya meledaknya nuklir. Zona satu adalah ground zero. Tidak ada yang selamat. Di zona dua dan tiga mungkin ada yang selamat, namun haya bertahan hidup beberapa hari, karena radiasi nuklir. Bungker tersebut merupakan alternatif untuk menampung warga yang selama dua minggu. Dalam perang nuklir, ledakan bom memang hanya terjadi dalam beberapa menit. Tapi akibat yang ditimbulkan dari radiasi radioisotop berbahaya samapai bertahan beberapa hari. Karena itu bungker harus menjadi tempat bertahan bagi warga bertahan hidupsebelum akhirnya mereka kembali ke atas selama dua minggu pasca pengeboman.
Setelah naik ke atas, kondisi kota diperkirakan tetap belum aman. Tingkat radiasi juga masih tinggi. Dalam penyuluhan pemerintah Jerman Barat, warga diminta terus berlari ke luar kota sampai menemukan tempat yang paling aman dari radiasi. Mereka juga diminta bergerak sendirian, sebab saat nuklir melanda kota, seluruh hewan dan bahan makanan musnah. Itu bisa menimbulkan kanibalisme pada manusia.
Bungker di jalan Burnenstrasse merupakan bungker yang terintegrasi dengan stasiun Gesundbrunnen bawah tanah. Satunya lagiadalah stasiun Pankstrasse yang berselisih satu pemberhentian dengan Gesundbrunnen.
Meski ide untuk mengungsi ke bungker saat perang nuklir mungkin sesuatu yang mustahil. Jika Berlin ditimpa satu juta bom nuklir, memang hanya Berlin yang rusak. Tetapi beberapa hari kemudian radiasinya yang berbahaya bakal menyebar menutupi wilayah bumi. Radiasi nuklir bisa membuat atmosfir bolong. Hewan musnah dari yang terkecil hingga yang yang besar dan tidak ada tanaman yang tumbuh.
Kalau pun manusia bisa bertahan hidup, dalam hitungan hari rambutnya akan rontok, kemudian tewas atau hidup tetapi tersiksa menderita lahir batin dan cacat seumur hidup.
|
Posting Komentar
Posting Komentar