-->

Mimpinya Syaikhul Akbar

Makna Mimpi, Mimpinya Syaikhul Akbar, Ibnu Arabi

Ibnu Arabi Beliau adalah seorang sufi besar dari negeri Andalusia yang mendapatkan gelar Syaikhul Akbar. Beliau menulis banyak kitab tentang tasawuf, di antaranya yaitu Al Futuhatul Makkiyah dan Fushusul Hikam. Beliau wafat tahun 638 H.

Pada suatu kali beliau memikirkan masalah rumit yang menjadi perselisihan di kalangan ulama, yakni mengenai keutamaan dan kelemahan para malaikat dibandingkan dengan manusia (selain Rasulullah SAW, karena Rasul adalah seutama-utamanya makhluk ciptaan Allah). Ia, Ibnu Arabi berkata:

Aku bertemu dengan Rasulullah SAW dalam mimpi dan aku bertanya mengenai persoalan ini setelah menuturkan silang pendapat di kalangan ulama. Rasulullah berkata padaku: "Malaikat lebih mulia (daripada manusia)" Aku berkata, "Aku mempercayai jawabanmu. Tapi apa alasanku jika aku ditanya mengenai hal ini?" Beliau SAW berkata: "Engkau tahu aku adalah manusia yang paling mulia. Engkau juga telah memahami hadits yang aku sampaikan dari Allah bahwa Dia berfirman, "Barangsiapa menyebut nama-Ku di dalam dirinya, Aku akan menyebutnya di dalam diri-Ku, dan barangsiapa menyebut nama-Ku dalam sebuah majlis, aku akan menyebut namanya dalam sebuah majlis yang lebih baik dari majlisnya (yakni majlis di kalangan malaikat). Betapa banyak manusia yang telah menyebut nama Allah dalam sebuah majlis, yang telah aku (Rasulullah) hadiri. Dan karena itu, betapa banyak manusia yang telah Allah sebutkan dalam sebuah majlis yang lebih baik dari majlis itu!" Tak ada yang lebih menyenangkan hati selain penjelasan dari Rasul ini, karena ini memang persoalan yang telah mengusik hatiku sekian lama.

Ia juga pernah bermimpi kembali bertemu nabi SAW. Ia berkata, "Aku bertanya, 'Apakah hewan tidak akan dibangkitkan pada hari kiamat?' Rasulullah SAW menjawab, "Tidak, hewan tidak akan dibangkitkan di hari kiamat" Aku bertanya, 'Apakah sudah pasti begitu? Apakah tidak mungkin ada penafsiran lain mengenai masalah ini (yaqin min ghairi ta'wil)?' Rasul menjawab, "Itu pasti, tak ada lagi penafsiran."

(Al Mubasysyirat, Ibnu Arabi).

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter