-->

Memperdalam Hubungan JIN DAN MANUSIA

Ikuti panduan Al-Qur’an dan as-Sunnah, jangan cari referensi sembarangan untuk
menjelajah alam Jin agar tidak tersesat di jalan. Setiap informasi tentang alam Jin yang tidak
bersumber dari keduanya harus kita tolak, apalagi info itu bertentangan dengan keduanya.
Kita tidak boleh mendahului ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah atau berseberangan
dengan keduanya. A

llah berfirman dalam al-Qur’an:
ﺎَﻳ ﺎَﻬُّﻳَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ ﺎَﻟ ﺍﻮُﻣِّﺪَﻘُﺗ َﻦْﻴَﺑ ِﻱَﺪَﻳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍَﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ ٌﻊﻴِﻤَﺳ ٌﻢﻴِﻠَﻋ
“Wahai orang orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertaqwalah kalian kepada Allah sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”. (QS. al-Hujurat 49:1).
2. Jin punya misi hidup yang sama dengan manusia. Allah menciptakan Jin dan manusia
untuk beribadah kepada-Nya,
ﺎَﻣَﻭ ُﺖْﻘَﻠَﺧ َّﻦِﺠْﻟﺍ َﺲﻧِﺈْﻟﺍَﻭ ﺎَّﻟِﺇ ِﻥﻭُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟ
“Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. (QS. adz-
Dzariat 51:56).
3. Jin diciptakan dari percikan api yang sangat panas, sebagaimana yang dijelaskan dalam
al-Qur’an.
َﻖَﻠَﺧَﻭ َّﻥﺎَﺠْﻟﺍ ﻦِﻣ ٍﺝِﺭﺎَّﻣ ﻦِّﻣ ٍﺭﺎَّﻧ
“Dan dia (Allah) menciptakan Jin dari percikan api neraka”. (QS. ar-Rahman 55:15).
4. Jin adalah ummat seperti halnya manusia, ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang
mukmin dan ada yang kafir. Mereka bertingkat tingkat, seperti yang dijelaskan oleh Allah,
ﺎَّﻧَﺃَﻭ َﻥﻮُﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍﺎَّﻨِﻣ ﺎَّﻨِﻣَﻭ َﻥﻭُﺩ َﻚِﻟَﺫ ﺎَّﻨُﻛ َﻖِﺋﺍَﺮَﻃ ﺍًﺩَﺪِﻗ
“Dan sesungguhnya di antara kami (Jin) ada yang sholeh dan di antara kami ada yang tidak
demikian kami berbeda beda jalan hidup kami”. (QS. al-Jin 72:11).
5. Iblis adalah termasuk komunitas Jin, karena ia membangkang perintah Allah maka
disebut dengan Iblis. Ia bukanlah dari golongan malaikat. Sebagaimana yang ditegaskan
oleh Allah,
ْﺫِﺇَﻭ ﺎَﻨْﻠُﻗ ِﺔَﻜِﺋﺎَﻠَﻤْﻠِﻟ ﺍﻭُﺪُﺠْﺳﺍ َﻡَﺩﺂِﻟ ﺍﻭُﺪَﺠَﺴَﻓ ﺎَّﻟِﺇ َﺲﻴِﻠْﺑِﺇ َﻥﺎَﻛ َﻦِﻣ ِّﻦِﺠْﻟﺍ َﻖَﺴَﻔَﻓ ْﻦَﻋ ِﺮْﻣَﺃ
ِﻪِّﺑَﺭ
“Dan ketika kami katakan kepada para malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka
bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari
perintah tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50).
6. Jin bisa melihat wujud asli manusia sedangkan manusia tidak bisa melihat wujud asli Jin,
kecuali kalau dia menampakkan diri (berubah wujud). Seperti yang difirmankan Allah,
ُﻪَّﻧِﺇ ْﻢُﻛﺍَﺮَﻳ َﻮُﻫ ُﻪُﻠﻴِﺒَﻗَﻭ ْﻦِﻣ ُﺚْﻴَﺣ َﻻ ْﻢُﻬَﻧْﻭَﺮَﺗ
“Sesungguhnya dia (Iblis) dan bangsanya bisa melihat kalian wahai manusia dan
kalian tak bisa melihat mereka”. (QS. al-A’raf 7:27).
Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar lolongan anJing atau ringkikan keledai di malam
hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka (hewan tersebut) melihat apa yang
tidak bisa kalian lihat.” (HR. Abu Daud).
7. Syetan itu sifat. Syetan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan
bagi setiap pembangkang dari golongan Jin dan manusia, dan sebagai musuh bagi setiap
orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan syetan.
Allah berfirman,
َﻚِﻟَﺬَﻛَﻭ ﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ِّﻞُﻜِﻟ ٍّﻲِﺒِﻧ ﺍًّﻭُﺪَﻋ َﻦﻴِﻃﺎَﻴَﺷ ِﺲﻧِﻹﺍ ِّﻦِﺠْﻟﺍَﻭ
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. al- An`am 6:112).
8. Haram minta pertolongan kepada Jin. Meminta pertolongan Jin atau kerjasama dengan
mereka hukumnya haram, karena Jin tidak akan pernah membantu manusia kecuali
dengan imbalan. Allah berfirman,
ُﻪَّﻧَﺃَﻭ ٌﻝﺎَﺟِﺮَﻧﺎَﻛ َﻦِّﻣ ِﺲﻧِﺈْﻟﺍ َﻥﻭُﺫﻮُﻌَﻳ ٍﻝﺎَﺟِﺮِﺑ َﻦِّﻣ ِّﻦِﺠْﻟﺍ ْﻢُﻫﻭُﺩﺍَﺰَﻓ ﺎًﻘَﻫَﺭ
“Dan sesungguhnya ada sekelompok laki laki dari manusia meminta pertolongan kepada laki
laki dari kelompok Jin maka bertambalah bagi mereka kesesatan”. (QS. al-Jin 72: 6).
9. Jaminan perlindungan dari Allah. Orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan
mereka dengan syirik mereka mendapat jaminan perlindungan dari Allah dari kejahatan
Jin. Al-Qur’an menyatakan,
َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ ْﻢَﻟَﻭ ْﺍﻮُﺴِﺒْﻠَﻳ ﻢُﻬَﻧﺎَﻤﻳِﺇ ٍﻢْﻠُﻈِﺑ َﻚِﺌـَﻟْﻭُﺃ ُﻢُﻬَﻟ ُﻦْﻣَﻷﺍ ﻢُﻫَﻭ َﻥﻭُﺪَﺘْﻬُّﻣ
“Dan orang orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kesyirikan,
mereka akan mendapatkan keselamatan dan mereka itulah oarang orang yang di beri
petunjuk”. (QS. al-An`am 6:82).
10. Gangguan Jin itu mushibah. Orang mukmin yang terkena gangguan Jin berarti
mushibah yang menjadi ujian dari Allah, maka kita harus membantunya dan jangan
mencibir atau mengucilkannya. Gangguan Jin pada seseorang itu seperti sakit medis (fisik)
yang dialami seseorang. Jika Allah tidak menghendaki gangguan itu terjadi, maka tak akan
terjadi. Jika Dia menghendaki, maka terjadilah.
ﺎَﻣَﻭ ﻢُﻫ َﻦﻳِّﺭﺂَﻀِﺑ ِﻪِﺑ ْﻦِﻣ ٍﺪَﺣَﺃ َّﻻِﺇ ِﻥْﺫِﺈِﺑ ِﻪّﻠﻟﺍ
“Dan mereka (para tukang sihir) tidak bisa memberi madharat (bahaya) dengan sihirnya pada
seorangpun kecuali dengan izin Allah.”. (QS. al-Baqarah 2:102).
11. Kesurupan Jin pada manusia itu benar adanya, bukan mitos atau takhayul. Jin bisa
masuk dalam tubuh manusia dan mengalir dalam tubuhnya melalui aliran darah.
Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya syetan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah”. (HR. Muslim).
12. Gangguan Jin pada manusia merupakan perbuatan zhalim. Gangguan Jin terhadap
manusia dengan masuk ke dalam jasadnya adalah tindakan zhalim yang harus di hentikan
untuk keselamatan yang dizhalimi dan yang menzhalimi. Rasulullah bersabda,
“Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi, para shahabat bertanya : ‘Ya
Rasullallah bagaimana cara menolong orang yang menzhalimi?’ Jawab Beliau, “Hentikan ia
dari perbuatan zhalimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
13. Ruqyah syar’iyah solusi cerdas dan tepat serta aman. Jika kita atau orang lain diganggu
Jin, obatilah dengan terapi ruqyah yang syar’iyah (sesuai tuntunan Rasulullah). Ruqyah
syar’iyyah adalah terapi solutif yang tepat dan dijamin aman dari kesyirikan.
Alllah berpesan:
ﺎَّﻣِﺇَﻭ َﻚَّﻨَﻏَﺰﻨَﻳ َﻦِﻣ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ ٌﻍْﺰَﻧ ْﺬِﻌَﺘْﺳﺎَﻓ ِﻪّﻠﻟﺎِﺑ ُﻪَّﻧِﺇ ٌﻊﻴِﻤَﺳ ٌﻢﻴِﻠَﻋ
“Dan jika kamu ditimpa suatu gangguan syetan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-A’raf 7:200).
‘Aisyah ra. bercerita, ketika Rasulullah masuk rumahnya, saat itu dia sedang mengobati
atau meruqyah seorang wanita. Maka beliau bersabda: ”Obatilah ia dengan al-Qur’an”.
(Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
14. Jihad dengan praktik Ruqyah syar’iyah. Terapi ruqyah syari`yyah adalah bagian dari
jihad fi sabilillah, karena kita melawan para tukang sihir, para dukun sesat, serta melawan
kejahatan musuh Allah, yaitu syetan atau Jin zhalim. Maka jangan asal ruqyah, pastikan
terapi ruqyah yang kita pilih adalah yang syar’iyah. Karena di luaran sana banyak praktik
ruqyah syirik/ruqyah syar’iyah gadungan. Mari kita dukung praktik ruqyah syar’iyah untuk
mengikis bejibunnya praktik perdukunan yang marak di masyarakat. Allah berfirman,
َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻥﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ﻲِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪّﻠﻟﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َﻥﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ﻲِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﺕﻮُﻏﺎَّﻄﻟﺍ
ْﺍﻮُﻠِﺗﺎَﻘَﻓ ﺀﺎَﻴِﻟْﻭَﺃ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ َّﻥِﺇ َﺪْﻴَﻛ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ َﻥﺎَﻛ ﺎًﻔﻴِﻌَﺿ
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di
jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya
syetan itu adalah lemah”. (QS. an-Nisa’4:76).
15. Jin makhluk ghaib tapi tidak mengetahui segala keghaiban. Jin walaupun masuk dalam
kategori makhluk ghaib, tapi tidak serta merta mereka tahu segala yang ghaib. Mereka
punya keterbatasan seperti halnya manusia. Jin mengakui sendiri akan kelemahan dan
keterbatasan mereka tersebut seperti yang diberitakan Allah dalam al-Qur’an:
ﺎَّﻧَﺃَﻭ ﺎَﻟ ﻱِﺭْﺪَﻧ ٌّﺮَﺷَﺃ ﻦَﻤِﺑَﺪﻳِﺭُﺃ ﻲِﻓ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ْﻡَﺃ َﺩﺍَﺭَﺃ ْﻢِﻬِﺑ ْﻢُﻬُّﺑَﺭ ﺍًﺪَﺷَﺭ
“Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang
yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”.(QS. Al-Jin 72:10).
Di ayat yang lain Allah menyatakan,
ﺎَّﻤَﻠَﻓ ﺎَﻨْﻴَﻀَﻗ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺕْﻮَﻤْﻟﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﻬَّﻟَﺩ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺗْﻮَﻣ ﺎَّﻟِﺇ ُﺔَّﺑﺍَﺩ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ُﻞُﻛْﺄَﺗ ُﻪَﺗَﺄَﺴﻨِﻣ ﺎَّﻤَﻠَﻓ َّﺮَﺧ
ِﺖَﻨَّﻴَﺒَﺗ ُّﻦِﺠْﻟﺍ ﻥَﺃ ْﻮَّﻟ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ﺎَﻣ ﺍﻮُﺜِﺒَﻟ ﻲِﻓ ِﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ِﻦﻴِﻬُﻤْﻟﺍ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia
telah tersungkur, Jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah
mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’34:14).
Penutup
Masalah ghaib tidak hanya seputar kehidupan Jin dan syetan sebagaimana yang banyak
diekspos oleh media massa akhir-akhir ini. Karena Jin dan syetan hanya bagian kecil dari
masalah keghaiban yang sangat luas cakupannya. Adanya Allah dan para malaikat-Nya,
Surga dan neraka, kehidupan di alam barzakh, kebangkitan manusia di padang makhsyar
adalah termasuk keghaiban yang tidak diketahui manusia atau Jin, tapi harus dipercayai
dan dijadikan sebagai pilar-pilar iman. Semua itu menjadi rahasia Allah dan Rasul yang
telah diberi wahyu tentangnya.
Dan masih banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan kita, yang termasuk kategori ghaib
karena tidak bisa kita indra dengan panca indra.
ُﻩَﺪﻨِﻋَﻭ ُﺢِﺗﺎَﻔَﻣ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺍ َﻻ ﺎَﻬُﻤَﻠْﻌَﻳ َّﻻِﺇ َﻮُﻫ ُﻢَﻠْﻌَﻳَﻭ ﺎَﻣ ﻲِﻓ ِّﺮَﺒْﻟﺍ ِﺮْﺤَﺒْﻟﺍَﻭ ﺎَﻣَﻭ ُﻂُﻘْﺴَﺗ ﻦِﻣ
ٍﺔَﻗَﺭَﻭ َّﻻِﺇ ﺎَﻬُﻤَﻠْﻌَﻳ َﻻَﻭ ٍﺔَّﺒَﺣ ﻲِﻓ ِﺕﺎَﻤُﻠُﻇ ِﺽْﺭَﻷﺍ َﻻَﻭ ٍﺐْﻃَﺭ َﻻَﻭ ٍﺲِﺑﺎَﻳ َّﻻِﺇ ﻲِﻓ ٍﺏﺎَﺘِﻛ ٍﻦﻴِﺒُّﻣ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tiada suatu pun yang basah dan kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. al-An’am 6:59).
Dalam ayat lain, Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk meberitahukan kepada umatnya
tentang ketidaktahuannya seputar yang ghaib,
ﻞُﻗ َّﻻ ُﻚِﻠْﻣَﺃ ﻲِﺴْﻔَﻨِﻟ ﺎًﻌْﻔَﻧ َﻻَﻭ ﺍًّﺮَﺿ َّﻻِﺇ ﺎَﻣ ﺀﺎَﺷ ُﻪّﻠﻟﺍ ْﻮَﻟَﻭ ُﺖﻨُﻛ ُﻢَﻠْﻋَﺃ َﺐْﻴَﻐْﻟﺍ ُﺕْﺮَﺜْﻜَﺘْﺳَﻻ
َﻦِﻣ ِﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ َﻲِﻨَّﺴَﻣ ُﺀﻮُّﺴﻟﺍ ْﻥِﺇ ْﺎَﻧَﺃ َّﻻِﺇ ٌﺮﻳِﺬَﻧ ٌﺮﻴِﺸَﺑَﻭ ٍﻡْﻮَﻘِّﻟ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ
“Katakanlah, Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. al-A’raf 7:188).
Maka dari itu, janganlah berbicara tentang hal yang ghaib bila tanpa dasar yang valid dan
autentik, yaitu Syari’at Islam, termasuk berbicara seputar kehidupan Jin dan syetan agar
keimanan pada yang ghaib dan aqidah kita tidak salah.
Wallahu A’lam.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter