-->

Ponsel Bisa Sebabkan Kanker, Percaya?

Primbon-arti.blogspot.comBelakangan ini, menonton berita kesehatan cukup membuat jantung kita berdebar — atau mendiagnosis diri sendiri terhadap isu kesehatan yang muncul. Media memang tidak bermaksud untuk menakut-nakuti Anda, tetapi masalahnya liputan mereka membuat para penonton cenderung mengesampingkan fakta ilmiah.

Sebelum Anda menemui setiap dokter spesialis yang ditanggung oleh asuransi Anda, pilah dulu faktanya. Berikut adalah lima isu kesehatan yang terbukti tidak seperti yang diberitakan.

Klaim: Telepon seluler memicu kanker otak

Tahun 1993, David Reynard hadir di acara “Larry King Live” dan mengatakan telepon seluler bertanggungjawab atas tumor otak ganas yang menggerogoti mendiang istrinya. Kehebohan media atas wawancara tersebut memicu beragam penelitian yang mencari hubungan antara ponsel dan kanker otak. Tetapi tidak ada yang menemukan korelasi signifikan. 

Sebuah penelitian tahun 2004 dari Karolinska Institute di Stockholm menambah panas isu tersebut: Peneliti mengumpulkan data perseorangan dari 750 orang. Hasilnya, mereka menemukan bahwa pengidap tumor otak yang biasa bertelepon hanya di salah satu sisi kepala cenderung memiliki tumor di sisi kepala yang sama.

FAKTA: Studi tahun 2004 tersebut sudah cacat dari awalnya karena terdapat bias ingatan, kata John Moulder, Ph.D., seorang profesor bidang onkologi radiasi di University of Wisvonsin-Madison. “Mereka bertanya kepada orang-orang tentang kebiasaan menggunakan telepon pada dekade yang lalu,” katanya. “Secara realistis, dapatkah Anda mengutarakan secara akurat berapa banyak Anda menggunakan ponsel 10 tahun lalu, bagaimana Anda menggunakannya, dan di mana Anda melakukan pembicaraan?” 

Telepon Anda, yang mengeluarkan radiasi dengan jumlah yang sama dengan radio AM atau televisi, tidak pernah terbukti sebagai pemicu kanker.

Hanya satu penelitian pada tikus yang menemukan hubungan antara paparan terhadap gelombang radio dan kanker. Tetapi 17 percobaan yang dilakukan setelah itu mendapatkan hal berbeda. “Kami pernah bertanya apakah frekuensi radio menyebabkan perubahan di sel tubuh yang mengasumsikan mereka menyebabkan kanker,” kata Moulder. “Jawabannya adalah tidak. Sejauh yang kami teliti, mereka tidak berdampak apa pun.” 

Jika Anda masih tidak yakin, cobalah beralih ke operator yang punya BTS paling banyak. Jika sinyal ponsel Anda bagus, maka mereka tidak akan bekerja lebih keras untuk mencegah putusnya sambungan (dan karena itu telepon seluler tidak akan mengeluarkan frekuensi lebih banyak ke kepala Anda).

KESIMPULAN: Tetaplah menggunakan telepon seluler. Sebuah penelitian tahun 2009 mencatat kasus tumor otak dari 1974 sampai 2003 dan menemukan tidak adanya peningkatan signifikan ketika diperkenalkannya ponsel pada tahun 1990-an.

Klaim: Vaksin menyebabkan autis

Pada 1998, jurnal kedokteran Inggris The Lancet mengedarkan sebuah penelitian yang menghubungkan vaksin MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) dengan autisme. Penulis penelitian tersebut, Andrew Wakefield telah meneliti anak-anak dengan sejarah pertumbuhan yang normal yang tiba-tiba muncul keterbelakangan (dalam pertumbuhan dan kemampuan sosialnya) dan berhubungan dengan masalah pencernaan. 

Wakefield menyimpulkan, vaksin yang diberikan menyebabkan nutrisi yang tidak tercerna dengan baik “bocor” dari usus ke dalam darah, yang menyebabkan kerusakan. “Respons atas penelitian tersebut cukup luas dan kuat,” kata Lisa Miller, M.D., direktur dari Disease Control and Environmental Epidemiology Division untuk Departemen Kesehatan Colorado, yang meneliti faktor risiko autisme. 

“Centers for Disease Control and Prevention dan National Institutes of Health telah mengadakan panel diskusi para ahli pada musim gugur tahun 2000 untuk mengkaji isu keamanan vaksin.” Selebriti seperti Jenny McCarthy ikut menentang penggunaan vaksin tersebut. Ketakutan publik memengaruhi sikap dari para orang tua, kata Miller, dengan menurunnya penggunaan vaksin MMR di Inggris dan meningkatnya kasus campak — dari hanya 56 kasus pada 1998 menjadi 884 kasus pada 2008.

FAKTA: 
The Lancet secara resmi menarik penelitian Wakefield pada Februari 2010 karena kode moralnya yang dipertanyakan. Dua alasan lain untuk penarikan tersebut: Ukuran sampelnya yang hanya 12 anak, dan sampel darahnya dibeli dari teman-teman putra sang peneliti pada suatu pesta ulang tahun. 

Parahnya lagi, Wakefield mengantongi paten dari vaksin saingan yang dia deklarasikan lebih aman dari vaksin MMR, jadi ada kepentingan uang yang bermain. Orang tua yang khawatir anaknya dapat terkena autisme (satu dari 110 anak akan terkena, menurut CDC) dapat menerima kembali ide akan vaksinasi — yang merupakan alat penting untuk mencegah penyakit.

KESIMPULAN: 
Galakkan vaksinasi. “Terdapat banyak penelitian ilmiah dari seluruh dunia yang mencari hubungan antara vaksin dengan autisme,” kata Miller. “Dan mereka belum menemukannya.”

Klaim: Nitrit pada daging yang diawetkan memicu kanker


Pada 1970, jurnal Nature menayangkan penelitian yang mengatakan, tikus terkena kanker setelah mengonsumsi nitosamines — campuran protein dan nitrit yang terbentuk ketika daging yang diawetkan. Hal itu memicu munculnya peraturan zat tambahan pada makanan, yang mempertanyakan nitrit. “Sebuah laporan tahun 1979 di Science yang mengatakan bahwa nitrit dapat memicu kanker menarik perhatian media dan menyebabkan kehebohan publik untuk melarang penggunaan nitrit dan nitrat,” kata Andrew Milkowski, Ph.D., seorang profesor yang membantu Food Research Institute di University of Wisconsin-Madison, yang menulis penelitian baru-baru ini tentang makanan yang mengandung nitrat. “Laporan tersebut akhirnya terbukti tidak benar, tetapi hasil ini tidak dipublikasikan seheboh sebelumnya.”

FAKTA: Nitrit dalam makanan Anda mungkin tidak terlalu buruk. Bahkan, zat tersebut terdapat dalam buah dan sayuran, dan tubuh kita sendiri juga memproduksinya secara alami setiap hari. “Tubuh manusia memproduksi sekitar 70 sampai 100 miligram nitrit dalam metabolisme setiap hari, dengan acuan orang dewasa berbobot 150-220 pon,” kata Milkowski. “Untuk perbandingan, sebuah hotdog yang telah dimasak memiliki sekitar 1,5 sampai 1,0 mg nitrit di dalamnya.” Meskipun begitu, USDA membatasi penggunaan nitrit dalam pengawetan daging sebesar kurang dari 1 persen dari beratnya. Akibatnya, nitrosamine tinggal sejarah.

KESIMPULAN: 
Jika nitrit menyebabkan kanker, maka orang-orang akan dilarang untuk menelan ludah, karena ludah juga mengandung nitrit. Anda harus memakan sekitar 100 hotdog untuk mendapat jumlah nitrit yang sama yang diproduksi tubuh secara alami setiap hari.

Klaim: Merkuri dalam ikan berbahaya

Pada 2004, Environmental Protecion Agency dan Food Drug Administration mengedarkan peringatan yang berisi bahwa wanita yang sedang mengandung atau menyusui (target populasi yang kecil dan sangat spesifik) tidak dianjurkan mengonsumsi empat ikan berikut: hiu, ikan cucut, makarel besar, dan tilefish. 

Ikan tersebut memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi dari jenis lainnya, dan penelitian bertahun-tahun membuktikan, masuknya merkuri berlebih ke kandungan dapat menyebabkan kerusakan otak. Pada 1997 salah satu penelitian akan konsumsi ikan di Kepulauan Faroe menunjukan bahwa tingkat merkuri yang tinggi di kandungan berhubungan dengan berkurangnya kemampuan ingatan, perhatian, bahasa, dan persepsi visual ruang.

FAKTA: 
Risiko mengonsumsi ikan tidak berlaku untuk populasi secara umum (hanya untuk wanita hamil dan menyusui). “Risiko yang dijelaskan sangat terfokus dan spesifik,” kata Dariush Mozaffarian, M.D., seorang asisten profesor di Departement of Epidemiology di Harvard School of Public Health. “Target dari imbauan risiko tersebut telah secara dramatis berubah di pikiran masyarakat.” 

Faktanya, lebih besar risiko — lebih tepatnya tragedi — jika tidak mengonsumsi ikan. “Negara ini mengalami ketakutan yang tidak pada tempatnya dan menyebabkan rendahnya konsumsi makanan laut yang merupakan makanan pencegah kematian karena penyakit kardiovaskuler,” kata Mozaffarian. 

Untuk rata-rata orang dewasa, satu-dua porsi ikan per pekan dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung sekitar 36 persen, menurut sebuah tinjauan ulang dari tim Mozaffarian yang muncul di Journal of Environmental Research and Public Health pada Juni 2009. Konsumsilah ikan dan nikmati semua manfaatnya, dan dorong istri Anda yang sedang hamil atau menyusui untuk mengonsumsi ikan (selain jenis yang disebutkan). DHA dalam ikan sangat baik untuk perkembangan otak bayi.

KESIMPULAN: Manfaat mengonsumsi ikan jauh melebihi risikonya. “Itu hanya ketakutan yang melebihi proporsi jika dibandingkan dengan bukti aktual dan rekomendasinya,” kata Mozaffarian.

Klaim: Botol air plastik tidak aman


Sebuah penelitian yang dicantumkan di Toxicology and Industrial Health pada 1998 menemukan bahwa dosis rendah Bisphenol A (BPA), zat kimia yang digunakan dalam produksi plastik dan lapisan kaleng alumunium, menyebabkan masalah di sistem reproduksi dan pertumbuhan tikus. Penemuan tersebut memicu munculnya artikel Consumer Reports yang mengecam penggunaan zat tersebut, dan berita-berita mengerikan lainnya. 

Beragam tim peneliti menemukan bahwa BPA bisa berpindah dari wadah plastik ke makanan dan  minuman, menyebabkan dikeluarkannya aturan penggunaan (EPA menetapkan “batas asupan harian” pada 3,6 mikrogram per hari, dengan acuan pria berbobot 160 pon). Lalu, FDA mengajukan tinjauan ulang masalah BPA dan berniat menghilangkan BPA seluruhnya dari produk plastik perlengkapan untuk bayi.

FAKTA: Tidak semua plastik dibuat dengan bahan yang sama. Pastik berbahan BPA memiliki nomor daur ulang 7 (lihat nomornya di dalam tanda segitiga daur ulang). Plastik yang lebih lembut untuk botol minuman dibuat dari polyethylene terephthalate (PET). Mereka ditandai dengan nomor 1 dan disinyalir tidak mengontaminasi minuman Anda.

Karena kebanyakan penelitian terhadap BPA menggunakan tikus sebagai subyek, hasilnya tidak terlalu akurat untuk manusia. Manusia memetabolismekan BPA lebih efisien dari tikus, jadi apa pun efek yang terlihat di tikus akan berkurang efeknya di manusia. Lalu, batas asupan harian BPA untuk manusia adalah satu seperseribu dari jumlah yang menimbulkan efek pada tikus, menurut EPA (efeknya adalah berkurangnya berat tubuh). 

“Efek yang sangat merugikan belum pernah terlihat pada manusia,” kata Michael Karmin, Ph.D., seorang profesor emeritus toksikologi di Michigan State University. “Jika Anda melihat berbagai grup dan organisasi pemerintah di seluruh dunia, hampir semuanya setuju bahwa tidak ada hal yang terlihat terjadi.”

KESIMPULAN: 
“Semua hal memiliki racun. Itu adalah aturan pertama dari toksikologi,” kata Karmin. Hal yang penting adalah menentukan batas amannya. Jumlah BPA yang kita konsumsi setiap harinya sangat sedikit, dan kita tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa melebihi batas tersebut akan menyakiti kita. (Yahoo)

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter