berikut adalah lanjutan resume dari buku
AM I A HINDU ( Apakah Saya Hindu ? )
dimana dibawah ini dijelaskan tentang "Sruti dan Smerti" buku ini di tulis oleh Ed. Viswanathan (Diterjemahkan oleh NP Putra)
APA SEBENARNYA ISI RIG WEDA?
Rig Weda adalah kitab Sruti yang paling utama. Ia terdiri dari 1,028 nyanyian pujaan (hymne) dengan jumlah total 10.562 baris yang dijelaskan dalam 10 buku. Satu hymne memiliki tiga bagian dasar. Bagian pertama adalah permohonan (exhortation), bagian kedua adalah pujian terhadap Dewa tertentu dalam bentuk doa, dan bagian ketiga adalah permohonan khusus (special request). Agama yang dijelaskan dalam Rig Weda dapat disebut Brahmanisme atau Wedisme. Dalam Rig Weda kita melihat bangsa Arya baru saja menetap di lembah-lembah sungai Indus dan memuja semua kekuatan alam seperti udara (Bayu), air (Baruna), matahari (Surya), bulan (Soma) dan api (Agni). Rig Weda tampaknya bukan kitab suci yang disusun selama periode waktu tertentu tapi satu kitab suci yang disusun dalam tahapan selama beberapa abad.
Satu ide yang paling penting yang datang dari Rig Weda adalah tatanan kosmik yang disebut Rta. Rta berarti "tatanan suci dan alam semesta ("cosmic and sacred order") satu tatanan paling harmonis dan tertinggi dari struktur realitas. Belakangan tatanan alam semesta yang disebut Rta ini menjadi atau disebut sebagai Sanathana Dharma atau "kebenaran abadi." Dharma tidak saja menjadi hukum universal tapi juga hukum moral dari agama Hindu.
Sekalipun dalam Rig Weda kita melihat satu masyarakat yang sedang berkembang memuja seluruh aspek alam semensta, kita juga melihat kelahiran dari pemikiran yang sangat maju dalam masyarakat itu. Silahkan baca apa yang disebut Hymne Penciptaan (Rig Weda X, 129, 7-7) di bawah ini :
"Akhirnya, siapa yang tahu, dan siapa yang dapat mengatakan Darimana semua ini datang, dan bagaimana penciptaan terjadi?
Dewa-Dewa sendiri ada setelah penciptaan Jadi siapa yang sesungguhnya tahu kapan hal ini terjadi?
Kapan semua ciptaan ini dimulai?
Dia (Yang Maha Kuasa), apakah Dia membentuknya atau apakah Dia tidak membentuknya, Dia Yang menyelidiki semua ini dari surga, Dia tahu - atau mungkin Dia tidak tahu."
Tidak ada pengarang khusus dari Rig Weda. Ia merupakan karya kolektif dari banyak Maharesi besar. Salah satu upacara terbesar dalam Rig Weda adalah upacara korban Soma. Soma adalah sejenis minuman yang diambil dari satu macam tanaman yang oleh banyak orang dikira cendawan. Rig Weda tidak memuat upacara kelahiran tapi Wiweha (perkawinan) dan kremasi dari orang mati. Dari semua Dewa-Dewa yang dijelaskan dalam Rig Weda, Rudra adalah yang paling penting. Dalamnya juga ada referensi mengenai perpindahan jiwa dari tubah ke tubuh lainnya.
AYAH, APA SESUNGGUHNYA AJARAN-AJARAN DARI UPANISHAD?
Seperti telah kusebutkan sebelumnya, Upanishad adalah kitab Sruti yang terakhir. Kebanyakan dari Upanishad dalam bentuk dialog antara para Maharesi atau antara Tuhan dengan para Maharesi. Brihad-Aranyaka dan Chandogya Upanishad adalah Upanishad yang paling panjang. Dr. S. Radhakrishnan mengatakan, "Begitu banyak penjelasan mereka tentang kebenaran, begitu banyak dugaan-dugaan mereka mengenai Tuhan, sehingga hampir setiap orang dapat mencari di dalamnya apa yang ia inginkan dan menemukan apa yang ia cari, dan setiap aliran pemikiran dogmatik mungkin menyelamati dirinya sendiri karena menemukan doktrinnya sendiri dalam ucapan-ucapan dari Upanishad-Upanishad itu."
Jadi pengajaran Upanishad sangat kompleks, dan pengaruh mereka terhadap agama Hindu sangat sulit untuk dinilai. Upanishad sesungguhnya membuka semangat pemikiran bebas dalam agama. Mereka menantang rasionalitas dari dewa-dewa dan upacara-upacara. Kebanyakan sloka-sloka dalam Upanishad awal dalam bentuk prosa dan mereka juga dalam bentuk tanya jawab. Beberapa buku yang sangat baik mengenai Upanishad ditulis oleh Hume, Dr. S. Radhakrishnan, R.D. Ranade, dan Swami Chinmayananda.
Salah seorang Maharesi terkemuka dari Upanishad adalah Yatnavalkya. Beberapa penanya dalam Upanishad adalah wanita bernama Maitreyi (istri Yatnavalkya) dan Gargi (putri dari Maharesi Vachaknu). Orang biasa yang membaca Upanishad secara tergesa-gesa akan menemukan kitab-kitab ini membingungkan dan berlawanan satu sama lain. Tapi bila dia mempelajari seluruh Upanishad dengan cara yang sangat teratur, maka ia akan mengerti arti sesungguhnya yang diberikan oleh kitab-kitab itu. Sekarang mari kita melihat secara singkat ajaran-ajaran pokok dari beberapa Upanishad utama.
Brihad-Aranyaka Upanishad (sangat populer di kalangan teolog Barat dengan nama 'Buku Besar dari Hutan'/ "Great Forest Book") adalah salah satu dari Upanishad yang paling awal dan paling panjang.
Salah seorang guru terbesar dari Upanishad ini adalah Maharesi Yatnavalkya. Yatnavalkya berkata, "Egkau tidak dapat melihat yang melihat segala sesuatu; engkau tidak dapat mendengar yang mendengar segala sesuatu; engkau tidak dapat memikirkan yang memikirkan segala sesuatu; engkau tidak dapat mengerti yang mengetahui segala sesuatu. Itu yang ada diluar semua pemahaman adalah jiwa (sang diri, self) yang ada di dalam dirimu."
Upanishad ini berbicara lagi mengenai sang diri secara lain, sbb :
"Ketika seorang bernafas, orang itu mengetahui dia sebagai nafas;
Ketika seorang bicara, orang itu mengetahui dia sebagai ucapan;
Ketika seorang melihat, orang itu mengetahui dia sebagai mata;
Ketika seorang mendengar, orang itu mengetahui dia sebagai telinga;
Ketika seorang berpikir, orang itu mengetahui dia sebagai pikiran."
(Brihad-Aranyaka) Inilah Upanishad yang sesungguhnya membedah aspek-aspek dari Tuhan. Ia mendiskusikan dewa-dewa yang banyak dan akhirnya menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan dan itu adalah Nafas (Breath). Upanishad ini juga menjelaskan Tuhan sebagai Brahman - Jiwa yang Absolut. Ia menyebutkan bahwa Atman - jiwa individu hanya sebuah refleksi (pantulan) dari Brahman.
Dalam dialog antara Raja Janaka (Ayah Dewi Sita) dan Maharesi Yatnavalkya, cahaya dari Brahman dijelaskan dengan satu cara yang sangat menarik. Menurut Upanishad ini, segala sesuatu di dunia ini memiliki nama, bentuk dan kegiatan. Yang Mutlak, yang tidak mengejawantah (unmanifest), adalah manifestasi dari ketiga aspek ini.
Salah satu dari doa yang paling populer dari agama Hindu datang dari Upanishad ini sebagai berikut: "Tuntunlah kami dari yang tidak nyata ke dalam yang nyata,
Tuntunlah kami dari kegelapan ke dalam cahaya,
Tuntunlah kami dari kematian kepada kehidupan." (Om Shanti, Shanti, Shanti, Om)
Bila seorang bhakta mengucapkan sembahyang atau doa, baris terakhir selalu ditambahkan pada doa itu.
Chandogya Upanishad adalah Upanishad panjang yang lain. Menurut Upanishad ini segala sesuatu adalah Brahman. Ia dengan jelas menyatakan bahwa pada awalnya adalah Mahluk, dan dunia ini adalah manifestasi dari padanya dan tidak menjadi atau berasal dari Non-being (ketiadaan).
Reshi Saudilaya berkata, "Pada waktu kematian, yang mengetahui Brahman harus memusatkan pikiran (meditasi) kepadanya. "Engkau tidak bisa dihancurkan; Engkau adalah kenyataan yang tidak berobah; Engkau adalah sumber dari kehidupan."
Dalam Sloka 3:14, Upanishad ini mengatakan "Sesungguhnya, seluruh dunia ini adalah Brahman. Biarlah tiap orang memujanya sebagai itu (as that) sebagai asal dari mana mereka datang, sebagai tujuan kemana mereka akan kembali, sebagai tempat dimana mereka akan lenyap menjadi satu, dan sebagai itu dengan mana mereka bernafas."
Katha Upanishad mulai dengan satu kisah. Sekali peristiwa adalah seorang terpelajar bernama Vajasrabasa yang sedang mengorbankan segala yang dimiliknya, (seekor kerbau tua, pen) dengan harapan untuk mendapat anugrah suci (surga, pen). Di tengah-tengah upacara korban itu, salah satu dari putranya, Nachiketa, memohon kepada ayahnya untuk mempersembahkan dirinya kepada Dewa Kematian, Yama. Akhirnya ayahnya mengorbankan putra yang dicintainya itu kepada Yama. Ketika anak ini mencapai kediaman Yama, Dewa Kematian itu bingung dengan tindakan Nachiketa dan memintanya kembali kepada ayahnya. Percakapan teologis yang hidup antara Nachiketa dengan Yama (dialog manusia dengan kematian, pen) adalah merupakan isi dari Katha Upanishad. Yama menjelaskan rahasia-rahasia tertinggi dari alam semesta dan hakikat dari Brahman (Tuhan) dalam Upanishad yang indah ini.
Kena Upanishad mengatakan bahwa itu yang tidak dapat dinyatakan dalam kata-kata dengan mana lidah bicara - ketahuilah bahwa itu Brahman. Itu yang dengan mana pikiran memahami - ketahuilah bahwa itu Brahman. Menurut Upanishad ini, Brahman adalah faktor utama (ultimate factor) dari alam semesta. Organ-organ indriya bekerja karena Brahman. Dia yang mengatakan mengetahui Barhman (sesungguhnya) tidak mengetahui Brahman, sebab mengetahui itu (dia) berarti melenyapkan identitas dari orang bersangkutan dalam Brahman, seperti sesendok garam yang mencoba menemukan dasar lautan manjadi satu dengan lautan itu. Mungkin itulah sebabnya mengapa mistikus China terbesar Lao-Tse berkata, "Dia yang mengetahui tidak mengatakan. Dia yang mengatakan tidak pernah mengetahui."
Aiteriya Upanishad memberikan satu kisah yang menarik mengenai penciptaan.
Kisahnya seperti berikut. Mula-mula ada Atman. Dia sendirian. Kemudian ia menciptakan air. Kemudian ia ingin menciptakan dewa-dewa. Kemudian dia menciptakan seorang manusia. Untuk orang ini satu mulut diberikan. Dari mulut itu keluar percakapan dan Tuhan Api. Kemudian Dia memberikan manusia ini lubang hidung dan dari lubang hidung ini datang nafas dan Tuhan Udara. Kemudian dia memberi manusia itu mata dan dari mata ini datang cahaya dan Tuhan Matahari. Kemudian dia memberi manusia ini lengan yang berbeda dan dari lengan-lengan itu datang banyak dewa-dewa. Akhirnya Atman memasuki manusia ini pada celah-celah rambut di kepala dan menjadi "Aku."
Prasna Upanishad merupakan dialog menarik antara Reshi Pippilada dengan para bhaktanya, bernama Sukesha, Gargya, Kousalya, Bhargava dan Kabhandi. .Diskusi dimulai dengan pertanyaan Kabhandi, "Tuan, bagaimana mahluk-mahluk menjadi (mahluk)" ("Sir, how did the creatures come into being?")
Mundaka Upanishad membedakan pengetahuan kedalam pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan dengan mana kita mengetahui realitas yang tidak berobah. Pengetahuan yang lebih rendah adalah Weda-Weda.
Mandukya Upanishad memuat pengajaran Reshi Mandukya mengenai empat tahap dari kesadaran, yaitu bangun (jaga), mimpi, tidur yang dalam (Sushupati) dan akhirnya Turiya. Keadaan Turiya itulah satu-satunya yang nyata. Atman hanya dapat direalisasikan dalam keadaan Turiya. Mandukya Upanishad adalah yang terkecil dari ketigabelasUpanishad utama.
Taittirya Upanishad berisi lima cara berbeda untuk menjelaskan dunia. Menurut Upanishad ini, Panca Butha atau Panca Tattwa, atau lima elemen dengan mana semua materi dibuat, masing-masing berasal dari satu sama lain. Misalnya, Ether (Akasha) lahir dari Atman, Udara (Wayu) lahir dari Ether, Api (Agni) lahir dari Udara, Air (Jala) lahir dari Api, dan Bumi (Pertiwi) lahir dari Air.
Shvetashvatara Upanishad memuat pengajaran dari Reshi Shvetashvatara. Tidak seperti Reshi-Reshi yang lain, dia mengajarkan theisme dan bukan Brahman Yang Mutlak (Absolut Brahman). Dia mengajarkan bahwa melalui meditasi orang dapat melihat Tuhan. Max Muller menjelaskan Shvetashvatara Upanishad sebagai "yang paling sulit, dan pada saat yang sama merupakan satu dari yang paling menarik dari karya sejenis." Adi Shankara sendiri mengatakan Upanishad ini berlawanan langsung dengan ide monistiknya. . Upanishad ini mulai dengan banyak pertanyaan teologis seperti, "Apakah penyebab dari kelahiran kita?" dan "Apa yang menunjang hidup kita?" Upanishad ini sangat banyak dikaitkan dengan Siwaisme dan kadang-kadang dianggap sebagai kitab suci dari sekte Siwaisme.
Anaku yang kusayang, mohon dipahami bahwa penjelasan-penjelasanku mengenai beberapa Upanishad utama amat sangat singkat dan karena itu kamu harus meluangkan waktu dan membaca beberapa buku untuk dapat menangkap dengan baik ajaran-ajaran dari Upanishad tersebut.
Posting Komentar
Posting Komentar