Pada tanggal 28 Oktober 1939 Purnama kelima Ida Cokorda Ngurah Gde Pemecutan abiseka Ratu menggantikan Raja Pemecutan IX yang gugur pada peristiwa heroik Puputan Badung pada hari kamis kliwon wara ukir tanggal 20 September 1906 jam 16.00 wita. Ida Cokorda Ngurah Gde Pemecutan sebagai penguasa wilayah Badung tahun 1947
Kisah Bayi Dalam Perang Puputan Badung
Raja Pemecutan IX mempunyai 3 orang saudara dari lain ibu yaitu :
- Kyahi Ngurah Putu (Menjabat sebagai Patih Agung)
- Kyahi Ngurah Made
- Kyahi Ngurah Rai
- Kyai Ngurah Ketut/ Bima
Dalam perang puputan tersebut semua Saudara beliau gugur sebagai seorang kesatria demi membela tanah Badung agar tidak jatuh ketangan Belanda. Salah seorang Saudara beliau yaitu Kyahi Ngurah Rai mengambil istri dari Jero Grenceng yaitu Anak Agung Ayu Oka yang merupakan anak kandung dari Kyahi Agung Putu Gde lahir seorang bayi yang baru berumur 3 bulan.
Bayi tersebut ditemukan terbaring dan menangis disamping jenazah ibunya yaitu Kyahi Agung Ayu Oka yang turut serta gugur mendampingi suaminya Kyahi Ngurah Rai dalam perang puputan tersebut. Bayi yang masih berusia 3 bulan tersebut diselamatkan oleh bibinya yaitu Anak Agung Kompyang Raka untuk dibawa ke Geria Tegeh Bindu Kesiman.
Adapun pertimbangannya dibawa kesana karena disana ada keluarga dekatnya yaitu Anak Agung Made Oka yang merupakan putri dari Anak Agung Made Banjar dari Jero Grenceng juga sedang menyusui . Bayi ini dipelihara dan diasuh oleh Ida Putu Grodog hingga berusia lima tahun.
Setelah keadaan dirasa sudah aman maka bayi tersebut dikembalikan lagi untuk selanjutnya diasuh oleh kakek dan pamannya di Jero Grenceng. Bayi tersebut kemudian diberi nama Kyahi Ngurah Gde Pemecutan. Menurut sesepuh Jero Grenceng, Kyahi Ngurah Gde Pemecutan setelah berumur 20 tahun pindah dari Jero Grenceng ke Jero Kanginan.
Posting Komentar
Posting Komentar