Grubug Agung Di Pesisir Timur Kerajaan Mengwi
Dikisahkan sekitar awal tahun 1700 M ada seorang termashyur kesaktiannya tentang ilmu hitam keturunan Sengguhu Bintang Danu, bertempat tinggal di dusun Teledunginyah, di sebelah Barat desa Cau bernama Ki Balian Batur. Mempunyai asrama di desa Ketegan dan di desa Alas Rangkan. Sosok Ki Balian Batur seorang lelaki berambut panjang, dengan kebiasaan apabila mencuci rambutnya pergi ke Alas Rangkan untuk mengeringkannya. Ki Balian Batur banyak mempunyai sisya (murid), salah satu muridnya yang terkemuka adalah I Gede Mecaling.
Merasa telah matang memberikan ilmu kepada murid-muridnya, Ki Balian Batur memerintahkan semua muridnya melakukan penyerangan terhadap kekuasaan kerajaan Mengwi dibawah rajanya I Gusti Agung Putu yang juga bergelar Cokorda Sakti Blambangan. Murid-murid Ki Balian Batur mulai melakukan penyerangan di pesisir Timur kekuasaan kerajaan Mengwi , dengan menciptakan epidemi (grubug). Banyak rakyat Mengwi yang seketika sakit dengan gejala-gejala muntaber dan berkahir dengan kematian tanpa putus-putusnya.
Mengetahui hal itu I Gusti Agung Putu menjadi murka, seketika itu beliau memerintahkan laskar Mengwi menyerang dusun Teledunginyah di bawah Panglima Ki Bendesa Gumiar. I Gusti Agung Putu beserta laskar Mengwi kebingungan menghadapi lawan yang bersifat gaib. Akhirnya terdengarlah suara di angkasa, yang memberitahukan I Gusti Agung Putu. Bahwa Ki Balian Batur hanya dapat ditundukkan oleh orang keturunan Dhalem dengan senjata bedil Ki Narantaka dan peluru Ki Selisik.
I Gusti Agung Putu segera berangkat ke istana Smarajayapura Klungkung menghadap Dewa Agung Jambe, serta memberitahukan maksud kedatangannya. Dewa Agung Jambe berkenan memberikan Ki Narantaka dengan peluru Ki Selisik, tetapi mengutus Puteranya Dewa Agung Anom untuk melaksanakan tugasnya membunuh Ki Balian Batur beserta para sisyanya. Dalam Persiapan penyerangan Dewa Agung Anom dibuatkan asrama di desa Rangkan.
Singkat cerita Dewa Agung Anom melaksanakan tugas dengan baik. Dengan tidak membuang kesempatan, beliau mengangkat bedil Ki Narantaka dan menembak kan peluru Ki Selisik tepat mengenai kuku ibu jari Ki balian Batur, tembus sampai ke kepalanya. Ki Balian Batur akhirnya gugur dengan meninggalkan pesan agar sebagian wilayah Mengwi diberikan kepada Dewa Agung Anom sebagai balas jasa kepada I Gusti Agung Putu. Apabila tidak maka sukma Ki Balian Batur tidak akan henti-hentinya membuat grubug di bumi Mengwi.
I Gede Mecaling
Setelah mendengar pesan dari Ki Balian Batur, I Gusti Agung Putu berangkat Ke Smarajayapura Klungkung memohon agar Dewa Agung Anom diperkenankan tinggal di Baturan, di desa Timbul menjadi pacek menduduki wilayah Mengwi dengan batas-batas: Utara sampai pegunungan Batur, Selatan sampai di laut, Timur sampai di sungai Ayung, dan Selatan sampai di sungai Pakerisan. Permohonan Anglurah Mengwi ini juga dikabulkan oleh Dewa Agung Klungkung.
Adapun perjalanan beliau didampingi oleh beberapa orang, diantaranya terdapat tenaga yang cukup mahir, seperti:
- I Dewa Babi, ahli di bidang ilmu pengiwa dan penengen
- Kyai Batu Lepang, mahir di bidang politik dan strategi
- Ki Pula Sari, ahli di bidang upakara
Diceritakan sekarang salah seorang murid terkemuka Ki Balian Batur bernama I Gede Mecaling, anak ke empat dari Dukuh Jumpung yang tinggal di Tegallinggah Banjaran Jungut, di desa Baturan. I Gede Mecaling memiliki sifat usil suka mengganggu orang yang datang ke desa Baturan dengan menggunakan kedigjayaan ilmu hitamnya.
Dewa Agung Anom mendengar hal tersebut memerintahkan kepada Dewa Babi dan Kyai Batu Lepang untuk menuntaskan membebaskan bumi Timbul dari ilmu hitam. Singkat cerita Dewa Babi dan I Gede Mecaling sepakat mengadu kesaktian, dengan menggunakan sarana Babi Guling. Ada dua pilihan tali, yaitu tali benang dan tali kupas (tali dari pohon pisang). Dewa Babi memilih tali benang dan I Gede Mecaling memilih tali kupas. Kaki belakang dan depan babi guling diikat lalu dipanggang sampai matang. Dewa Babi dan I Gede Mecaling sama – sama memusatkan pikiran, ternyata tali kupas putus sebelum Babi Guling matang. Berarti ini merupakan kekalahan I Gede Mecaling dan harus pergi meninggalkan bumi Timbul sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Sebelum memenuhi perjanjian tersebut I Gede Mecaling menuju ke suatu tempat untuk meninjau daerah yang akan dituju. Tempat untuk melihat atau meninjau daerah yang akan dituju disebut Peninjoan sekarang. Dari tempat ini I Gede Mecaling melihat daerah tujuannya yaitu: desa Jugut Batu, Nusa Penida.
Posting Komentar
Posting Komentar