Kematian aktivis HAM Munir Said Thalib telah terjadi hampir 8 tahun silam. Namun, misteri di balik aksi pembunuhan bermotif politik itu belum juga terungkap tuntas hingga kini. Ironisnya, sejumlah orang memiliki keterkaitan dengan kasus tersebut secara beruntun justru meninggal dunia. Baca juga MISTERI TUDUHAN TERHADAP MANTAN MENKES ENDANG RAHAYU TERKAIT DENGAN 'NAMRU' AKHIRNYA TERJAWAB | KONTROVERSI SAAT PENGANGKATAN ENDANG RAHAYU SEBAGAI MENKES dan IKO UWAIS BANTAH TINGGALKAN JANE SHALIMAR DEMI AUDY ITEM | KISAH CINTA 'SEGITIGA' AKTOR LAGA IKO UWAIS
Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) meminta agar polisi melindungi saksi-saksi kasus pembunuhan Munir setelah salah satu saksi kunci Raymond Latuihamalo atau Ongen mendadak meninggal pada Rabu (2/5). Sebelumnya saksi lainnya dalam penerbangan Munir juga telah meninggal.
Ada juga pramugari yang kecelakaan, jadi wajar kalau muncul pertanyaan publik, jangan-jangan meninggal karena ada sesuatu,” ujar sahabat almarhum aktivis HAM, Munir, Usman Hamid.
Ongen merupakan satu-satunya saksi yang mengaku melihat Munir bersama seseorang yang kemudian disimpulkan Pollycarpus Budihari Priyanto di Bandara Changi, Singapura sesaat sebelum Munir ditemukan tewas, 7 September 2004.
Otak pelaku pembunuhan Munir itu sendiri hingga saat ini belum terungkap. Pengadilan hanya berhasil menjerat pelaku lapangan, Pollycarpus yang juga mantan pilot Garuda Indonesia. Apakah meninggalnya Ongen akan menutup kasus pembunuhan Munir?
Saksi Kematian Munir Lainnya
1. Sekjen Tim Pencari Fakta Kasus Pembunuhan Munir Asmara Nababan
28 Oktober 2010, Asmara Nababab meninggal dunia di RS Fuda di Guangzhou, China, akibat kanker paru yang dideritanya. Sama dengan Munir, Asmara juga dikenal sebagai pegiat HAM senior dan pernah menjadi Sekjen di Komnas HAM.
2. Mantan Deputi VII/Informasi dan Teknologi BIN Laksdya Bijah Subjanto
Sosok lain yang namanya juga mewarnai penyelidikan dan penyidikan baik yang dilakukan TPF maupun Polri terkait kematian Munir adalah mantan Deputi VII/Informasi dan Teknologi Badan Intelijen Negara Laksdya Bijah Subjanto. Bijah meninggal di China pada Jumat, 1 Juli 2009, akibat kanker prostat yang dideritanya.
Saat itu, Bijah tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Guangzhou. Sekitar satu bulan sebelum tewas dalam penerbangan pesawat Garuda dengan rute penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004, petinggi BIN itu sempat mengundang Munir untuk berdiskusi terkait sejumlah masalah dan isu politik yang berkembang saat itu.
3. Pendeta Tengkudun
Pihak lain yang juga diinformasikan telah meninggal dunia dan memiliki keterkaitan dengan kasus Munir adalah seorang pendeta bernama Tengkudun. Kematian lelaki yang eksistensinya pertama kali disebut oleh Ketua Tim Penyidik Kasus Pembunuhan Munir Mabes Polri Brigjen Matius Salempang seorang dalam persidangan PK Kasus Munir itu dikabarkan tidak wajar.
Sekretaris Eksekutif KASUM Choirul Anam membenarkan adanya kematian pendeta tersebut. Namun dia mengaku, tidak mendapat informasi detil terkait ketidakwajaran kematian tersebut. “Informasi soal ini sangat minim. Kami mendapatkannya beberapa tahun lalu dari lingkungan penyidik,” tuturnya.
Pendeta Tengkudun itu, diakui Matius, turut bersama dirinya saat mengajak Raymond “Ongen”Latuihamallo untuk berdoa. Kemudian usai berdoa itulah, Ongen memaparkan informasi yang diketahuinya terkait interaksi Munir dengan Pollycarpous Budihari Priyanto, terpidana 20 tahun kasus pembunuhan Munir, di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, sekitar 1 jam sebelum Munir mendadak sakit dan meninggal di atas pesawat, sebelum sempat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam.
Ongen yang disebut-sebut pernah memberikan kesaksian bahwa dirinya melihat Munir berinteraksi dengan Pollycarpus di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, belakangan kerap menolak mengakui hal itu. Dalam persidangan PK Kasus Munir, pada Agustus 2007, Ongen mengaku dirinya mengungkapkan hal itu lantaran dipaksa oleh Ketua Tim Penyidik Brigjen Matius Salempang.
Namun Matius sendiri membantah informasi tersebut, dia mengatakan, informasi itu meluncur begitu saja dari mulut Ongen, setelah selesai berdoa. Keduanya berdoa bersama dipimpin Pendeta Tengkudun. Ke hadapan Majelis Hakim di siding PK Kasus Munir, Ongen mengatakan, tekanan dari Matius Salempang diberikan saat aktivitas doa tersebut. Bahkan, menurut Ongen saat itu, Pendeta Tengkudun sempat berujar, “Hati-hati bung (Ongen), mereka itu bukan penyidik murahan.”
Missing link yang ada selama ini saja telah mengakibatkan penegak hukum dalam kasus pembunuhan ini belum dapat mengungkap pelaku pembunuhnya. Mereka hanya dapat menyeret Pollycarpus sebagai orang yang diyakini terlibat dalam kasus tersebut. Sementara pelaku dan otak kejahatan, ditengarai masih bebas berkeliaran di bumi ini.
4. Ongen Latuihamalo
Saksi kunci kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Raymond J. Latuihamallo alias Ongen, meninggal karena serangan jantung, Rabu lalu sekitar pukul 18.00 WIB saat menyetir mobil di kawasan Blok M, Jakarta, yang sedang macet. Kematian Ongen menimbulkan spekulasi karena yang bersangkutan tidak memiliki riwayat penyakit apapun, termasuk jantung.
Sesaat sebelum meninggal, Ongen sempat terlibat keributan dengan aparat.
"Cek-cok dengan orang berbaju seragam aparat. Bahkan, mobil dan orangnya sudah difoto," kata adik Ongen, Olof Latuihamallo, saat ditemui di rumah duka RS Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis 3 Mei 2012.
Menurut Olof, sang kakak sempat adu mulut dengan aparat di jalan raya. Meski demikian, Olof memastikan bahwa persoalan antara keduanya hanya insidental saat itu saja.
Saat keributan itu, kata Olof, almarhum sempat mengejar oknum berseragam itu. Setelah berlari, nafas almarhum tersengal-sengal dan akhirnya meninggal. "Mungkin oksigennya kurang," kata Olof.
Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) meminta agar polisi melindungi saksi-saksi kasus pembunuhan Munir setelah salah satu saksi kunci Raymond Latuihamalo atau Ongen mendadak meninggal pada Rabu (2/5). Sebelumnya saksi lainnya dalam penerbangan Munir juga telah meninggal.
Ada juga pramugari yang kecelakaan, jadi wajar kalau muncul pertanyaan publik, jangan-jangan meninggal karena ada sesuatu,” ujar sahabat almarhum aktivis HAM, Munir, Usman Hamid.
Ongen merupakan satu-satunya saksi yang mengaku melihat Munir bersama seseorang yang kemudian disimpulkan Pollycarpus Budihari Priyanto di Bandara Changi, Singapura sesaat sebelum Munir ditemukan tewas, 7 September 2004.
Otak pelaku pembunuhan Munir itu sendiri hingga saat ini belum terungkap. Pengadilan hanya berhasil menjerat pelaku lapangan, Pollycarpus yang juga mantan pilot Garuda Indonesia. Apakah meninggalnya Ongen akan menutup kasus pembunuhan Munir?
Saksi Kematian Munir Lainnya
1. Sekjen Tim Pencari Fakta Kasus Pembunuhan Munir Asmara Nababan
28 Oktober 2010, Asmara Nababab meninggal dunia di RS Fuda di Guangzhou, China, akibat kanker paru yang dideritanya. Sama dengan Munir, Asmara juga dikenal sebagai pegiat HAM senior dan pernah menjadi Sekjen di Komnas HAM.
2. Mantan Deputi VII/Informasi dan Teknologi BIN Laksdya Bijah Subjanto
Sosok lain yang namanya juga mewarnai penyelidikan dan penyidikan baik yang dilakukan TPF maupun Polri terkait kematian Munir adalah mantan Deputi VII/Informasi dan Teknologi Badan Intelijen Negara Laksdya Bijah Subjanto. Bijah meninggal di China pada Jumat, 1 Juli 2009, akibat kanker prostat yang dideritanya.
Saat itu, Bijah tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Guangzhou. Sekitar satu bulan sebelum tewas dalam penerbangan pesawat Garuda dengan rute penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004, petinggi BIN itu sempat mengundang Munir untuk berdiskusi terkait sejumlah masalah dan isu politik yang berkembang saat itu.
3. Pendeta Tengkudun
Pihak lain yang juga diinformasikan telah meninggal dunia dan memiliki keterkaitan dengan kasus Munir adalah seorang pendeta bernama Tengkudun. Kematian lelaki yang eksistensinya pertama kali disebut oleh Ketua Tim Penyidik Kasus Pembunuhan Munir Mabes Polri Brigjen Matius Salempang seorang dalam persidangan PK Kasus Munir itu dikabarkan tidak wajar.
Sekretaris Eksekutif KASUM Choirul Anam membenarkan adanya kematian pendeta tersebut. Namun dia mengaku, tidak mendapat informasi detil terkait ketidakwajaran kematian tersebut. “Informasi soal ini sangat minim. Kami mendapatkannya beberapa tahun lalu dari lingkungan penyidik,” tuturnya.
Pendeta Tengkudun itu, diakui Matius, turut bersama dirinya saat mengajak Raymond “Ongen”Latuihamallo untuk berdoa. Kemudian usai berdoa itulah, Ongen memaparkan informasi yang diketahuinya terkait interaksi Munir dengan Pollycarpous Budihari Priyanto, terpidana 20 tahun kasus pembunuhan Munir, di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, sekitar 1 jam sebelum Munir mendadak sakit dan meninggal di atas pesawat, sebelum sempat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam.
Ongen yang disebut-sebut pernah memberikan kesaksian bahwa dirinya melihat Munir berinteraksi dengan Pollycarpus di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, belakangan kerap menolak mengakui hal itu. Dalam persidangan PK Kasus Munir, pada Agustus 2007, Ongen mengaku dirinya mengungkapkan hal itu lantaran dipaksa oleh Ketua Tim Penyidik Brigjen Matius Salempang.
Namun Matius sendiri membantah informasi tersebut, dia mengatakan, informasi itu meluncur begitu saja dari mulut Ongen, setelah selesai berdoa. Keduanya berdoa bersama dipimpin Pendeta Tengkudun. Ke hadapan Majelis Hakim di siding PK Kasus Munir, Ongen mengatakan, tekanan dari Matius Salempang diberikan saat aktivitas doa tersebut. Bahkan, menurut Ongen saat itu, Pendeta Tengkudun sempat berujar, “Hati-hati bung (Ongen), mereka itu bukan penyidik murahan.”
Missing link yang ada selama ini saja telah mengakibatkan penegak hukum dalam kasus pembunuhan ini belum dapat mengungkap pelaku pembunuhnya. Mereka hanya dapat menyeret Pollycarpus sebagai orang yang diyakini terlibat dalam kasus tersebut. Sementara pelaku dan otak kejahatan, ditengarai masih bebas berkeliaran di bumi ini.
4. Ongen Latuihamalo
Saksi kunci kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Raymond J. Latuihamallo alias Ongen, meninggal karena serangan jantung, Rabu lalu sekitar pukul 18.00 WIB saat menyetir mobil di kawasan Blok M, Jakarta, yang sedang macet. Kematian Ongen menimbulkan spekulasi karena yang bersangkutan tidak memiliki riwayat penyakit apapun, termasuk jantung.
Sesaat sebelum meninggal, Ongen sempat terlibat keributan dengan aparat.
"Cek-cok dengan orang berbaju seragam aparat. Bahkan, mobil dan orangnya sudah difoto," kata adik Ongen, Olof Latuihamallo, saat ditemui di rumah duka RS Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis 3 Mei 2012.
Menurut Olof, sang kakak sempat adu mulut dengan aparat di jalan raya. Meski demikian, Olof memastikan bahwa persoalan antara keduanya hanya insidental saat itu saja.
Saat keributan itu, kata Olof, almarhum sempat mengejar oknum berseragam itu. Setelah berlari, nafas almarhum tersengal-sengal dan akhirnya meninggal. "Mungkin oksigennya kurang," kata Olof.
Posting Komentar
Posting Komentar